medcom.id, Denpasar: Ibu mana yang tak berduka ketika harus melepas kepergian anaknya untuk kedua kali. Itulah yang dirasakan Hamida setelah mendengar kabar kematian putri kandungnya, Angeline, di Denpasar, Bali.
Hingga berita ini dimuat, sekira pukul 16.40 WIB, Rabu 10 Juni, Hamida seorang diri di depan ruang jenazah RSUP Sanglah, Denpasar. Duka tampak di raut wajahnya. Tak henti-hentinya ia menangis. Sesekali ia histeris.
"Angeline, ibu datang," teriaknya sambil menggedor-gedor pintu ruang jenazah.
Kesedihan semakin terasa lantaran Hamida belum juga mendapat izin untuk bertemu dengan sang buah hati yang ia lahirkan delapan tahun lalu itu. Sementara hasil autopsi sudah didapat dan menyebutkan Angeline tewas akibat benturan benda tumpul dan bekas jeratan ditemukan di lehernya.
Hamida datang ke rumah sakit setelah mendapat kabar putrinya itu ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di belakang rumah keluarga angkatnya di Jalan Sedap Malam, Denpasar. Setibanya di rumah sakit, Hamida tak bisa menemui sang putri, bahkan jenazahnya saja.
Hancur. Mungkin itulah yang dirasakan Hamida. Ia pun jatuh tak berdaya di depan pintu ruang jenazah.
Seorang kerabat yang menemani memindahkannya ke sebuah kursi. Warga yang berada di sekitar ruang jenazah berusaha menenangkan Hamida. Bahkan beberapa warga yang bersimpati menawarkan diri untuk mengantar perempuan tersebut ke rumahnya di Jl Poh Gading 10 X Jimbaran. Namun Hamida menolaknya. Ia ingin tetap ingin melihat sang buah hati.
Delapan tahun lalu, saat Angeline masih berusia tiga hari, Hamida merelakan putrinya itu diangkat anak oleh sebuah keluarga yang bertempat tinggal di Denpasar yaitu Margaret dan suaminya yang berkebangsaan asing.
Kini, Hamida harus melepas putri kecilnya itu ke Yang Maha Kuasa. Hamida pun meminta polisi menindak pelaku yang tega membunuh Angeline dengan hukuman seberat-beratnya.  
  
  
    medcom.id, Denpasar: Ibu mana yang tak berduka ketika harus melepas kepergian anaknya untuk kedua kali. Itulah yang dirasakan Hamida setelah mendengar kabar kematian putri kandungnya, Angeline, di Denpasar, Bali. 
Hingga berita ini dimuat, sekira pukul 16.40 WIB, Rabu 10 Juni, Hamida seorang diri di depan ruang jenazah RSUP Sanglah, Denpasar. Duka tampak di raut wajahnya. Tak henti-hentinya ia menangis. Sesekali ia histeris. 
"Angeline, ibu datang," teriaknya sambil menggedor-gedor pintu ruang jenazah.
Kesedihan semakin terasa lantaran Hamida belum juga mendapat izin untuk bertemu dengan sang buah hati yang ia lahirkan delapan tahun lalu itu. Sementara hasil autopsi sudah didapat dan menyebutkan Angeline tewas akibat benturan benda tumpul dan bekas jeratan ditemukan di lehernya. 
Hamida datang ke rumah sakit setelah mendapat kabar putrinya itu ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di belakang rumah keluarga angkatnya di Jalan Sedap Malam, Denpasar. Setibanya di rumah sakit, Hamida tak bisa menemui sang putri, bahkan jenazahnya saja. 
Hancur. Mungkin itulah yang dirasakan Hamida. Ia pun jatuh tak berdaya di depan pintu ruang jenazah. 
Seorang kerabat yang menemani memindahkannya ke sebuah kursi. Warga yang berada di sekitar ruang jenazah berusaha menenangkan Hamida. Bahkan beberapa warga yang bersimpati menawarkan diri untuk mengantar perempuan tersebut ke rumahnya di Jl Poh Gading 10 X Jimbaran. Namun Hamida menolaknya. Ia ingin tetap ingin melihat sang buah hati. 
Delapan tahun lalu, saat Angeline masih berusia tiga hari, Hamida merelakan putrinya itu diangkat anak oleh sebuah keluarga yang bertempat tinggal di Denpasar yaitu Margaret dan suaminya yang berkebangsaan asing. 
Kini, Hamida harus melepas putri kecilnya itu ke Yang Maha Kuasa. Hamida pun meminta polisi menindak pelaku yang tega membunuh Angeline dengan hukuman seberat-beratnya. 
Cek Berita dan Artikel yang lain di 
            
                
                
                    Google News
                
            Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(RRN)