Sejumlah umat Muslim memberikan ucapan selamat Natal kepada umat Nasrani di Kampung Losari Sawahan, Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Jumat (25/12/2015). Foto: Antara/Aditya Pradana
Sejumlah umat Muslim memberikan ucapan selamat Natal kepada umat Nasrani di Kampung Losari Sawahan, Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Jumat (25/12/2015). Foto: Antara/Aditya Pradana

Rukun dalam Keberagaman

Media Indonesia • 26 Desember 2015 12:34
medcom.id, Lamongan: Desa Pancasila. Pernah mendengar nama ini? Itulah sebutan lain Desa Balun yang terletak di Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur.
 
Pemberian nama itu didasarkan pada kebersamaan warga dalam menjaga kerukunan beragama di desa ini yang sudah berlangsung sejak puluhan tahun silam.
 
Kata Balun berasal dari nama Mbah Alun, seorang tokoh yang mengabdi dan berperan besar terhadap terbentuknya desa ini sejak 1600-an.

Mbah Alun dikenal juga sebagai Sunan Tawang Alun I atau Mbah Sin Arih Kono. Di kampung ini, berjajar tiga tempat ibadah selama puluhan tahun.
 
Ketiga rumah ibadah yang berdekatan lokasinya itu, Masjid Miftahul Huda, Gereja Kristen Jawi Wetan, dan Pura Sweta Mahasuci.
 
Ketiga tempat ibadah itu hanya dipisahkan jalan dan lapangan desa.
 
Keberadaan tiga bangunan suci ini menunjukkan warga Desa Balun memiliki tingkat toleransi yang sangat tinggi.
 
Buktinya, selama ini warganya mampu hidup berdampingan secara damai.
 
Hal itu merupakan bentuk perwujudan atas pengamalan Pancasila sebagai dasar negara dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang juga ditemukan dalam Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular pada era Kerajaan Majapahit.
 
Dengan tingkat toleransi yang sangat tinggi itu, proses ritual keagamaan antarpemeluk agama berjalan dengan lancar dan tertib.
 
"Bahkan, umat beragama saling menjaga jika sedang berlangsung peringatan atau perayaan keagamaan," ujar Ketua Wilayah GKJW Balun Sutrisno, kemarin.
 
Seperti Hari Natal saat ini, umat Islam dan umat Hindu bersama menjaga agar perayaan Misa Natal warga Nasrani bisa berlangsung secara aman dan khidmat.
 
Ia mengatakan remaja Masjid Miftahul Huda dan pemuda Hindu turut serta mengamankan Gereja Balun bersama dengan pihak kepolisian dan TNI.
 
Untuk keamanan selain dari kepolisian dan Linmas, ada juga dari remaja masjid dan dari remaja Hindu.
 
"Mereka yang screening jemaat yang mau ke gereja, mereka lebih tahu ini orang dari Desa Balun atau tidak," urainya.
 
Salah satu warga desa Harminto mengatakan, meski berbeda agama, banyak di antara warga yang masih bersaudara.
 
"Kami berusaha menjaga agar kerukunan ini tetap terpelihara karena bagaimanapun kami masih saudara," ungkap Hermanto yang berasal dari kalangan muslim.
 
Tanpa basa-basi
 
Di Kota Larantuka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, indahnya keberagaman juga terlihat dalam pementasan musik Van Varre Santa Cecilia.
 
Kelompok seni budaya yang berada di bawah naungan Keuskupan Larantuka itu beranggotakan sebanyak 80 pemusik dan penyanyi kor.
 
Pada Selasa 22 Desember hingga Rabu 23 Desember lalu, mereka beraksi di atas truk tronton yang telah disulap menjadi panggung berjalan.
 
Topi khas Sinterklas tersemat di kepala mereka. Pada barisan depan, sebuah bajaj dihiasi kerlap-kerlip pohon Natal. Sambil berdiri, tokoh Sinterklas tak lupa melambaikan tangan kepada warga yang menyaksikan parade ini.
 
Melalui musik, nyanyian hingga pembagian kado Natal, kelompok musik ini mengingatkan umat kristiani akan peristiwa sukacita dan kedamaian Natal.
 
Tradisi Van Varre sendiri dimulai sejak misionaris Yesuit dan SVD berkarya di Larantuka tahun 1913.
 
Meski Van Varre ialah tradisi bagi umat kristiani di sana, keanggotaannya tidak menutup diri bagi pemeluk agama lain. Dua anggota Van Varre ialah muslim.
 
"Muhamad Iqbal, pemain trompet utama dan Fitri, penari adalah dua anggota Van Varre muslim. Keduanya aktif dalam setiap kegiatan Van Varre. Keduanya ialah muslim yang taat, selalu mengutamakan salat 5 waktu. Kami amati dalam setiap latihan. Terus terang kami sangat menghormati keputusan mereka bergabung di Van Varre. Ini simbol keberagaman tanpa basa basi," ujar Rm Lorens Riberu Pr, Wakil Ketua Lembaga Seni Budaya Van Varre, Santa Cecilia Larantuka.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(KRI)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan