Sragen: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sragen memprediksi wilayah rawan kekeringan meluas dibandingkan tahun sebelumnya. Tercatat sebanyak tujuh kecamatan di Kabupaten Sragen mengalami kekeringan tahun lalu.
Jumlah tersebut diperkirakan bertambah menjadi sembilan kecamatan pada musim kemarau tahun ini. Selain itu, jumlah desa yang masuk zona rawan kekurangan air bersih juga bertambah dari 36 menjadi 38 desa.
"Iya (diperkirakan bertambah). Tambahan wilayah kekeringan ada di Kecamatan Tanon, tepatnya di Desa Kalikobok. Selain itu, Kecamatan Kalijambe di Desa Krikilan juga," ujar Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Sragen, Giyanto, Selasa, 23 Juli 2024.
Sementara itu, sebanyak 155 dukuh saat ini masuk zoba kekeringan. Kemudian kecamatan yang masuk wilayah rawan kekeringan yakni Sukodono sebanyak empat desa, Kecamatan Gesi empat desa, Kecamatan Mondokan enam desa, Kecamatan Jenar empat desa, Kecamatan Miri empat desa, Kecamatan Sumberlawang tujuh desa, serta Kecamatan Tangen tujuh Desa.
Ia menambahkan, saat ini telah memasuki puncak kemarau ditandai dengan hawa dingin atau bediding. BPBD Sragen juga telah menerima permintaan dropping air bersih ke berbagai wilayah rawan kekeringan.
"Dropping air bersih telah dimulai pada Senin pekan lalu di RT 10 dan 11 Desa Poleng Kecamatan Gesi Sragen," terangnya.
Di sisi lain, pemerintah Kabupaten Sragen menggandeng berbagai pihak membuat sumur dalam untuk mencukupi kebutuhan air bersih di wilayah kekeringan pada periode musim kemarau tahun lalu. Dia berharap keberadaan sumur tersebut dapat mengurangi dropping air bersih pada musim kemarau di wilayah-wilayah kekeringan kali ini.
"Itu sangat berdampak terhadap kami dalam melayani masyarakat. Sumur-sumur yang dibangun masyarakat sendiri juga sangat membantu kami mengurangi dropping air," imbuhnya.
Sragen: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sragen memprediksi wilayah rawan kekeringan meluas dibandingkan tahun sebelumnya. Tercatat sebanyak tujuh kecamatan di Kabupaten Sragen mengalami kekeringan tahun lalu.
Jumlah tersebut diperkirakan bertambah menjadi sembilan kecamatan pada musim kemarau tahun ini. Selain itu, jumlah desa yang masuk zona rawan kekurangan air bersih juga bertambah dari 36 menjadi 38 desa.
"Iya (diperkirakan bertambah). Tambahan wilayah kekeringan ada di Kecamatan Tanon, tepatnya di Desa Kalikobok. Selain itu, Kecamatan Kalijambe di Desa Krikilan juga," ujar Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Sragen, Giyanto, Selasa, 23 Juli 2024.
Sementara itu, sebanyak 155 dukuh saat ini masuk zoba kekeringan. Kemudian kecamatan yang masuk wilayah rawan kekeringan yakni Sukodono sebanyak empat desa, Kecamatan Gesi empat desa, Kecamatan Mondokan enam desa, Kecamatan Jenar empat desa, Kecamatan Miri empat desa, Kecamatan Sumberlawang tujuh desa, serta Kecamatan Tangen tujuh Desa.
Ia menambahkan, saat ini telah memasuki puncak kemarau ditandai dengan hawa dingin atau bediding. BPBD Sragen juga telah menerima permintaan dropping air bersih ke berbagai wilayah rawan kekeringan.
"Dropping air bersih telah dimulai pada Senin pekan lalu di RT 10 dan 11 Desa Poleng Kecamatan Gesi Sragen," terangnya.
Di sisi lain, pemerintah Kabupaten Sragen menggandeng berbagai pihak membuat sumur dalam untuk mencukupi kebutuhan air bersih di wilayah kekeringan pada periode musim kemarau tahun lalu. Dia berharap keberadaan sumur tersebut dapat mengurangi dropping air bersih pada musim kemarau di wilayah-wilayah kekeringan kali ini.
"Itu sangat berdampak terhadap kami dalam melayani masyarakat. Sumur-sumur yang dibangun masyarakat sendiri juga sangat membantu kami mengurangi dropping air," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)