Surabaya: Semburan lumpur Lapindo yang terjadi pada 29 Mei 2006 masih menyisakan pilu bagi sebagian warga Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Genap 15 tahun berlalu, warga terdampak masih harus dihadapkan dengan berbagai permasalahan.
"Kendati sudah 15 tahun bencana berlalu, banyak masyarakat sekitar yang dirugikan akibat kejadian itu. Belum cukup dengan silang-sengkarut ganti-rugi tanah, warga masih dibuat babak belur dengan dampaknya terhadap lingkungan," kata perwakilan warga terdampak, Dandy Glen, Senin, 31 Mei 2021.
Baca: Polda Jatim Bentuk Tim Khusus Usut Dugaan Pencabulan 25 Siswi di Batu
Dandy menyebut ada beberapa dusun di Kecamatan Gempol mengalami dampak paling parah, seperti Dusun Polo Gunting dan Desa Gempol Sari. Warga desa itu harus melewati bertahun-tahun hidup dalam kesengsaraan. "Hingga kini, masyarakat desa tersebut hidup dengan aliran air asin tak layak pakai," jelasnya.
Menurut Dandy sudah berbagai jalan dilakukan warga untuk menyuarakan persoalan Lapindo, namun tidak pernah ada tindak lanjut. Maka dari itu, Dandy bersama warga sekitar mengadakan kegiatan bertajuk 'Babak Belur di Kota Lumpur'.
Kegiatan itu adalah sebuah 'selebrasi' yang menggambarkan remuknya warga yang hidup di tengah bencana, yang terjadi di kawasan Porong, Sidoarjo. Menurutnya warga harus menanggung sendiri dampak praktik ekstraktif tambang. Akibatnya kehidupan dan masa depan masyarakat setempat penuh ketidak-pastian.
"Dalam perayaan selebrasi itu, kita tidak hanya memberikan kritik saja, tapi membuat solusi kecil yang nyata untuk manfaat warga sekitar," jelasnya.
Maka dari itu, Dandy beserta sejumlah rekannya mempersiapkan bantuan berupa air bersih untuk warga terdampak Lapindo. Setiap pekan mereka selalu mengirimkan air bersih agar bisa digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Semburan lumpur bercampur gas terjadi di area persawahan di Kelurahan Siring, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, pada 29 Mei 2006. Lokasi semburan berada sekitar 200 meter dari sumur Banjar Panji 1 di Desa Renokenongo.
Kendati telah ditutup Lapindo pascakebocoran, namun hal tersebut nampak sia-sia. Hingga kini masih ada semburan lumpur yang tak kunjung berhenti meski dengan volume yang lebih kecil.
Surabaya: Semburan
lumpur Lapindo yang terjadi pada 29 Mei 2006 masih menyisakan pilu bagi sebagian warga Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Genap 15 tahun berlalu, warga terdampak masih harus dihadapkan dengan berbagai permasalahan.
"Kendati sudah 15 tahun bencana berlalu, banyak masyarakat sekitar yang dirugikan akibat kejadian itu. Belum cukup dengan silang-sengkarut ganti-rugi tanah, warga masih dibuat babak belur dengan dampaknya terhadap lingkungan," kata perwakilan warga terdampak, Dandy Glen, Senin, 31 Mei 2021.
Baca:
Polda Jatim Bentuk Tim Khusus Usut Dugaan Pencabulan 25 Siswi di Batu
Dandy menyebut ada beberapa dusun di Kecamatan Gempol mengalami dampak paling parah, seperti Dusun Polo Gunting dan Desa Gempol Sari. Warga desa itu harus melewati bertahun-tahun hidup dalam kesengsaraan. "Hingga kini, masyarakat desa tersebut hidup dengan aliran air asin tak layak pakai," jelasnya.
Menurut Dandy sudah berbagai jalan dilakukan warga untuk menyuarakan persoalan Lapindo, namun tidak pernah ada tindak lanjut. Maka dari itu, Dandy bersama warga sekitar mengadakan kegiatan bertajuk 'Babak Belur di Kota Lumpur'.
Kegiatan itu adalah sebuah 'selebrasi' yang menggambarkan remuknya warga yang hidup di tengah bencana, yang terjadi di kawasan Porong, Sidoarjo. Menurutnya warga harus menanggung sendiri dampak praktik ekstraktif tambang. Akibatnya kehidupan dan masa depan masyarakat setempat penuh ketidak-pastian.
"Dalam perayaan selebrasi itu, kita tidak hanya memberikan kritik saja, tapi membuat solusi kecil yang nyata untuk manfaat warga sekitar," jelasnya.
Maka dari itu, Dandy beserta sejumlah rekannya mempersiapkan bantuan berupa air bersih untuk warga terdampak Lapindo. Setiap pekan mereka selalu mengirimkan air bersih agar bisa digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Semburan lumpur bercampur gas terjadi di area persawahan di Kelurahan Siring, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, pada 29 Mei 2006. Lokasi semburan berada sekitar 200 meter dari sumur Banjar Panji 1 di Desa Renokenongo.
Kendati telah ditutup Lapindo pascakebocoran, namun hal tersebut nampak sia-sia. Hingga kini masih ada semburan lumpur yang tak kunjung berhenti meski dengan volume yang lebih kecil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)