Surabaya: Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mendukung pengajuan Syaichona Muhammad Kholil Bin Abdul Latif untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional. Syaichona Kholil, sapaannya, merupakan tokoh ulama Bangkalan sekaligus guru dari para banyak ulama besar yang mencetuskan berdirinya organisasi Islam Nadhatul Ulama (NU).
"Syaichona Kholil merupakan referensi lahirnya NU, jaringan terbesar Islam di dunia yang melahirkan sifat-sifat toleransi dan moderenisasi yang dibentuk melalui organisasi sosial keagamaan NU. Lahirnya NU merupakan restunya," kata Khofifah, di Surabaya, Rabu, 10 Maret 2021.
Gubernur perempuan pertama di Jatim itu juga menyampaikan, sosok Syaichona Kholil yang menjadi kekuatan NU akan menjadi referensi dan kekuatan besar di tengah masyarakat. Menurut Khofifah, NU memiliki basis komunitas tradisional yang memiliki banyak format konvensional, namun menjadi pagar kesatuan negara.
Baca: Upaya NasDem Merealisasikan Gelar Pahlawan Nasional kepada Mbah Kholil
Oleh karena itu, Khofifah meminta Bupati Bangkalan R. Abdul Latif Amin untuk segera melengkapi dokumen, yang menjadi proses otentifikasi pengajuan gelar Pahlawan Nasional kepada Syaichona Kholil. Syaichona Kholil sendiri dikenal dengan sebutan 'Maha Guru Nusantara'.
"Kelengkapan menjadi penting dan mengkomunikasikan kepada Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Tingkat Daerah (TP2GD), yang akan diteruskan ke Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Tingkat Pusat (TP2GP)," ujarnya.
Kata Khofifah, Pemkab Bangkalan sudah mengajukan hal tersebut pada Februari 2021. Saat memasuki proses pengajuan ke tingkat Pusat, proses pengurusannya akan melalui beberapa lapis tahapan. Diantaranya diskusi di tingkat lokal, dilanjutkan diskusi di tingkat provinsi, dan terakhir juga dilakukan diskusi di tingkat pusat.
"Tokoh NU jarang sekali yang mencatat jasa-jasa perjuangan dan pengorbanan yang kemudian diusulkan mendapat gelar, hanya sedikit sekali. Muridnya Syachona Kholil antara lain adalah Kyai Hasyim Asy’ari, Kyai Abdul Wahab Hasbullah dan Kyai As’ad Syamsul Arifin semua sudah mendapatkan gelar Pahlawan Nasional, karena proses sudah diusulkan," kata Khofifah.
Baca: NasDem Usulkan Mbah Kholil Diberi Gelar Pahlawan Nasional
Nantinya, penganugerahan gelar Pahlawan Nasional akan dilakukan pada November mendatang, berseiringan dengan Hari Pahlawan yang diperingati setiap 10 November. Khofifah menekankan, pengajuan Syachona Kholil sebagai pahlawan nasional karena perjuangan, pemikiran dan jejak pendiri Pondok Pesantren Kyai Syaikhona Mohammad Kholil Bangkalan Madura yang didirikan pada 1861 Masehi tersebut, dapat terus menjadi panutan bagi masyarakat di setiap era.
Ada puluhan bahkan ratusan murid dari Syaikhona Kholil. Di antaranya KH. Hasyim Asy’ari pendiri Jam’iyah Nahdlatul Ulama (organisasi terbesar di Indonesia), Kyai Abdul Wahab Hasbullah (Jombang), Kyai Bisri Syansuri (Jombang), Kyai Abdul Manaf (Lirboyo-Kediri), Kyai Maksum (Lasem), Kyai Munawir (Krapyak-Yogyakarta), Kyai Bisri Mustofa (Rembang Jateng).
Lalu Kyai Nawawi (Sidogiri), Kyai Ahmad Shiddiq (Jember), Kyai As’ad Syamsul Arifin (Situbondo), Kyai Abdul Majjid (Bata-Bata Pamekasan), Kyai Toha (Bata-Bata Pamekasan), Kyai Abi Sujak (Astatinggi Kebun Agung, Sumenep), Kyai Usymuni (Pandian Sumenep), Kyai Muhammad Hasan (Genggong Probolinggo), Kyai Zaini Mun’im (Paiton Probolinggo), Kyai Khozin (Buduran Sidoarjo) dan para Kyai serta Ulama lainnya.
