Tasikmalaya: Seorang balita berusia 11 bulan penderita ginjal akut di Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah dr Soekardjo, Kota Tasikmalaya, Sabtu, 29 Oktober kemarin. Orang tua si bayi mengira anakya hanya terkena masuk angin.
Ibu bayi, Ai Imas Masitoh, 38, mengatakan, keluarga memang awalnya mengiranya masuk angin. Gejalanya perut anaknya kembung hingga mengalami panas dan diare selama sepekan.
"Keluarga mengira anak ketiga kami itu masuk angin dan beberapa hari badannya mengalami panas hingga diare selama sepekan dan dua hari itu terakhir perutnya kembung langsung dibawa ke Puskesmas (Cipedes). Anak saya sakit masuk angin dan bukan gagal ginjal tapi selama sakit hanya mengonsumsi obat serbuk yang diberikan dokter di Puskesmas Cipedes," kata Imas, Selasa, 1 Oktober 2022.
Selama pemeriksaan di Puskesmas, si bayi selalu menangis pada malam hari dan tidak pernah tidur. Setelah pulang dari Puskesmas hanya diberikan obat serbuk yang diberikan dokter.
"Sebelum meninggal tidak dikasih obat hanya diberi obat serbuk pemberian dari dokter yang menanganinya di Puskesmas dan selama itu memang panasnya tak berangsur turun malah semakin panas," jelas Imas.
Setelah itu, pihak Puskesmas langsung merujuk ke RSUD dr Soekardjo. Dari sana kembali dirujuk menjalani perawatan harus dibawa ke RSHS Bandung tetapi keluarga tidak bersedia hingga akhirnya si bayi meninggal.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat mengatakan, kasus kematian anak akibat penyakit gagal ginjal akut yang terjadi di wilayahnya baru pertama terjadi.
"Dalam pemeriksaan yang dilakukan tersebut, anak mengalami gagal ginjal akut atau acute kidney injury (AKI) tetapi ada penyebab lainnya yang dialaminya yakni komplikasi gagal ginjal akut dengan stunting," paparnya.
Tasikmalaya: Seorang balita berusia 11 bulan
penderita ginjal akut di Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah dr Soekardjo, Kota Tasikmalaya, Sabtu, 29 Oktober kemarin. Orang tua si bayi mengira anakya hanya terkena masuk angin.
Ibu bayi, Ai Imas Masitoh, 38, mengatakan, keluarga memang awalnya mengiranya
masuk angin. Gejalanya perut anaknya kembung hingga mengalami panas dan diare selama sepekan.
"Keluarga mengira anak ketiga kami itu masuk angin dan beberapa hari badannya mengalami panas hingga diare selama sepekan dan dua hari itu terakhir
perutnya kembung langsung dibawa ke Puskesmas (Cipedes). Anak saya sakit masuk angin dan bukan gagal ginjal tapi selama sakit hanya mengonsumsi obat serbuk yang diberikan dokter di Puskesmas Cipedes," kata Imas, Selasa, 1 Oktober 2022.
Selama pemeriksaan di Puskesmas, si bayi selalu menangis pada malam hari dan tidak pernah tidur. Setelah pulang dari Puskesmas hanya diberikan obat serbuk yang diberikan dokter.
"Sebelum meninggal tidak dikasih obat hanya diberi obat serbuk pemberian dari dokter yang menanganinya di Puskesmas dan selama itu memang panasnya tak berangsur turun malah semakin panas," jelas Imas.
Setelah itu, pihak Puskesmas langsung merujuk ke RSUD dr Soekardjo. Dari sana kembali dirujuk menjalani perawatan harus dibawa ke RSHS Bandung tetapi keluarga tidak bersedia hingga akhirnya si bayi meninggal.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat mengatakan, kasus kematian anak akibat penyakit gagal ginjal akut yang terjadi di wilayahnya baru pertama terjadi.
"Dalam pemeriksaan yang dilakukan tersebut, anak mengalami gagal ginjal akut atau acute kidney injury (AKI) tetapi ada penyebab lainnya yang dialaminya yakni komplikasi gagal ginjal akut dengan stunting," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)