Ilustrasi Medcom.id/ Mohammad Rizal.
Ilustrasi Medcom.id/ Mohammad Rizal.

22 Persen Mahasiswa Universitas Jember Disebut Terpapar Radikalisme

Antara • 21 November 2019 12:27
Jember: Ketua Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember (Unej) Akhmad Taufiq mengatakan 22 persen mahasiswa Universitas Jember (Unej) terpapar radikalisme. Data tersebut berdasar laporan studi pemetaan gerakan radikalisme yang dilakukan LP3M Unej pada tahun 2018.
 
"Di Unej terdapat 22 persen yang terpapar radikalisme, diderivasi lagi menjadi radikalisme teologis yakni setuju dengan pengkafiran, qital, dan jihad yaitu sejumlah 25 persen, radikalisme politis berupa kesetujuannya pada konsep negara Islam atau khilafah sejumlah 20 persen," kata Taufiq dalam pleno 4 Festival HAM di aula PB Sudirman Kantor Pemkab Jember, Jawa Timur, Rabu, 20 November 2019.
 
Taufiq menjelaskan hal itu menunjukkan betapa pentingnya semua pihak untuk melakukan pencegahan meski persentase tersebut belum dapat dinyatakan bahwa mereka telah melakukan tindakan kekerasan fisik, baik pada diri mereka sendiri maupun orang lain.

Secara substansial, Taufiq memberi tanggapan substantif atas temuan riset yang dilakukan INFID Jakarta yang menyatakan adanya 10 perguruan tinggi negeri (PTN) yang terpapar radikalisme, yang ditunjukan aktivitas merakit bom, pelatihan militer, razia syariah, dan keterlibatan mahasiswa pada organisasi terlarang HTI merupakan kondisi yang dapat dikatakan krusial dan akut.
 
"Kondisi demikian itu hampir terjadi di seluruh PTN dengan frekuensi yang berbeda. Oleh karena itu, gerakan radikalisme itu sudah dapat dikategorikan terstruktur, sistematik, dan massif," jelas Taufiq.
 
Untuk itu Taufiq merekomendasikan beberapa hal yakni pertama, pentingnya secara substantif pendidikan multikultural untuk mengembangkan sikap toleransi dan inklusivitas. Kemudian rekomendasi kedua keterlibatan semua pihak untuk mengatasi permasalahan radikalisme.
 
"Mengatasi soal radikalisme tidaklah cukup hanya melibatkan struktur berbasis negara," ungkap Taufiq.
 
Rekomendasi ketiga, lanjut Taufiq, yakni dalam tataran perguruan tinggi, pentingnya perhatian secara khusus dan komitmen kepemimpinan yang memiliki komitmen yang tegas untuk tidak memberi ruang bagi tumbuhnya gerakan radikalisme di kampus.
 
Dalam pleno 4 Festival HAM tersebut mengangkat tema Strategi Pencegahan Intoleransi, Radikalisme, dan Kekerasan Ekstrimisme di Dunia Pendidikan dan Media Sosial yang dihadiri berbagai elemen masyarakat, pemuda, dan perwakilan dari beberapa negara.
 
Selain Akhmad Taufiq, pembicara yang lain yakni M. Zaki Mubarok (PPIM), Agus Muhammad (Peneliti INFID), Libasut Taqwa (Wahid Istitut), Ciciek Farha (Peneliti PVE), Tohari (AGPAII Jember), dan Budi Hartawan (BNPT).
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan