Bandung: Pemerintah Provinsi Jawa Barat menggulirkan sejumlah upaya penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) campak di dua kabupaten yakni Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bandung Barat (KBB). Upaya itu berdasarkan hasil analisis dan rekomendasi hasil penyelidikan KLB untuk meminimalisasi jumlah penderita.
Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar Nina Susana mengatakan, upaya yang dilakukan untuk penangganannya yaitu melakukan tata laksana kasus, melakukan komunikasi risiko kepada masyarakat dan pengambil kebijakan, serta pelaksanaan respons imunisasi segera (outbreak response imunization/ORI) berdasarkan hasil kajian epidemiologi.
"ORI dilakukan untuk menghentikan transmisi campak dengan cara meningkatkan kekebalan sehingga KLB dapat ditanggulangi. Berdasarkan laporan dua kabupaten itu yang menyatakan telah masuk kriteria peningkatan kasus KLB," ujarnya, Kamis, 26 Januari 2023.
Menurut Nina, tidak menutup kemungkinan kasus ini juga ada di kabupaten/kota lain. Selama bisa ditangani dengan baik, seperti mengobati gejala dan memberikan perlindungan atau imunisasi bagi anak-anak sesuai usianya dan tidak menimbulkan kematian, kasus bisa dikendalikan.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Jabar Ryan Bayusantika, menerangkan, pencegahan campak dapat dilakukan dengan imunisasi dan melengkapi status imunisasi campak seluruh anak usia 9-59 bulan. Kemudian, tetap menerapkan kewaspadaan atas kasus suspek campak (orang dengan gejala demam dan ruam makulopapular).
"Selain itu, dapat dilakukan juga dengan pemeriksaan ke laboratorium untuk memastikan apakah campak atau bukan sehingga bisa ditangani lebih dini. Namun pencegahan campak yang paling utama adalah dengan meningkatkan cakupan imunisasi campak rubela," terangnya.
Ryan mengatakan, dengan adanya dua daerah berstatus KLB Campak, daerah lainnya belum tentu terbebas dari status tersebut. Karena pihaknya hanya mendapatkan berdasarkan laporan, bisa saja masih ada di lapangan atau di masyarakat tapi tidak terlaporkan.
"Oleh sebab itu, penting sekali untuk melaporkan setiap ada gejala demam ruam ke petugas kesehatan untuk dilakukan pengambilan sampel dan diperiksa ke laboratorium untuk memastikan apakah Campak atau bukan dan melaporkannya ke Dinkes kabupaten/kota dan Pemprov Jabar," ucap dia.
Terpisah, Wali Kota Bandung Yana Mulyana memastikan tidak terjadi KLB kasus Campak di Kota Bandung. Namun ia tetap meminta agar anak-anak yang belum diimunisasi untuk segera diimunisasi agar mencegah penyakit campak.
"Campak, alhamdulillah Kota Bandung aman tidak ditemukan kasus. Saya berharap orang tua yang belum melakukan imunisasi ke anaknya untuk segera diimunisasi dengan mengikuti semua tahapan imunisasi," pintanya.
Berdasarkan data dari Dinkes Kota Bandung saat ini tidak terjadi KLB kasus campak. Pada 2022, terdapat 72 laporan suspek campak dan dari hasil penyelidikan hanya delapan yang positif. Kendati demikian antisipasi twerus dilakukan yaitu menguatkan surveilans.
"Tiap ditemukan anak yang bergejala campak seperti demam dan ruam akan diambil sampel dan tindak lanjuti sesuai prosedur," ungkap Yana.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Bandung: Pemerintah Provinsi Jawa Barat menggulirkan sejumlah upaya penanggulangan
kejadian luar biasa (KLB) campak di dua kabupaten yakni Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bandung Barat (KBB). Upaya itu berdasarkan hasil analisis dan rekomendasi hasil penyelidikan KLB untuk meminimalisasi jumlah penderita.
Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar Nina Susana mengatakan, upaya yang dilakukan untuk penangganannya yaitu melakukan tata laksana kasus, melakukan komunikasi risiko kepada masyarakat dan pengambil kebijakan, serta pelaksanaan respons imunisasi segera (outbreak response imunization/ORI) berdasarkan hasil kajian epidemiologi.
"ORI dilakukan untuk menghentikan transmisi campak dengan cara meningkatkan kekebalan sehingga KLB dapat ditanggulangi. Berdasarkan laporan dua kabupaten itu yang menyatakan telah masuk kriteria peningkatan kasus KLB," ujarnya, Kamis, 26 Januari 2023.
Menurut Nina, tidak menutup
kemungkinan kasus ini juga ada di kabupaten/kota lain. Selama bisa ditangani dengan baik, seperti mengobati gejala dan memberikan perlindungan atau imunisasi bagi anak-anak sesuai usianya dan tidak menimbulkan kematian, kasus bisa dikendalikan.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Jabar Ryan Bayusantika, menerangkan, pencegahan campak dapat dilakukan dengan imunisasi dan melengkapi status imunisasi campak seluruh anak usia 9-59 bulan. Kemudian, tetap menerapkan kewaspadaan atas kasus suspek campak (orang dengan gejala demam dan ruam makulopapular).
"Selain itu, dapat dilakukan juga dengan pemeriksaan ke laboratorium untuk memastikan apakah campak atau bukan sehingga bisa ditangani lebih dini. Namun pencegahan campak yang paling utama adalah dengan meningkatkan cakupan imunisasi campak rubela," terangnya.
Ryan mengatakan,
dengan adanya dua daerah berstatus KLB Campak, daerah lainnya belum tentu terbebas dari status tersebut. Karena pihaknya hanya mendapatkan berdasarkan laporan, bisa saja masih ada di lapangan atau di masyarakat tapi tidak terlaporkan.
"Oleh sebab itu, penting sekali untuk melaporkan setiap ada gejala demam ruam ke petugas kesehatan untuk dilakukan pengambilan sampel dan diperiksa ke laboratorium untuk memastikan apakah Campak atau bukan dan melaporkannya ke Dinkes kabupaten/kota dan Pemprov Jabar," ucap dia.
Terpisah, Wali Kota Bandung Yana Mulyana memastikan tidak terjadi KLB kasus Campak di Kota Bandung. Namun ia tetap meminta agar anak-anak yang belum diimunisasi untuk segera diimunisasi agar mencegah penyakit campak.
"Campak, alhamdulillah Kota Bandung aman tidak ditemukan kasus. Saya berharap orang tua yang belum melakukan imunisasi ke anaknya untuk segera diimunisasi dengan mengikuti semua tahapan imunisasi," pintanya.
Berdasarkan data dari
Dinkes Kota Bandung saat ini tidak terjadi KLB kasus campak. Pada 2022, terdapat 72 laporan suspek campak dan dari hasil penyelidikan hanya delapan yang positif. Kendati demikian antisipasi twerus dilakukan yaitu menguatkan surveilans.
"Tiap ditemukan anak yang bergejala campak seperti demam dan ruam akan diambil sampel dan tindak lanjuti sesuai prosedur," ungkap Yana.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)