Sidoarjo: Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Sidoarjo mengatakan adanya industri tahu yang masih menggunakan sampah plastik sebagai bahan bakar. Alasan ekonomi menjadi dasar pengusaha tahu untuk tetap menggunakan sampah plastik, meski sudah dilarang.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kesehatan (DLHK) Sidoarjo, Sigit Setyawan, mengatakan kegiatan ini sudah berlangsung lama. Hanya saja pihaknya baru mengetahui hal itu setelah menjabat sebagai kepala dinas lingkungan.
"Sebetulnya saya dapat informasi itu sejak Juni lalu, ya, dari temen-teman media. Setelah mendapat informasi itu baru lah kita kroscheck kesana," kata Sigit saat dikonfirmasi, Selasa, 18 November 2019.
Sigit menjelaskan industri yang dikelola rumah tangga ini terletak di desa Tropodo, Kecamatan Krian Sidoarjo. Di sana ada banyak rumah tangga yang memanfaatkan pembuatan tahu secara tradisional sebagai mata pencaharian.
"Kami sempat mengundang mereka. Ada sekitar 50-an pengusaha dan yang hadir hanya 13 orang, termasuk Kades Tropodo. Karena dia juga punya usaha itu," jelas Sigit.
Sigit mengaku sempat ada penolakan dari pengusaha setempat saat mendatangi tempat industri. Meski pihaknya sudah menjelaskan maksud dan tujuan pemerintah daerah dalam melakukan kunjungan tersebut.
"Waktu itu ada dua industri yang saya kunjungi, ternyata yang satu ditolak sama pemiliknya, padahal sudah saya jelaskan kalau dari Dinas," ungkap Sigit.
Lebih lanjut ia menjelaskan dalam pertemuannya dengan pengusaha tahu, ia menyampaikan bahwa penggunaan sampah plastik sebagai bahan bakar sudah dilarang undang-undang. Karena berkaitan langsung dengan dampak lingkungan.
"Mereka juga menggunakan sampah plastik impor," ungkap Sigit.
Sidoarjo: Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Sidoarjo mengatakan adanya industri tahu yang masih menggunakan sampah plastik sebagai bahan bakar. Alasan ekonomi menjadi dasar pengusaha tahu untuk tetap menggunakan sampah plastik, meski sudah dilarang.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kesehatan (DLHK) Sidoarjo, Sigit Setyawan, mengatakan kegiatan ini sudah berlangsung lama. Hanya saja pihaknya baru mengetahui hal itu setelah menjabat sebagai kepala dinas lingkungan.
"Sebetulnya saya dapat informasi itu sejak Juni lalu, ya, dari temen-teman media. Setelah mendapat informasi itu baru lah kita kroscheck kesana," kata Sigit saat dikonfirmasi, Selasa, 18 November 2019.
Sigit menjelaskan industri yang dikelola rumah tangga ini terletak di desa Tropodo, Kecamatan Krian Sidoarjo. Di sana ada banyak rumah tangga yang memanfaatkan pembuatan tahu secara tradisional sebagai mata pencaharian.
"Kami sempat mengundang mereka. Ada sekitar 50-an pengusaha dan yang hadir hanya 13 orang, termasuk Kades Tropodo. Karena dia juga punya usaha itu," jelas Sigit.
Sigit mengaku sempat ada penolakan dari pengusaha setempat saat mendatangi tempat industri. Meski pihaknya sudah menjelaskan maksud dan tujuan pemerintah daerah dalam melakukan kunjungan tersebut.
"Waktu itu ada dua industri yang saya kunjungi, ternyata yang satu ditolak sama pemiliknya, padahal sudah saya jelaskan kalau dari Dinas," ungkap Sigit.
Lebih lanjut ia menjelaskan dalam pertemuannya dengan pengusaha tahu, ia menyampaikan bahwa penggunaan sampah plastik sebagai bahan bakar sudah dilarang undang-undang. Karena berkaitan langsung dengan dampak lingkungan.
"Mereka juga menggunakan sampah plastik impor," ungkap Sigit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)