Sidoaro: Nahdlatul Ulama (NU) baru saja memperingati hari kelahirannya yang ke 1 abad pada Selasa, 7 Februari 2023. Usia satu abad tentu bukanlah usia yang muda, meski untuk organisasi sebesar NU.
Direktur Eksekutif SAS Institute, Sa'dullah Affandy mengatakan, dalam satu abad pertama NU telah melewati berbagai fase sejarah dengan penuh gejolak dan dinamika. Mulai dari era kolonialisasi Belanda, Jepang, sekutu, era kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, hingga Reformasi dengan beragam presiden.
"Usia satu abad juga mau tidak mau membuat kita merefleksikan apa yang telah berhasil diraih NU dan tantangan apa yang ada di abad ke dua mendatang," kata Sa'dullah, Rabu, 8 Februari 2023.
Lima Keberhasilan Nahdlatul Ulama
Menurut Sa'dullah ada sejumlah keberhasilan NU yang bisa dilihat pada satu abad pertama NU. Pertama, sebagai organisasi dengan jamaah para pelestari tradisi, NU telah berhasil mempertahankan diri sebagai organisasi dengan pengikut terbesar di Indonesia, bahkan dunia.
Kedua, sebagai organisasi dengan massa terbesar, NU berhasil memainkan peran dalam dinamika politik Tanah Air, mulai dari pra kemerdekaan, kemerdekaan, hingga pascakemerdekaan.
"Bahkan dalam mengatasi pemberontakan Partai Komunis Indonesia, NU menjadi organisasi sipil yang paling aktif terlibat dalam menumpas pemberontakan," kata Sa'dullah.
Ketiga, dalam konteks Pendidikan, NU dengan pesantrennya berhasil mengintegrasikan antara Pendidikan modern (sekolah formal) dengan tetap mempertahankan identitas pesantrennya. Hingga hari ini kita dapat menyaksikan pesantren NU semakin berkembang pesat dengan Lembaga Pendidikan formal yang ada di dalamnya.
Keempat, dalam dimensi kebudayaan, NU menjadi garda depan sebagai aktor pelestari kebudayaan lokal, tradisi-tradisi yang oleh kalangan modernis diharamkan, justru dimodifikasi oleh NU menjadi sesuatu yang bernuansa Islam dan bermuatan dakwah sebagaimana ajaran para Wali Songo.
Kelima, NU menjadi penyokong utama beragam agenda pemerintah, terutama terkait isu radikaisme beragama di Indonesia, dan secara gemilang berhasil menjadi representasi Islam rahmatan lil alamin bagi dunia luar.
Tantangan Abad Kedua
Menurut Sa'dullah banyak hal yang harus dilakukan oleh NU dalam menyongsong pada abad kedua ini, salah satunya di bidang ekonomi maupun Sumber Daya Manusia terutama terkait domain riset dan teknologi. Era di mana teknologi digital menjadi primadona, adalah sebuah keniscayaan bagi NU untuk melakukan pemberdayaan umat.
Selain itu, meski selalu berperan penting dalam setiap peristiwa politik di Tanah Air, namun secara politik NU kerap ditinggal ketika berbicara sharing kekuasaan. Dalam setiap Pemilu, suara NU selalu laku di pasaran para Caleg mapun kandidat di eksekutif, namun setelah itu NU sering ditinggalkan.
"Pengecualian adalah sosok KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang berhasil menjadi Presiden RI ke-4," kata Sa'dullah.
Kemudian sambung Sa'dullah, pondok pesantren harus mulai memikirkan kurikulum yang berorientasi pada penguasaan teknologi informasi bagi para santrinya. Jangan hanya ulama yang menguasai kitab kuning dan memimpin tahlil atau ritual keagamaan.
"Kemudian secara ekonomi, menciptakan para saudagar baru di NU," kata Sa'dullah.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Sidoaro: Nahdlatul Ulama (NU) baru saja memperingati hari kelahirannya yang ke 1 abad pada Selasa, 7 Februari 2023. Usia satu abad tentu bukanlah usia yang muda, meski untuk organisasi sebesar NU.
Direktur Eksekutif SAS Institute, Sa'dullah Affandy mengatakan, dalam satu abad pertama NU telah melewati berbagai fase sejarah dengan penuh gejolak dan dinamika. Mulai dari era kolonialisasi Belanda, Jepang, sekutu, era kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, hingga Reformasi dengan beragam presiden.
"Usia satu abad juga mau tidak mau membuat kita merefleksikan apa yang telah berhasil diraih NU dan tantangan apa yang ada di abad ke dua mendatang," kata Sa'dullah, Rabu, 8 Februari 2023.
Lima Keberhasilan Nahdlatul Ulama
Menurut Sa'dullah ada sejumlah keberhasilan NU yang bisa dilihat pada satu abad pertama NU. Pertama, sebagai organisasi dengan jamaah para pelestari tradisi, NU telah berhasil mempertahankan diri sebagai organisasi dengan pengikut terbesar di Indonesia, bahkan dunia.
Kedua, sebagai organisasi dengan massa terbesar, NU berhasil memainkan peran dalam dinamika politik Tanah Air, mulai dari pra kemerdekaan, kemerdekaan, hingga pascakemerdekaan.
"Bahkan dalam mengatasi pemberontakan Partai Komunis Indonesia, NU menjadi organisasi sipil yang paling aktif terlibat dalam menumpas pemberontakan," kata Sa'dullah.
Ketiga, dalam konteks Pendidikan, NU dengan pesantrennya berhasil mengintegrasikan antara Pendidikan modern (sekolah formal) dengan tetap mempertahankan identitas pesantrennya. Hingga hari ini kita dapat menyaksikan pesantren NU semakin berkembang pesat dengan Lembaga Pendidikan formal yang ada di dalamnya.
Keempat, dalam dimensi kebudayaan, NU menjadi garda depan sebagai aktor pelestari kebudayaan lokal, tradisi-tradisi yang oleh kalangan modernis diharamkan, justru dimodifikasi oleh NU menjadi sesuatu yang bernuansa Islam dan bermuatan dakwah sebagaimana ajaran para Wali Songo.
Kelima, NU menjadi penyokong utama beragam agenda pemerintah, terutama terkait isu radikaisme beragama di Indonesia, dan secara gemilang berhasil menjadi representasi Islam rahmatan lil alamin bagi dunia luar.
Tantangan Abad Kedua
Menurut Sa'dullah banyak hal yang harus dilakukan oleh NU dalam menyongsong pada abad kedua ini, salah satunya di bidang ekonomi maupun Sumber Daya Manusia terutama terkait domain riset dan teknologi. Era di mana teknologi digital menjadi primadona, adalah sebuah keniscayaan bagi NU untuk melakukan pemberdayaan umat.
Selain itu, meski selalu berperan penting dalam setiap peristiwa politik di Tanah Air, namun secara politik NU kerap ditinggal ketika berbicara sharing kekuasaan. Dalam setiap Pemilu, suara NU selalu laku di pasaran para Caleg mapun kandidat di eksekutif, namun setelah itu NU sering ditinggalkan.
"Pengecualian adalah sosok KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang berhasil menjadi Presiden RI ke-4," kata Sa'dullah.
Kemudian sambung Sa'dullah, pondok pesantren harus mulai memikirkan kurikulum yang berorientasi pada penguasaan teknologi informasi bagi para santrinya. Jangan hanya ulama yang menguasai kitab kuning dan memimpin tahlil atau ritual keagamaan.
"Kemudian secara ekonomi, menciptakan para saudagar baru di NU," kata Sa'dullah.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(ALB)