Sikka: Ratusan ekor babi milik masyarakat di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), mati diduga terjangkit virus African Swine Fever (ASF) atau flu babi Afrika.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Maurits da Cunha, mengatakan sepanjang Januari hingga Juni 2020, diperkirakan sekitar 300 ekor babi mati akibat virus.
Ia mengatakan kebanyakan babi mati terjangkit virus hog cholera. Namun tak menutup kemungkinan hewan ternak itu mati terserang virus ASF.
"Sampel dari babi mati itu kita sudah kirim ke balai (laboratorium) di Denpasar. Namun sampai saat ini belum ada jawaban. Tetapi ada babi yang mati itu mengarah ke ASF," papar Moris, Kamis, 2 Juli 2020.
Baca juga: Mendag Yakin Perekonomian Segera Bangkit
Moris mengungkapkan, babi mati terserang virus ASF sebelumnya hanya ditemukan di Pulau Timor. Namun, ia menduga saat ini sudah mengarah ke Pulau Flores.
Menurut dia, petugas di lapangan menemukan sejumlah babi mati dengan kulit perut berwarna kemerah-merahan. Untuk antisipasi kematian babi lainnya, ia enurunkan petugas lapangan untuk melakukan penyemprotan cairan disinfektan di sejumlah kandang babi milik warga.
"Kita sudah turunkan petugas ke lapangan untuk semprot disinfektan bagi babi sehat dan sakit. Penanganan kita sistem protokol kesehatan virus ASF," tutur Moris.
Moris juga menyayangkan banyak masyarakat yang tidak mau babinya disemprot disinfektan oleh petugas untuk mengantisipasi penyebaran virus ASF. "Bahkan ada babi sakit, petugas ingin obati, mereka juga tidak mau," ujarnya. (Gabriel Langga)
Sikka: Ratusan ekor babi milik masyarakat di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), mati diduga terjangkit virus African Swine Fever (ASF) atau flu babi Afrika.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Maurits da Cunha, mengatakan sepanjang Januari hingga Juni 2020, diperkirakan sekitar 300 ekor babi mati akibat virus.
Ia mengatakan kebanyakan babi mati terjangkit virus hog cholera. Namun tak menutup kemungkinan hewan ternak itu mati terserang virus ASF.
"Sampel dari babi mati itu kita sudah kirim ke balai (laboratorium) di Denpasar. Namun sampai saat ini belum ada jawaban. Tetapi ada babi yang mati itu mengarah ke ASF," papar Moris, Kamis, 2 Juli 2020.
Baca juga:
Mendag Yakin Perekonomian Segera Bangkit
Moris mengungkapkan, babi mati terserang virus ASF sebelumnya hanya ditemukan di Pulau Timor. Namun, ia menduga saat ini sudah mengarah ke Pulau Flores.
Menurut dia, petugas di lapangan menemukan sejumlah babi mati dengan kulit perut berwarna kemerah-merahan. Untuk antisipasi kematian babi lainnya, ia enurunkan petugas lapangan untuk melakukan penyemprotan cairan disinfektan di sejumlah kandang babi milik warga.
"Kita sudah turunkan petugas ke lapangan untuk semprot disinfektan bagi babi sehat dan sakit. Penanganan kita sistem protokol kesehatan virus ASF," tutur Moris.
Moris juga menyayangkan banyak masyarakat yang tidak mau babinya disemprot disinfektan oleh petugas untuk mengantisipasi penyebaran virus ASF. "Bahkan ada babi sakit, petugas ingin obati, mereka juga tidak mau," ujarnya. (Gabriel Langga)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)