medcom.id, Malang: Tidak banyak warga yang tahu, siapa pendiri Dolly dan di mana jenazahnya dimakamkan kini. Nyatanya kini makam perintis lokalisasi yang akan ditutup untuk selamanya itu, Dollyra Advonso Chavid, di Kota Malang, terlihat kurang terurus.
Jenazah Tante Dolly dimakamkan pada 1992 di di Kompleks Permakaman Nasrani Sukun, Kota Malang, Jawa Timur. Di lokasi itu pula, jenazah putra tercintanya, Eduard Soukup Eddy, dimakamkan, enam tahun kemudian. Perempuan kelahiran 1929 itu merupakan warga negara 'Negeri Kincir Angin' yang telah hijrah ke Indonesia dan menetap di Surabaya. Di kota itulah,
Tante Dolly yang bersuamikan seorang pelaut mendirikan sebuah wisma pertama yang memberikan pelayanan seks. Semenjak saat itulah, lokasi tersebut dikenal warga sekitar sebagai lokalisasi Dolly.
Meski menjadi warga Surabaya, Tante Dolly sempat berpesan kepada sang putra agar dimakamkan di permakaman umum Kota Malang. Alasannya, agar dekat dan mudah diziarahi putra dan cucu yang semuanya tinggal di kota tersebut.
Biasanya, makam Tante Dolly sering didatangi peziarah dari Kota Surabaya dan sekitarnya. Namun sejak beberapa tahun terakhir terlebih sejak sang putra Eddy meninggal, makam tersebut jarang dikunjungi. "Biasanya cucunya, anak dari Pak Eddy, tapi sudah lama juga enggak ke sini. Adalah 2-3 tahun. Yang saya tahu, dia (Dolly) memang sengaja dimakamkan di sini setelah diantar langsung dari Surabaya karena anak-cucunya di sini," kata salah satu petugas permakaman Asmari, Rabu (18/6/2014)
.
Alhasil, kondisi makam Tante Dolly lambat laun menjadi kurang terurus. Bukan tidak mungkin, sejalan dengan penutupan lokalisasi yang ia rintis, nama Tante Dolly hanya menjadi kenangan masa lalu.
medcom.id, Malang: Tidak banyak warga yang tahu, siapa pendiri Dolly dan di mana jenazahnya dimakamkan kini. Nyatanya kini makam perintis lokalisasi yang akan ditutup untuk selamanya itu, Dollyra Advonso Chavid, di Kota Malang, terlihat kurang terurus.
Jenazah Tante Dolly dimakamkan pada 1992 di di Kompleks Permakaman Nasrani Sukun, Kota Malang, Jawa Timur. Di lokasi itu pula, jenazah putra tercintanya, Eduard Soukup Eddy, dimakamkan, enam tahun kemudian. Perempuan kelahiran 1929 itu merupakan warga negara 'Negeri Kincir Angin' yang telah hijrah ke Indonesia dan menetap di Surabaya. Di kota itulah,
Tante Dolly yang bersuamikan seorang pelaut mendirikan sebuah wisma pertama yang memberikan pelayanan seks. Semenjak saat itulah, lokasi tersebut dikenal warga sekitar sebagai lokalisasi Dolly.
Meski menjadi warga Surabaya, Tante Dolly sempat berpesan kepada sang putra agar dimakamkan di permakaman umum Kota Malang. Alasannya, agar dekat dan mudah diziarahi putra dan cucu yang semuanya tinggal di kota tersebut.
Biasanya, makam Tante Dolly sering didatangi peziarah dari Kota Surabaya dan sekitarnya. Namun sejak beberapa tahun terakhir terlebih sejak sang putra Eddy meninggal, makam tersebut jarang dikunjungi. "Biasanya cucunya, anak dari Pak Eddy, tapi sudah lama juga enggak ke sini. Adalah 2-3 tahun. Yang saya tahu, dia (Dolly) memang sengaja dimakamkan di sini setelah diantar langsung dari Surabaya karena anak-cucunya di sini," kata salah satu petugas permakaman Asmari, Rabu (18/6/2014)
.
Alhasil, kondisi makam Tante Dolly lambat laun menjadi kurang terurus. Bukan tidak mungkin, sejalan dengan penutupan lokalisasi yang ia rintis, nama Tante Dolly hanya menjadi kenangan masa lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(PRI)