Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini foto selfie bareng wartawan di Surabaya, Metrotvnews.com/ Afwan Abdul Basit
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini foto selfie bareng wartawan di Surabaya, Metrotvnews.com/ Afwan Abdul Basit

Kesibukan Risma Ditemani Sepatu Sport selama Evakuasi AirAsia

Afwan Abdul Basit • 06 Januari 2015 14:14
medcom.id, Surabaya: Sepatunya didominasi warna biru, hijau, hanya sebagian terlihat di simbol ceklis yang menunjukkan merek terkenal, Nike. Sepatu sport itu membungkus kaki sepasang kaki Wali Kota Surabaya, Jawa Timur, Tri Rismaharini. Dengan sepatu buatan perusahaan asal Amerika Serikat itu, dia bebas wira-wiri tanpa cedera mengunjungi keluarga penumpang AirAsia QZ8501.
 
"Kalau pakai high-heels, sikil (kaki) ku lecet 'rek," kata Risma, panggilan akrabnya, saat berkumpul bersama para pemburu berita di Posko Wartawan Crisis Center Markas Polda Jatim, Jalan Ahmad Yani, Senin (5/1/2015) petang.
 
Perempuan berkerudung itu memang tak pernah alpa mengunjungi keluarga korban sejak QZ8501 dinyatakan hilang Minggu, akhir 2014. Risma bak psikiater yang tak lelah mendampingi keluarga korban. Apalagi, dari 162 penumpang dan kru pesawat rute Surabaya-Singapura tersebut sebagian besar merupakan warga Kota Pahlawan. Berdasarkan catatan Risma, ada 81 korban warga Surabaya dalam burung besi itu.

Risma juga bermetamorfosis menjadi petugas kesehatan saat banyak keluarga penumpang pingsan di Crisis Center Terminal Bandara Juanda. Mereka tak sadarkan diri setelah melihat layar kaca yang menampilkan penemuan pertama korban AirAsia di perairan Pangkalan Bun. Dia ikut menggotong warganya, juga menenangkan mereka agar tidak bersedih. Mulutnya tak diam, Risma mengingatkan keluarga bahwa tragedi ini kehendak Ilahi.
 
Wanita yang tak lekat dari aksen Suroboyoan itu juga sibuk mengurus data warganya yang menjadi korban. Pada 31 Desember lalu, ia mencak-mencak kepada petugas keimigrasian lantaran sejumlah data warganya susah ditemukan.
 
Bukan cuma warga Surabaya, Risma juga mengurus keluarga penumpang asal kota lain. Dia memberi informasi kepada beberapa kepala daerah untuk segera mengirim data, membuatkan surat pengurusan asuransi dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, serta perintilan-perintilan kesibukan lain.
 
Kesibukan yang dilakoninya sejak sepekan terakhir membuat jam tangan Gucci warna silvernya seperti tak berfungsi. Tak ada ada batas waktu untuk sekadar santai, bahkan emejamkan mata pun cuma satu jam.
 
"Aku tadi malam sampai jam 4 pagi, habis subuhan aku tidur. Jam 5.30 berangkat ke kantor, jam 06.00 sampai kantor kerja, jam satu siang ke sini (Crisis Center Polda Jatim)," kata Risma bercerita mengenai kesibukannya akhir-akhir ini.
 
Kemarin, Risma datang untuk menyampaikan informasi kepada keluarga penumpang bahwa Pemerintah Kota Surabaya telah mengirim surat pengurusan asuransi, tabungan, dan saham pribadi milik korban QZ8501.
Surat itu dikirim ke Asosiasi Asuransi Umum Indonesia, Bank Indonesia, dan Bursa Efek Indonesia. Surat itu dibuat untuk membantu perihal pencairan asuransi, pemblokiran dan pencairan tabungan pribadi, serta penegasan saham milik penumpang AirAsia QZ8501.
 
"Aku harus kirim surat ke sana karena mungkin banyak keluarga yang belum tahu dia (penumpang) pakai asuransi mana, kemudian punya tabungan di mana, khawatirnya keluarga ada yang bobol, makanya ini dilampirkan dengan data," ujar perempuan 53 tahun itu.
 
Kesibukan itu sempat membuat Risma ambruk. Saat mengunjungi keluarga penumpang QZ8501, 1 Januari lalu, Risma pingsan. Dia tak sadarkan diri setelah sehari sebeumnya sibuk ke Juanda dan malam harinya merayakan pergantian tahun bersama warga dengan doa bersama di pusat kota. "Itu oksigennya kurang," ungkap Risma.
 
Tubuhnya memang punya batas, tapi Risma selalu punya cara untuk mengisi kembali energi baterai kesibukannya. "Minum ikhlas," kata dia sambil terbahak.
 
Malam itu pun dipenuhi canda tawa bersama wartawan. Dia juga bercerita banyak perihal berbagai masalah dan pengalamannya bertemu warga. Risma mengaku banyak ditawari orang-orang Jakarta untuk mengisi kursi Wakil Gubernur DKI Jakarta.
 
Salah satu yang meminta dia menjadi Wagub adalah wartawan yang ikut meliput kegiatannya. Tapi, di lapangan, warga Surabaya malah marah kepada wartawan itu. Beberapa warga Ibu Kota Jawa Timur, kata Risma, tak rela jika dirinya pergi ke Jakarta.
 
"Wartawannya dijambak, dicubiti warga," Risma lalu terbahak lagi.
 
Risma juga mengungkapkan beberapa informasi kepada wartawan. Tapi, dia tak mau informasi itu dipublikasikan. "Awas kalau dimuat," ancam dia kepada wartawan yang menimpali dengan tawa.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(RRN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan