Yogyakarta: Produsen alat screening covid-19 besutan Universitas Gadjah Mada (UGM), GeNose C19, masih fokus memenuhi pesanan untuk layanan publik. Sampai saat ini, banyak pesanan dari bidang transportasi.
"Setelah pemerintah menetapkan GeNose jadi salah satu syarat (screening) perjalanan ke luar kota, kami intens komunikasi dengan Kementerian Perhubungan, KAI, Angkasa Pura, Direktorat Perhubungan Darat dan Laut. Terutama, pemenuhan unit GeNose di masing-masing unit," kata juru bicara GeNose C19, M Saifudin Hakim, Senin, 5 April 2021.
Saifudin mengatakan, pihaknya juga intens menyiapkan sumber daya manusia di setiap lembaga yang memesan GeNose. Menurut dia, pelatihan atau training of trainer (TOT) diberikan untuk orang internal lembaga.
"TOT bagi operator di lapangan ini diberikan agar mampu mengoperasikan alat sesuai standar," kata dia.
Baca juga: Bima Arya Ingin NasDem Terus Membersamai Pemerintahan Kota Bogor
Menurut Saifudin, siapapun bisa mengoperasikan alat itu dengan syarat telah mendapatkan pelatihan. Mulai dari pengambilan sampel napas hingga pengecekan sampel di alatnya.
"Mengoperasikan GeNose tak harus tenaga medis, dokter, atau perawat. Yang penting orang tersebut sudah dilatih sebagai operator," katanya.
Saat ini, sejumlah layanan moda transportasi sudah memberlakukan GeNose sebagai alat screening sebelum perjalanan. Pihak PT Kereta Api Indonesia sudah memulai kebijakan itu sejak Februari lalu, khusus perjalanan jarak jauh.
Sementara, screening via GeNose sudah diberlakukan di sejumlah bandara sejak 1 April 2021. Misalnya, di Bandara International Yogyakarta atau Yogyakarta International Airport (YIA), menyediakan lima unit alat.
Yogyakarta: Produsen alat
screening covid-19 besutan Universitas Gadjah Mada (UGM), GeNose C19, masih fokus memenuhi pesanan untuk
layanan publik. Sampai saat ini, banyak pesanan dari bidang transportasi.
"Setelah pemerintah menetapkan GeNose jadi salah satu syarat (
screening) perjalanan ke luar kota, kami intens komunikasi dengan Kementerian Perhubungan, KAI, Angkasa Pura, Direktorat Perhubungan Darat dan Laut. Terutama, pemenuhan unit GeNose di masing-masing unit," kata juru bicara GeNose C19, M Saifudin Hakim, Senin, 5 April 2021.
Saifudin mengatakan, pihaknya juga intens menyiapkan sumber daya manusia di setiap lembaga yang memesan GeNose. Menurut dia, pelatihan atau
training of trainer (TOT) diberikan untuk orang internal lembaga.
"TOT bagi operator di lapangan ini diberikan agar mampu mengoperasikan alat sesuai standar," kata dia.
Baca juga:
Bima Arya Ingin NasDem Terus Membersamai Pemerintahan Kota Bogor
Menurut Saifudin, siapapun bisa mengoperasikan alat itu dengan syarat telah mendapatkan pelatihan. Mulai dari pengambilan sampel napas hingga pengecekan sampel di alatnya.
"Mengoperasikan GeNose tak harus tenaga medis, dokter, atau perawat. Yang penting orang tersebut sudah dilatih sebagai operator," katanya.
Saat ini, sejumlah layanan moda transportasi sudah memberlakukan GeNose sebagai alat
screening sebelum perjalanan. Pihak PT Kereta Api Indonesia sudah memulai kebijakan itu sejak Februari lalu, khusus perjalanan jarak jauh.
Sementara,
screening via GeNose sudah diberlakukan di sejumlah bandara sejak 1 April 2021. Misalnya, di Bandara International Yogyakarta atau Yogyakarta International Airport (YIA), menyediakan lima unit alat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)