Malang: Pertandingan antara Arema Malang melawan Persebaya Surabaya tak akan terlupakan oleh Devi Athok Zulfitri. Warga Desa Krebet Senggrong, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, itu kehilangan dua putri nya dalam insiden hujan gas air mata di Stadion Kanjuruhan tersebut.
Dua putri kandung Athok, Natasya Deby Ramadhani, 16, dan Nayla Deby Anggraeni, 13, masuk daftar di antara 131 korban meninggal yang sudah dirilis. Sang kakak, Natasya masih duduk di bangku SMK. Sedangkan adiknya, Nayla masih duduk di bangku SMP.
Saat ditemui di Stadion Kanjuruhan beberapa waktu lalu, Athok bercerita kedua putrinya merupakan hasil pernikahannya dengan Geby Asta, 43. Delapan tahun lalu, Athok telah berpisah dengan Geby dan sejak saat itu kedua putrinya hidup bersama sang ibu.
Pada malam itu, kedua putri kesayangannya menonton pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya bersama sang ibu. Nahas, ketiganya meregang nyawa usai laga big match Derby Jatim tersebut.
"Geby mantan istri saya juga meninggal dunia," kata Athok sembari menahan tangis saat bercerita.
Sebelum menyaksikan pertandingan langsung di stadion, kedua putrinya sempat berpamitan kepada Athok. Sedangkan saat itu, Athok kebetulan tidak bisa mendampingi kedua putrinya lantaran urusan pekerjaan.
"Saya bekerja, Tasya pamit mau nonton. Saya sempat khawatir. Apalagi ketika itu Tasya, Geby dan Nayla, duduk di tribun selatan. Selama ini Tasya tidak pernah nonton di tribun selatan. Selalu sama saya dan duduk di tribun utara," jelasnya.
Setelah pertandingan berjalan 90+7 menit, Athok mendengar kabar ada kericuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan. Teringat kedua buah hatinya, Athok pun langsung berangkat menuju stadion.
"Saya ke Kanjuruhan. Suasana di depan stadion sudah ramai ketika itu. Saya cari anak saya dan bertemu di rumah sakit," tuturnya.
Begitu tiba di rumah sakit, hancur hati Athok saat mendengar kabar orang-orang yang dicintainya sudah meninggal. Gelap mata, ia pun meluapkan amarahnya kepada orang-orang yang ada di sana.
"Sedih, marah dan tak tahu harus berbuat apa. Saya marah betul. Maaf untuk pihak rumah sakit, saya emosi sekali ketika itu. Sekali lagi tolong maafkan saya," bebernya.
Natasya dan Nayla disebut Athok merupakan suporter fanatik tim Arema FC atau Aremanita (sebutan untuk fans wanita). Ia begitu menyesal tak bisa menyelamatkan kedua putri kesayangannya di malam itu.
"Sampai hari ini suara minta tolong masih terngiang di telinga saya. Semoga arwah kedua anak saya tenang di alam sana, semoga Allah mengampuni dosa-dosanya dan menempatkannya dalam surga," ungkapnya.
Kini Athok hanya dapat memandang dua pasang baju yang dikenakan putri-putrinya saat malam tragedi itu. Pada baju itu, masih terdapat noda membekas serta bau gas air mata yang menyerupai bau amonia.
"Baju Tasya dan Nayla masih saya simpan. Ada bekas seperti bau amonia nya. Kalau jasadnya utuh, tidak ada luka-luka. Hanya di dada atas ada luka seperti menghitam. Lalu ada kayak yang terbakar di bagian wajah. Ini pasti bukan gas air mata biasa," katanya.
Melihat hal itu, Athok pun mendesak agar tragedi di Stadion Kanjuruhan dapat diusut tuntas. Ia meminta pelaku penembakan gas air mata usai pertandingan saat itu ditangkap.
"Ini bukan kerusuhan suporter bola. Ini sudah genosida penembakan gas air mata. Pembunuhan, karena gas air mata efeknya tidak seperti itu. Saya hanya menuntut kejadian ini diusut tuntas. Saya yakin ini bukan gas air mata biasa," ujarnya.
Malang: Pertandingan antara
Arema Malang melawan
Persebaya Surabaya tak akan terlupakan oleh Devi Athok Zulfitri. Warga Desa Krebet Senggrong, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, itu kehilangan dua putri nya dalam insiden
hujan gas air mata di
Stadion Kanjuruhan tersebut.
Dua putri kandung Athok, Natasya Deby Ramadhani, 16, dan Nayla Deby Anggraeni, 13, masuk daftar di antara 131 korban meninggal yang sudah dirilis. Sang kakak, Natasya masih duduk di bangku SMK. Sedangkan adiknya, Nayla masih duduk di bangku SMP.
Saat ditemui di Stadion Kanjuruhan beberapa waktu lalu, Athok bercerita kedua putrinya merupakan hasil pernikahannya dengan Geby Asta, 43. Delapan tahun lalu, Athok telah berpisah dengan Geby dan sejak saat itu kedua putrinya hidup bersama sang ibu.
Pada malam itu, kedua putri kesayangannya menonton pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya bersama sang ibu. Nahas, ketiganya meregang nyawa usai laga big match Derby Jatim tersebut.
"Geby mantan istri saya juga meninggal dunia," kata Athok sembari menahan tangis saat bercerita.
Sebelum menyaksikan pertandingan langsung di stadion, kedua putrinya sempat berpamitan kepada Athok. Sedangkan saat itu, Athok kebetulan tidak bisa mendampingi kedua putrinya lantaran urusan pekerjaan.
"Saya bekerja, Tasya pamit mau nonton. Saya sempat khawatir. Apalagi ketika itu Tasya, Geby dan Nayla, duduk di tribun selatan. Selama ini Tasya tidak pernah nonton di tribun selatan. Selalu sama saya dan duduk di tribun utara," jelasnya.
Setelah pertandingan berjalan 90+7 menit, Athok mendengar kabar ada kericuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan. Teringat kedua buah hatinya, Athok pun langsung berangkat menuju stadion.
"Saya ke Kanjuruhan. Suasana di depan stadion sudah ramai ketika itu. Saya cari anak saya dan bertemu di rumah sakit," tuturnya.
Begitu tiba di rumah sakit, hancur hati Athok saat mendengar kabar orang-orang yang dicintainya sudah meninggal. Gelap mata, ia pun meluapkan amarahnya kepada orang-orang yang ada di sana.
"Sedih, marah dan tak tahu harus berbuat apa. Saya marah betul. Maaf untuk pihak rumah sakit, saya emosi sekali ketika itu. Sekali lagi tolong maafkan saya," bebernya.
Natasya dan Nayla disebut Athok merupakan suporter fanatik tim Arema FC atau Aremanita (sebutan untuk fans wanita). Ia begitu menyesal tak bisa menyelamatkan kedua putri kesayangannya di malam itu.
"Sampai hari ini suara minta tolong masih terngiang di telinga saya. Semoga arwah kedua anak saya tenang di alam sana, semoga Allah mengampuni dosa-dosanya dan menempatkannya dalam surga," ungkapnya.
Kini Athok hanya dapat memandang dua pasang baju yang dikenakan putri-putrinya saat malam tragedi itu. Pada baju itu, masih terdapat noda membekas serta bau gas air mata yang menyerupai bau amonia.
"Baju Tasya dan Nayla masih saya simpan. Ada bekas seperti bau amonia nya. Kalau jasadnya utuh, tidak ada luka-luka. Hanya di dada atas ada luka seperti menghitam. Lalu ada kayak yang terbakar di bagian wajah. Ini pasti bukan gas air mata biasa," katanya.
Melihat hal itu, Athok pun mendesak agar tragedi di Stadion Kanjuruhan dapat diusut tuntas. Ia meminta pelaku penembakan gas air mata usai pertandingan saat itu ditangkap.
"Ini bukan kerusuhan suporter bola. Ini sudah genosida penembakan gas air mata. Pembunuhan, karena gas air mata efeknya tidak seperti itu. Saya hanya menuntut kejadian ini diusut tuntas. Saya yakin ini bukan gas air mata biasa," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)