Medan: Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sumatra Utara mengendus dugaan penyimpangan di Pondok Pesantren (ponpes) Al Kafiyah.
Sebelumnya, ponpes tersebut viral lantaran video adegan salat berjemaah yang diimami seorang wanita. Meski belakangan disebut hanya konten, namun MUI setempat tetap melakukan investigasi.
"Hari ini Komisi Fatwa dan DP MUI Kabupaten Langkat membentuk tim untuk meneliti lebih lanjut (dugaan penyimpangan)," ujar Sekretraris Bidang Fatwa MUI Sumut, Irwansyah, Selasa, 7 Juli 2023.
Menurut dia, hasil investigasi tahap awal ditemukan fakta bahwa Al Kafiyah bukanlah pondok pesantren melainkan padepokan dengan jumlah pengikut sebanyak 12 orang.
Irwansyah menyebut, nama pondok pesantren yang disandang Al Kafiyah pun tak terdaftar di Kementerian Agama. Bahkan lembaga tersebut tidak memiliki santri khusus yang mempelajari agama.
"Mereka tidak memiliki referensi dan tidak bisa membaca kitab Arab serta tidak jelas sanad keilmuannya. Mereka justru melaksanakan pengobatan herbal," terang Irwansyah.
Dia menjelaskan konten viral yang sengaja disebarkan oleh kelompok tersebut modusnya murni karena uang. Sebab video yang ditayangkan via media sosial bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah yang menggiurkan.
"Pendalaman terus dilakukan agar bisa ditemukan titik terang untuk bisa disampaikan kepada masyarakat," imbuh dia.
Medan: Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sumatra Utara mengendus dugaan penyimpangan di
Pondok Pesantren (ponpes) Al Kafiyah.
Sebelumnya, ponpes tersebut viral lantaran video adegan salat berjemaah yang diimami seorang wanita. Meski belakangan disebut hanya konten, namun MUI setempat tetap melakukan investigasi.
"Hari ini Komisi Fatwa dan DP MUI Kabupaten Langkat membentuk tim untuk meneliti lebih lanjut (dugaan penyimpangan)," ujar Sekretraris Bidang Fatwa MUI Sumut, Irwansyah, Selasa, 7 Juli 2023.
Menurut dia, hasil investigasi tahap awal ditemukan fakta bahwa Al Kafiyah bukanlah pondok pesantren melainkan padepokan dengan jumlah pengikut
sebanyak 12 orang.
Irwansyah menyebut, nama pondok pesantren yang disandang Al Kafiyah pun tak terdaftar di Kementerian Agama. Bahkan lembaga tersebut tidak memiliki santri khusus yang mempelajari agama.
"Mereka tidak memiliki referensi dan tidak bisa membaca kitab Arab serta tidak jelas sanad keilmuannya. Mereka justru melaksanakan pengobatan herbal," terang Irwansyah.
Dia menjelaskan konten viral yang sengaja disebarkan oleh kelompok tersebut modusnya murni karena uang.
Sebab video yang ditayangkan via media sosial bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah yang menggiurkan.
"Pendalaman terus dilakukan agar bisa ditemukan titik terang untuk bisa disampaikan kepada masyarakat," imbuh dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)