Surabaya: Gubernur Jawa Timur
Khofifah Indar Parawansa mendukung pengajuan Syaichona Muhammad Kholil Bin Abdul Latif untuk mendapatkan gelar
pahlawan nasional. Syaichona Kholil, sapaannya, merupakan tokoh ulama Bangkalan sekaligus guru dari para banyak ulama besar yang mencetuskan berdirinya organisasi Islam Nadhatul Ulama (NU).
"Syaichona Kholil merupakan referensi lahirnya NU, jaringan terbesar Islam di dunia yang melahirkan sifat-sifat toleransi dan moderenisasi yang dibentuk melalui organisasi sosial keagamaan NU. Lahirnya NU merupakan restunya," kata Khofifah, di Surabaya, Rabu, 10 Maret 2021.
Gubernur perempuan pertama di Jatim itu juga menyampaikan, sosok Syaichona Kholil yang menjadi kekuatan NU akan menjadi referensi dan kekuatan besar di tengah masyarakat. Menurut Khofifah, NU memiliki basis komunitas tradisional yang memiliki banyak format konvensional, namun menjadi pagar kesatuan negara.
Baca: Upaya NasDem Merealisasikan Gelar Pahlawan Nasional kepada Mbah Kholil
Oleh karena itu, Khofifah meminta Bupati Bangkalan R. Abdul Latif Amin untuk segera melengkapi dokumen, yang menjadi proses otentifikasi pengajuan gelar Pahlawan Nasional kepada Syaichona Kholil. Syaichona Kholil sendiri dikenal dengan sebutan 'Maha Guru Nusantara'.
"Kelengkapan menjadi penting dan mengkomunikasikan kepada Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Tingkat Daerah (TP2GD), yang akan diteruskan ke Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Tingkat Pusat (TP2GP)," ujarnya.
Kata Khofifah, Pemkab Bangkalan sudah mengajukan hal tersebut pada Februari 2021. Saat memasuki proses pengajuan ke tingkat Pusat, proses pengurusannya akan melalui beberapa lapis tahapan. Diantaranya diskusi di tingkat lokal, dilanjutkan diskusi di tingkat provinsi, dan terakhir juga dilakukan diskusi di tingkat pusat.
"Tokoh NU jarang sekali yang mencatat jasa-jasa perjuangan dan pengorbanan yang kemudian diusulkan mendapat gelar, hanya sedikit sekali. Muridnya Syachona Kholil antara lain adalah Kyai Hasyim Asy’ari, Kyai Abdul Wahab Hasbullah dan Kyai As’ad Syamsul Arifin semua sudah mendapatkan gelar Pahlawan Nasional, karena proses sudah diusulkan," kata Khofifah.
Baca: NasDem Usulkan Mbah Kholil Diberi Gelar Pahlawan Nasional
Nantinya, penganugerahan gelar Pahlawan Nasional akan dilakukan pada November mendatang, berseiringan dengan Hari Pahlawan yang diperingati setiap 10 November. Khofifah menekankan, pengajuan Syachona Kholil sebagai pahlawan nasional karena perjuangan, pemikiran dan jejak pendiri Pondok Pesantren Kyai Syaikhona Mohammad Kholil Bangkalan Madura yang didirikan pada 1861 Masehi tersebut, dapat terus menjadi panutan bagi masyarakat di setiap era.
Ada puluhan bahkan ratusan murid dari Syaikhona Kholil. Di antaranya KH. Hasyim Asy’ari pendiri Jam’iyah Nahdlatul Ulama (organisasi terbesar di Indonesia), Kyai Abdul Wahab Hasbullah (Jombang), Kyai Bisri Syansuri (Jombang), Kyai Abdul Manaf (Lirboyo-Kediri), Kyai Maksum (Lasem), Kyai Munawir (Krapyak-Yogyakarta), Kyai Bisri Mustofa (Rembang Jateng).
Lalu Kyai Nawawi (Sidogiri), Kyai Ahmad Shiddiq (Jember), Kyai As’ad Syamsul Arifin (Situbondo), Kyai Abdul Majjid (Bata-Bata Pamekasan), Kyai Toha (Bata-Bata Pamekasan), Kyai Abi Sujak (Astatinggi Kebun Agung, Sumenep), Kyai Usymuni (Pandian Sumenep), Kyai Muhammad Hasan (Genggong Probolinggo), Kyai Zaini Mun’im (Paiton Probolinggo), Kyai Khozin (Buduran Sidoarjo) dan para Kyai serta Ulama lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)