Bandung: Indonesia sebagai kepulauan terbesar di dunia menjadi salah satu penyumbang sampah laut terbanyak. Melalui bioremediasi, Peneliti Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Padjadjaran (Unpad), Yudi Nurul Ihsan bersama tim, mengembangkan metode bioremediasi dengan rumput laut jenis Gracilaria sp untuk menyerap pencemaran lingkungan.
Pencemaran laut dari limbah industri maupun domestik tentunya dapat menjadi dampak yang negatif bagi lingkungan. Saat ini Tim Peneliti sedang meneliti metode bioremediasi untuk menangani hal tersebut.
Yudi mengatakan bahwa tingkat pencemaran di laut cukup tinggi dan akhirnya metode bioremediasi ini dikembangkan untuk mengembalikan lingkungan yang tercemar.
"Tingkat pencemaran di laut cukup tinggi, kita coba kembangkan dan perlu ada metode yang kita gunakan dari hewan, organisme yang disebut bioremediasi untuk mengembalikan lingkungan-lingkungan yang tercemar menjadi lebih baik lagi", ucap Yudi.
Yudi juga mengatakan bahwa sampah laut Indonesia sangat memprihatinkan dan menyebabkan pencemaran cukup serius.
"Kalau kita bicara sampah laut, kita negara nomor 2 di dunia yang menyumbang sampah terbesar ke laut setelah cina. Kemudia tuman minyak kita juga cukup tinggi di Selat Malaka," jelasnya.
Tim peneliti menguji sample sampah laut, seperti logam berat. Nantinya akan di cek dengan dimasukan kedalam medium yang didalamnya sudah diletakkan beberapa organisme salah satunya rumput laut. Kemudian tim peneliti akan melihat apakah rumput laut bisa menyerap pencemaran tersebut atau tidak.
Yudi berharap dengan pegunaan organisme yang ada di laut bisa mengatasi masalah pencemaran
"Dengan menggunakan organisme yang ada di laut, diharapkan bisa menyelesaikan masalah salah satunya menggunakan rumput laut ini," jelasnyadalam tayangan Newsline Metro Tv, ada Kamis 8 September 2022.
Ainun Kusumaningrum
Bandung: Indonesia sebagai kepulauan terbesar di dunia menjadi salah satu penyumbang
sampah laut terbanyak. Melalui bioremediasi, Peneliti Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Padjadjaran (Unpad), Yudi Nurul Ihsan bersama tim, mengembangkan metode bioremediasi dengan
rumput laut jenis
Gracilaria sp untuk menyerap pencemaran lingkungan.
Pencemaran laut dari limbah industri maupun domestik tentunya dapat menjadi dampak yang negatif bagi lingkungan. Saat ini Tim Peneliti sedang meneliti metode bioremediasi untuk menangani hal tersebut.
Yudi mengatakan bahwa tingkat pencemaran di laut cukup tinggi dan akhirnya metode bioremediasi ini dikembangkan untuk mengembalikan lingkungan yang tercemar.
"Tingkat pencemaran di laut cukup tinggi, kita coba kembangkan dan perlu ada metode yang kita gunakan dari hewan, organisme yang disebut bioremediasi untuk mengembalikan lingkungan-lingkungan yang tercemar menjadi lebih baik lagi", ucap Yudi.
Yudi juga mengatakan bahwa sampah laut Indonesia sangat memprihatinkan dan menyebabkan pencemaran cukup serius.
"Kalau kita bicara sampah laut, kita negara nomor 2 di dunia yang menyumbang sampah terbesar ke laut setelah cina. Kemudia tuman minyak kita juga cukup tinggi di Selat Malaka," jelasnya.
Tim peneliti menguji sample sampah laut, seperti logam berat. Nantinya akan di cek dengan dimasukan kedalam medium yang didalamnya sudah diletakkan beberapa organisme salah satunya rumput laut. Kemudian tim peneliti akan melihat apakah rumput laut bisa menyerap pencemaran tersebut atau tidak.
Yudi berharap dengan pegunaan organisme yang ada di laut bisa mengatasi masalah pencemaran
"Dengan menggunakan organisme yang ada di laut, diharapkan bisa menyelesaikan masalah salah satunya menggunakan rumput laut ini," jelasnyadalam tayangan Newsline Metro Tv, ada Kamis 8 September 2022.
Ainun Kusumaningrum
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WAN)