Semarang: Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo, Semarang, Jawa Tengah, pernah menerima tiga pasien dengan diagnosa kecanduan permainan (games adiction) dalam setahun bekalangan.
"Dua pasien yang saya pegang benar-benar murni adiksi game. (Ditambah) satu dengan diagnosa gangguan jiwa. Karena gangguan jiwa dia mainnya game terus," kata Psikiater Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Amino Gondohutomo, Hesti Anggriani kepada Medcom.id, Kamis, 17 Oktober 2019.
Hesti menjelaskan dalam setahun belakangan, RS Amino Gondohutomo sebenarnya cukup banyak menerima pasien yang bermasalah karena terpapar permainan dalam gawai. Namun dari banyaknya pasien yang berobat ke RSJ Amino, hanya tiga yang mendapat diagnosa kecanduan berat.
"Kalau yang overlap dengan diagnosa lain banyak. Tapi yang kasus adiksi game tidak banyak," ungkap dokter spesialis jiwa tersebut.
Hesti menyatakan seseorang bisa disebut mengalami kecanduan games apabila menghabiskan waktunya untuk permainan dalam gawai minimal delapan jam sehari. Ia juga melakukan permainan itu setiap hari secara berkelanjutan.
"Kalau adiksi games dia menggunakan waktu dalam sehari di atas delapan jam, setiap hari berkelanjutan terus bukan sekadar buat refresing atau rekreasi," jelas Hesti.
Selama setahun menangani beberapa pasien yang mengalami kecanduan permainan dalam gawai, Hesti mengaku menerima satu pasien yang tergolong parah. Sayangnya pasien itu tidak sampai dirawat inap di RSJ Amino Gondohutomo untuk menerima perawatan lebih lanjut.
"Waktu itu seharusnya dia dirawat di sini. Saya bilang sama orangtuanya, harus dirawat dan menjalani pengobatan secara benar. Kalau tidak, dia akan jatuh ke hal-hal yang tidak kita inginkan," ungkap Hesti.
Menurut Hesti pasien itu mulai mengalami kecanduan permainan dalam gawai sejak usia sembilan tahun. Karena permainan dalam gawai, anak itu bertumbuh menjadi tidak terkendali. "Dia sekolah pun harus dipaksa. Kalau tidak, dia tidak mau sekolah. Dia main game terus sampai ibunya kewalahan. Mulai enggak bisa dilarang pada saat umurnya 15 tahun tahun," pungkas Hesti.
Semarang: Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo, Semarang, Jawa Tengah, pernah menerima tiga pasien dengan diagnosa kecanduan permainan (
games adiction) dalam setahun bekalangan.
"Dua pasien yang saya pegang benar-benar murni adiksi game. (Ditambah) satu dengan diagnosa gangguan jiwa. Karena gangguan jiwa dia mainnya game terus," kata Psikiater Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Amino Gondohutomo, Hesti Anggriani kepada Medcom.id, Kamis, 17 Oktober 2019.
Hesti menjelaskan dalam setahun belakangan, RS Amino Gondohutomo sebenarnya cukup banyak menerima pasien yang bermasalah karena terpapar permainan dalam gawai. Namun dari banyaknya pasien yang berobat ke RSJ Amino, hanya tiga yang mendapat diagnosa kecanduan berat.
"Kalau yang overlap dengan diagnosa lain banyak. Tapi yang kasus adiksi game tidak banyak," ungkap dokter spesialis jiwa tersebut.
Hesti menyatakan seseorang bisa disebut mengalami kecanduan games apabila menghabiskan waktunya untuk permainan dalam gawai minimal delapan jam sehari. Ia juga melakukan permainan itu setiap hari secara berkelanjutan.
"Kalau adiksi games dia menggunakan waktu dalam sehari di atas delapan jam, setiap hari berkelanjutan terus bukan sekadar buat refresing atau rekreasi," jelas Hesti.
Selama setahun menangani beberapa pasien yang mengalami kecanduan permainan dalam gawai, Hesti mengaku menerima satu pasien yang tergolong parah. Sayangnya pasien itu tidak sampai dirawat inap di RSJ Amino Gondohutomo untuk menerima perawatan lebih lanjut.
"Waktu itu seharusnya dia dirawat di sini. Saya bilang sama orangtuanya, harus dirawat dan menjalani pengobatan secara benar. Kalau tidak, dia akan jatuh ke hal-hal yang tidak kita inginkan," ungkap Hesti.
Menurut Hesti pasien itu mulai mengalami kecanduan permainan dalam gawai sejak usia sembilan tahun. Karena permainan dalam gawai, anak itu bertumbuh menjadi tidak terkendali. "Dia sekolah pun harus dipaksa. Kalau tidak, dia tidak mau sekolah. Dia main game terus sampai ibunya kewalahan. Mulai enggak bisa dilarang pada saat umurnya 15 tahun tahun," pungkas Hesti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)