Halmahera: Peran penting nikel dalam lanskap sosio-ekonomi Indonesia menjadi sorotan. Perlu penanggulangan dan penangaan yang baik agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.
Hal itu terungkap dalam diskusi bertajuk 'Talkshow Nikel: Peluang atau Petaka?' yang digelar NGO lingkungan hidup Perkumpulan Telapak. Hadir dalam acara itu sejumlah aktivis lingkungan dari WALHI, JATAM, Auriga Nusantara serta sejumlah mahasiswa.
Dalam talkshow tersebut Perkumpulan Telapak menampilkan video dokumenter kunjungan lapangan yang mereka lakukan ke lokasi pertambangan. Video tersebut menggambarkan operasional penambangan nikel yang bertujuan menjembatani kesenjangan antara wacana dan kenyataan di lapangan.
"Kami memahami industri nikel sangat penting bagi Indonesia. Kami menyampaikan fakta di lapangan, kami mengunjungi perusahaan nikel PT. TBP (Trimegah Bangun Persada). Ternyata tidak semua tambang nikel itu seburuk yang kami kira. Ada juga yang menjaga lingkungan, tidak membuang limbah ke laut, dan memberdayakan masyarakat. Masyarakat desa dilibatkan dalam aktivitas ekonomi, tinggal ditingkatkan saja," kata koordinator Media Site Visit Telapak, Muhammad Djufryhard.
Manajer Kampanye Tambang & Energi WALHI Fanny Tri Jambore menegaskan, perusahaan tambang harus memperhatitan potensi dampak kerusakan lingkungan yang mungkin timbul.
"Pulau Obi saat ini dikelilingi 19 tambang nikel. Kerusakan lingkungan pasti tak terhindarkan. Perlu perubahan paradigma kebijakan secara menyeluruh yang mengarah pada proteksi lingkungan dan masyarakat lingkar tambang. Upaya Telapak perlu diapresiasi, tinggal bagaimana cara mengawalnya secara menyeluruh," kata Fanny.
Kepala Divisi Hukum dan Kebijakan JATAM Muhammad Jamil mengapresiasi kajian yang dilakukan Perkumpulan Telapak. Hasil kajian itu dinilai menjadi wadah untuk mengembangkan pemikiran dan menelusuri lebih dalam.
"Sehingga, informasi tentang apayang sebenarnya terjadi di Pulau Obi dapat dipahami oleh masyarakat luaa," kata Jamil.
Halmahera: Peran penting nikel dalam lanskap sosio-ekonomi Indonesia menjadi sorotan. Perlu penanggulangan dan penangaan yang baik agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.
Hal itu terungkap dalam diskusi bertajuk 'Talkshow Nikel: Peluang atau Petaka?' yang digelar NGO lingkungan hidup Perkumpulan Telapak. Hadir dalam acara itu sejumlah aktivis lingkungan dari WALHI, JATAM, Auriga Nusantara serta sejumlah mahasiswa.
Dalam talkshow tersebut Perkumpulan Telapak menampilkan video dokumenter kunjungan lapangan yang mereka lakukan ke lokasi pertambangan. Video tersebut menggambarkan operasional penambangan nikel yang bertujuan menjembatani kesenjangan antara wacana dan kenyataan di lapangan.
"Kami memahami industri nikel sangat penting bagi Indonesia. Kami menyampaikan fakta di lapangan, kami mengunjungi perusahaan nikel PT. TBP (Trimegah Bangun Persada). Ternyata tidak semua tambang nikel itu seburuk yang kami kira. Ada juga yang menjaga lingkungan, tidak membuang limbah ke laut, dan memberdayakan masyarakat. Masyarakat desa dilibatkan dalam aktivitas ekonomi, tinggal ditingkatkan saja," kata koordinator Media Site Visit Telapak, Muhammad Djufryhard.
Manajer Kampanye Tambang & Energi WALHI Fanny Tri Jambore menegaskan, perusahaan tambang harus memperhatitan potensi dampak kerusakan lingkungan yang mungkin timbul.
"Pulau Obi saat ini dikelilingi 19 tambang nikel. Kerusakan lingkungan pasti tak terhindarkan. Perlu perubahan paradigma kebijakan secara menyeluruh yang mengarah pada proteksi lingkungan dan masyarakat lingkar tambang. Upaya Telapak perlu diapresiasi, tinggal bagaimana cara mengawalnya secara menyeluruh," kata Fanny.
Kepala Divisi Hukum dan Kebijakan JATAM Muhammad Jamil mengapresiasi kajian yang dilakukan Perkumpulan Telapak. Hasil kajian itu dinilai menjadi wadah untuk mengembangkan pemikiran dan menelusuri lebih dalam.
"Sehingga, informasi tentang apayang sebenarnya terjadi di Pulau Obi dapat dipahami oleh masyarakat luaa," kata Jamil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)