Klaten: Kisah unik terjadi di Desa Keprabon, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, tepatnya di proyek jalan tol Solo-Yogyakarta. Ada batu berbentuk Yoni mampu merekayasa proyek jalan tol Solo-Yogyakarta.
"Ada batu di mana warga kami menyebutnya sebagai candi asu (candi anjing), karena ada batu itu proyek jalan tol terpaksa diubah," papar Kepala Desa Keprabon, Haryanto Wahyu Janasto, di Klaten, Jumat, 11 Maret 2022.
Wahyu mengatakan Batu Yoni mampu mengubah rencana proyek jalan di detik-detik terakhir proyek dimulai. Sebab, batu tersebut tidak boleh dipindahkan.
"Maka proyeknya dibuat seperti lorong atau melengkung melewati batu tersebut," ujarnya.
Tak banyak warga yang tahu asal-usul Batu Yoni tersebut. Baru diketahui, batu tersebut salah satu benda bersejarah peninggalan masa kuno.
"Saya bersama warga di sini tahunya batu itu sudah ada sejak lama. Bahkan dari warga kami yang tertua pun mengatakan batu tersebut sudah ada sejak dulu. Petugas juga mengatakan usia batu tersebut lebih dari 1.000 tahun," ujarnya.
Penanggung Jawab Substansi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, Deny Wahju Hidayat, mengatakan Batu Yoni itu merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno abad 8-9. Batu itu melambangkan kesuburan.
"Batu masa klasik zaman Hindu-Budha. Batu itu lambang kesuburan, dan di Klaten memang banyak ditemukan batu seperti itu terutama di area persawahan atau di kebun," ungkap Deny.
Dia menambahkan keberadaan batu yoni tersebut tidak bisa dipindah meskipun berada di jalur jalan tol. Akhirnya diputuskan pembangunan jalan tol Solo-Yogya dibuat melayang.
"Ini seperti yang terjadi di situs Wonoboyo, yoni tidak bisa diambil jadi dibuat rekayasa jalan tol. Di situs Wonoboyo juga gitu. Jadi dikangkangi (melayang) atau dibelokkan, karena kalau situs tidak boleh dipindah," beber Deny.
Klaten: Kisah unik terjadi di Desa Keprabon, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, tepatnya di proyek jalan tol Solo-Yogyakarta. Ada batu berbentuk Yoni mampu merekayasa proyek jalan tol Solo-Yogyakarta.
"Ada batu di mana warga kami menyebutnya sebagai candi
asu (candi anjing), karena ada batu itu proyek jalan tol terpaksa diubah," papar Kepala Desa Keprabon, Haryanto Wahyu Janasto, di Klaten, Jumat, 11 Maret 2022.
Wahyu mengatakan Batu Yoni mampu mengubah rencana proyek jalan di detik-detik terakhir proyek dimulai. Sebab, batu tersebut tidak boleh dipindahkan.
"Maka proyeknya dibuat seperti lorong atau melengkung melewati batu tersebut," ujarnya.
Tak banyak warga yang tahu asal-usul Batu Yoni tersebut. Baru diketahui, batu tersebut salah satu benda bersejarah peninggalan masa kuno.
"Saya bersama warga di sini tahunya batu itu sudah ada sejak lama. Bahkan dari warga kami yang tertua pun mengatakan batu tersebut sudah ada sejak dulu. Petugas juga mengatakan usia batu tersebut lebih dari 1.000 tahun," ujarnya.
Penanggung Jawab Substansi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, Deny Wahju Hidayat, mengatakan Batu Yoni itu merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno abad 8-9. Batu itu melambangkan kesuburan.
"Batu masa klasik zaman Hindu-Budha. Batu itu lambang kesuburan, dan di Klaten memang banyak ditemukan batu seperti itu terutama di area persawahan atau di kebun," ungkap Deny.
Dia menambahkan keberadaan batu yoni tersebut tidak bisa dipindah meskipun berada di jalur jalan tol. Akhirnya diputuskan pembangunan jalan tol Solo-Yogya dibuat melayang.
"Ini seperti yang terjadi di situs Wonoboyo, yoni tidak bisa diambil jadi dibuat rekayasa jalan tol. Di situs Wonoboyo juga gitu. Jadi dikangkangi (melayang) atau dibelokkan, karena kalau situs tidak boleh dipindah," beber Deny.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)