Gunung Merapi difoto dari kawasan Kinahrejo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta. (Foto: ANTARA/Andreas Fitri Atmoko)
Gunung Merapi difoto dari kawasan Kinahrejo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta. (Foto: ANTARA/Andreas Fitri Atmoko)

Terjadi Guguran Tebing Lava 1954, Warga Merapi Diimbau Tenang

Media Indonesia.com • 23 November 2020 08:40
Yogyakarta: Aktivitas kegempaan Gunung Merapi, hingga saat ini, masih tetap tinggi yang didominasi kegempaan dangkal. Akibat tingginya aktivitas ini, terjadi ketidakstabilan material lama yang ada di puncak Gunung Merapi.
 
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik Humaida, mengatakan pada Minggu pagi, 22 November 2020, terjadi guguran tebing lava lama.
 
Guguran itu, tercatat di seismogram dengan amplitude 75 milimeter dan durasi 82 detik. 

"Guguran tebing lava lama yang terpantau dari CCTV pengamatan Gunung  Merapi yang dipasang di Deles pada pukul 06.50 WIB. Guguran ini tercatat di seismogram dengan amplitudo 75 mm dan durasi 82 detik," ujar Hanik, Senin, 23 November 2020.
 
Baca juga: Tetua Adat Baduy Musnahkan Madu Palsu Hasil Sitaan
 
Lebih lanjut, Hanik menyampaikan guguran tersebut merupakan guguran dari tebing lava 1954 yang berada di dinding kawah utara. Material jatuh ke dalam kawah dan hingga saat ini tidak berpengaruh pada aktivitas Gunung Merapi. 
 
Guguran seperti itu, jelas Hanik, merupakan kejadian yang biasa terjadi pada saat Gunung Merapi yang mengalami kenaikan aktivitas menjelang erupsi. Karena itu, masyarakat diimbau tetap tenang dan mematuhi rekomendasi dari BPPTKG serta arahan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan pemerintah daerah setempat. 
 
Pada periode pengamatan, Minggu, 22 November 2020, hingga pukul 24.00 WIB, terpantau terjadi 50 gempa guguran, 81 kali gempa hembusan, 342 kali gempa multifase, 41 kali gempa vulkanik dangkal, dan satu kali gempa tektonik jauh. 
 
Sedangkan aktivitas pada Minggu pukul 18.00 WIB hingga Senin, kegempaan yang terjadi, guguran 14 kali, hembusan 28 kali, fase banyak (hybrid) 212 kali, vulkanik dangkal 105 dan satu kali tektonik jauh. BPPTKG masih menerapkan status Siaga atau Level III sejak 5 November 2020.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan