Warga melintasi pintu batas lintas Tebedu yang menjadi perbatasan wilayah Kalbar, Indonesia dengan Sarawak, Malaysia, Ant - Eric Ireng
Warga melintasi pintu batas lintas Tebedu yang menjadi perbatasan wilayah Kalbar, Indonesia dengan Sarawak, Malaysia, Ant - Eric Ireng

Warga di Perbatasan Lebih Berhemat bila Belanja di Malaysia

Laela Badriyah • 16 Maret 2017 18:58
medcom.id, Jakarta: Berbelanja ke Malaysia wilayah timur bukanlah hal yang asing bagi warga Kalimantan Barat (Kalbar) yang tinggal di daerah perbatasan RI-Malaysia. Bukan sekadar berjalan-jalan atau travelling, mereka juga membeli kebutuhan sehari-hari di Serawak.
 
Nidia Alqadrie, warga Sanggau, Kalbar, mengaku berbelanja kebutuhan pokok di sebuah pasar di Tebedu, Sarawak, Malaysia. Biasanya, ia memborong kebutuhan untuk persediaan selama dua bulan.
 
"Tiap dua bulan sekali belanja ke sana. Misal susu, beras, minyak goreng, dan bumbu dapur," kata ibu satu anak ini via telepon kepada Metrotvnews.com, Kamis 16 Maret 2017.

Setiap kali berbelanja, katanya, ia hanya mengeluarkan uang Rp600 ribu. Itu pun ia sudah mendapat banyak produk untuk kebutuhan keluarga kecilnya. Sehingga ia bisa lebih berhemat.
 
Warga di Perbatasan Lebih Berhemat bila Belanja di Malaysia
(Nidia Alqadrie dan putranya berpose di depan sebuah pusat perbelanjaan di Tebedu, Sarawak, Malaysia, istimewa)
 
Nidia mencontohkan harga bawang merah di Tebedu hanya Rp25 ribu per kg . Harga sabun mandi cair ukuran 1 liter yaitu Rp25 ribu.
 
"Kalau di Indonesia atau pasar di Sanggau, uang segitu hanya bisa untuk membeli sabun mandi berukuran 250 mililiter," ujar Nidia.
 
Bukan hanya itu, perempuan asal Pontianak, Kalbar, itu mengaku membeli kebutuhan pokok anaknya yang masih berusia dua tahun. Misalnya susu dan makanan gandum untuk putranya.
 
Nidia tinggal di Sanggau. Menurut Nidia, jarak rumahnya ke Pasar Tebedu membutuhkan waktu tempuh kurang lebih tiga jam. Ia menggunakan mobil melintasi jalur menuju pintu batas negara Entikong menuju Tebedu.
 
Nidia mengaku warga Indonesia tak perlu menggunakan paspor saat melintasi batas imigrasi kedua negara. Jadi tak heran bila banyak warga lain yang berbelanja di daerah Malaysia.
 
Pengakuan serupa pun disampaikan Bahar, seorang guru yang bertugas di Sambas, Kalbar. Pria yang tinggal di Kecamatan Sejangkung itu mengaku kerap mendatangi wilayah Malaysia. Meski demikian, kedatangannya tak sesering Nidia.
 
Bahar bertutur jarak rumahnya hanya 13 km dari pusat kota Sambas. Sedangkan jarak rumahnya menuju batas dua negara memakan waktu tempuh kurang lebih dua jam.
 
Bahar mengaku melintasi jalan menuju pintu batas wilayah di Aruk, Sambas. Sedari Pos Pemeriksaan Lintas Batas Aruk, ia melanjutkan perjalanan menuju Pasar Biawak, Sarawak.
 
Menurut Bahar, jalan raya menuju batas negara rusak. Banyak lubang dan tanahnya bergelombang. Tapi itu tak menyurutkan niatnya untuk berbelanja ke Negeri Seberang.
 
Warga di Perbatasan Lebih Berhemat bila Belanja di Malaysia
(Jalan lintas utara yang menghubungkan Kabupaten Kapuas Hulu, Kalbar dengan batas wilayah negara RI-Malaysia, istimewa)
 
Bahar mengatakan ia memiliki alasan untuk berbelanja di Malaysia. Harga bahan pokok di Pasar Biawak itu terbilang murah dibandingkan dengan harga di pusat Kota Sambas.
 
"Misalnya gula di pasar Sambas Rp15 ribu per kg, sedangkan gula di Malaysia hanya Rp12 ribu per kg," ungkap bapak tiga anak itu.
 
Saat berbelanja di Malaysia, Bahar mengaku membeli barang dalam jumlah besar. Misalnya beras pandan wangi ukuran 10 kg dengan harga Rp100 ribu.
 
"Tapi kalau beli di Indonesia itu bisa seharga Rp150 ribu. Kan lumayan selisihnya," lanjut pria kelahiran 1984 itu.
 
Bukan hanya Bahar, warga di sekitar tempat tinggalnya pun melakukan hal serupa. Jadi, produk Malaysia banyak ditemukan di toko-toko di Sambas.
 
Lain lagi cerita dari Victoria Alberta Nofianti yang bertempat tinggal di Kampung Ukit-ukit, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalbar. Perempuan yang akrab disapa Opay itu mengaku rumahnya lebih dekat ke Badau yang menjadi batas wilayah dengan Malaysia.
 
"Rumah saya ke Badau kurang lebih satu jam. Jaraknya lebih dekat ketimbang ke Putussibau yang menempuh perjalanan kurang lebih selama dua jam," ungkap Opay yang berprofesi sebagai guru itu.
 
Bagi Opay, tinggal di daerah perbatasan bukanlah masalah besar. Pasokan bahan pokok dari Putussibau lancar. Tapi, masih banyak juga pedagang yang menjual produk dari Malaysia.
 
Warga di Perbatasan Lebih Berhemat bila Belanja di Malaysia
(Pos Lintas Batas Negara Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalbar, istimewa)
 
Tapi, ada minusnya tinggal di perbatasan bagi Opay. Yaitu sinyal ponsel tidak lancar. Ia dan warga lain pun tak banyak mengetahui soal informasi di dalam negeri.
 
"Sebagai guru, saya harus sering berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Putussibau. Nah itu jaraknya cukup jauh dan memakan banyak biaya," lanjut Opay.
 
Opay mengatakan Indonesia dapat belajar dari Malaysia untuk membangun daerah perbatasan. Bukan hanya infrastruktur yang diperbaiki, tapi juga fasilitas yang menunjang pemberdayaan masyarakat di batas negara.
 
"Misalnya tata kota, sistem pendidikan, layanan kesehatan, dan perkembangan ekonomi masyarakatnya," ujar Opay.
 
Opay mencontohkan sistem pendidikan di Lubuk Antu, wilayah perbatasan Malaysia. Di wilayah itu, para siswa belajar di sekolah yang memiliki fasilitas asrama. Sehingga siswa tak perlu menempuh jarak yang jauh ke sekolah.
 
Warga di Perbatasan Lebih Berhemat bila Belanja di Malaysia
(Opay dan warga Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat saat menyambut kedatangan Presiden Jokowi, 16 Maret 2017, istimewa)
 
Sedangkan di Kampung Ukit-ukit, sebagian besar siswa menempuh jarak cukup jauh ke sekolah. Ada siswa yang bersepeda motor. Ada pulang yang mengayuh sepeda.
 
"Mereka harus melintasi jalan yang berbukit-bukit setiap hari," kata Opay.
 
Tata kota di Lubuk Antu jauh lebih rapi dan bersih. Fasilitasnya beragam. Warga di Lubuk Antu dapat menikmati taman di dalam kota dan lalu lintas yang lebih tertib.
 
Tapi kondisi itu tak tampak di Kampung Ukit-ukit. Warga di Kampung Ukit-ukit tak dapat menikmati fasilitas serupa. 
 
"Pendidikan itu penting. Lantaran itu saya berharap Pak Presiden lebih memerhatikan pendidikan anak-anak di wilayah perbatasan. Termasuk penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang transparan," harap Opay.
 
Warga di Perbatasan Lebih Berhemat bila Belanja di Malaysia
(Presiden Jokowi sata berkunjung ke badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalbar, 16 Maret 2017, istimewa)
 
Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Kapuas Hulu, Kalbar, pada Kamis 16 Maret 2017. Kedatangan Presiden untuk meresmikan Pos Lintas Batas Negara di Badau. Presiden juga berbincang-bincang dengan warga di Badau.
 
Kedatangan Presiden ke Badau menarik perhatian warga setempat. Sejak menjadi Presiden pada 2014, Jokowi baru kali ini berkunjung ke Badau.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(RRN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan