Serang: Dinas Kesehatan Kabupaten Serang, Provinsi Banten mencatat 229 orang menderita gizi buruk. Data itu didapat dari 31 puskesmas di Kabupaten Serang.
"Data terakhir yang kami dapatkan dari 31 Puskesmas yang tersebar di 29 kecamatan di Kabupaten Serang, jumlah penderita gizi buruk sebanyak 229 orang," kata Kepala Seksi Gizi Masyarakat pada Dinas Kesehatan Kabupaten Serang, Puji Kuntarso Puji, di Serang, Banten, Rabu 17 Oktober 2018.
Puji menjelaskan, jumlah terbanyak berada di Kecamatan Pontang yakni 20 orang, Tirtayasa 17 orang, Lebak Wangi 14 orang, dan Baros 13 orang. Kemudian, di Kecamatan Petir sebanyak 11 orang, Jawilan 10 orang, Kramat Watu 10 orang, dan Pamarayan 10 orang.
Puji mengatakan faktor ekonomi atau kemiskinan menjadi penyebab utama tingginya angka gizi buruk tersebut. Sejumlah keluarga yang menderita kemiskinan tidak bisa memberi makanan dengan gizi baik kepada anak-anaknya.
Faktor lain, yakni terjadinya perceraian. Anak-anak pun tak dapat dirawat dengan maksimal.
Selain itu, ada juga faktor orang tua, terutama ibu yang harus bekerja bahkan sampai bekerja ke luar negeri sehingga anak hanya dititipkan kepada neneknya atau saudaranya.
"Kami dari dinas kabupaten merasa kesulitan untuk menangani gizi buruk ini karena memang penyebab utamanya adalah faktor ekonomi atau kemiskinan," jelas Puji.
Serang: Dinas Kesehatan Kabupaten Serang, Provinsi Banten mencatat 229 orang menderita gizi buruk. Data itu didapat dari 31 puskesmas di Kabupaten Serang.
"Data terakhir yang kami dapatkan dari 31 Puskesmas yang tersebar di 29 kecamatan di Kabupaten Serang, jumlah penderita gizi buruk sebanyak 229 orang," kata Kepala Seksi Gizi Masyarakat pada Dinas Kesehatan Kabupaten Serang, Puji Kuntarso Puji, di Serang, Banten, Rabu 17 Oktober 2018.
Puji menjelaskan, jumlah terbanyak berada di Kecamatan Pontang yakni 20 orang, Tirtayasa 17 orang, Lebak Wangi 14 orang, dan Baros 13 orang. Kemudian, di Kecamatan Petir sebanyak 11 orang, Jawilan 10 orang, Kramat Watu 10 orang, dan Pamarayan 10 orang.
Puji mengatakan faktor ekonomi atau kemiskinan menjadi penyebab utama tingginya angka gizi buruk tersebut. Sejumlah keluarga yang menderita kemiskinan tidak bisa memberi makanan dengan gizi baik kepada anak-anaknya.
Faktor lain, yakni terjadinya perceraian. Anak-anak pun tak dapat dirawat dengan maksimal.
Selain itu, ada juga faktor orang tua, terutama ibu yang harus bekerja bahkan sampai bekerja ke luar negeri sehingga anak hanya dititipkan kepada neneknya atau saudaranya.
"Kami dari dinas kabupaten merasa kesulitan untuk menangani gizi buruk ini karena memang penyebab utamanya adalah faktor ekonomi atau kemiskinan," jelas Puji.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(DEN)