Depok: Pemerintah Kota (Pemkot) Depok, Jawa Barat, terus berupaya mencegah dan menurunkan angka stunting agar generasi mendatang lebih sehat dan kuat. Wakil Wali Kota Depok, Imam Budi Hartono, mengatakan perbaikan gizi lebih diarahkan pada gizi seimbang sebagai solusi menurunkan stunting dan mencegah angka obesitas menjadi naik yang berlaku pada semua kelompok umur.
"Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal kehidupan setelah lahir atau 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), tetapi baru nampak setelah anak berusia 2 tahun," ujar Imam, Sabtu, 23 Juli 2022.
Menurut Imam, 1.000 HPK merupakan waktu yang optimal agar anak dapat memanfaatkan peluang untuk mencapai potensi terbaik atau dikenal dengan periode emas. Imam menjelaskan salah satu kondisi yang dapat meningkatkan risiko stunting adalah anemia ibu hamil yang berkaitan erat dengan remaja putri.
Baca: Upaya Menurunkan Angka Stunting di Indonesia
Remaja putri yang mengalami anemia cenderung menjadi perempuan dewasa yang anemia dan kelak menjadi ibu hamil anemia.
"Permasalahan ke depan yang timbul adalah ibu hamil anemia cenderung melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dan berpotensi stunting," ujar dia.
Imam memaparkan data tentang anemia pada remaja putri, berdasarkan hasil survei tahun 2016 ditemukan 36,6 persen remaja putri yang anemia, angka ini termasuk sebagai masalah kesehatan kategori sedang.
"Untuk itu, pencegahan dilakukan dalam bentuk suplementasi zat besi dan asam folat mingguan atau yang disebut dengan Tablet Tambah Darah (TTD) perlu diperluas cakupannya," kata Imam.
Ia menuturkan dalam meningkatkan cakupan tersebut diperlukan koordinasi multi-sektoral yang memadai. Dari mulai perlindungan anak dan perempuan, pendidikan, masyarakat dan urusan agama sering terlewatkan hingga keterlibatan dari remaja yang menjadi target dari program.
Depok: Pemerintah Kota (Pemkot) Depok, Jawa Barat, terus berupaya mencegah dan menurunkan angka
stunting agar generasi mendatang lebih sehat dan kuat. Wakil Wali Kota Depok, Imam Budi Hartono, mengatakan
perbaikan gizi lebih diarahkan pada gizi seimbang sebagai solusi menurunkan stunting dan mencegah angka obesitas menjadi naik yang berlaku pada semua kelompok umur.
"Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal kehidupan setelah lahir atau 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), tetapi baru nampak setelah anak berusia 2 tahun," ujar Imam, Sabtu, 23 Juli 2022.
Menurut Imam, 1.000 HPK merupakan waktu yang optimal agar anak dapat memanfaatkan peluang untuk mencapai potensi terbaik atau dikenal dengan periode emas. Imam menjelaskan salah satu kondisi yang dapat meningkatkan risiko stunting adalah anemia ibu hamil yang berkaitan erat dengan remaja putri.
Baca:
Upaya Menurunkan Angka Stunting di Indonesia
Remaja putri yang mengalami anemia cenderung menjadi perempuan dewasa yang anemia dan kelak menjadi ibu hamil anemia.
"Permasalahan ke depan yang timbul adalah ibu hamil anemia cenderung melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) dan berpotensi stunting," ujar dia.
Imam memaparkan data tentang anemia pada remaja putri, berdasarkan hasil survei tahun 2016 ditemukan 36,6 persen remaja putri yang anemia, angka ini termasuk sebagai masalah kesehatan kategori sedang.
"Untuk itu, pencegahan dilakukan dalam bentuk suplementasi zat besi dan asam folat mingguan atau yang disebut dengan Tablet Tambah Darah (TTD) perlu diperluas cakupannya," kata Imam.
Ia menuturkan dalam meningkatkan cakupan tersebut diperlukan koordinasi multi-sektoral yang memadai. Dari mulai perlindungan anak dan perempuan, pendidikan, masyarakat dan urusan agama sering terlewatkan hingga keterlibatan dari remaja yang menjadi target dari program.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)