Ilustrasi Medcom.id
Ilustrasi Medcom.id

Hari Santri Nasional

Akhlak Menyampaikan Kritik kepada Penguasa

Whisnu Mardiansyah • 22 Oktober 2022 15:47
Tangerang: Peran santri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak bisa dikesampingkan sejak masa era perjuangan kemerdekaan hingga saat ini. Penetapan Hari Santri Nasional wujud apresiasi pemerintah terhadap peran nyata dan sumbangsih santri di negeri ini.
 
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan Peringatan Hari Santri 2022 mengangkat tema ‘Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan’. Tema ini memberi pesan bahwa santri dalam kesejarahannya selalu terlibat aktif dalam setiap fase perjalanan Indonesia.
 
Ketika Indonesia memanggil, santri tidak pernah mengatakan tidak. Santri dengan berbagai latar belakangnya siap sedia mendarmabaktikan hidupnya untuk bangsa dan negara.
 
Mereka tidak asyik dengan dirinya sendiri, tetapi terlibat secara aktif di dunia perpolitikan, pendidikan, sosial, ekonomi dan ilmu pengetahuan, selain juga agama.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Tak terkecuali dalam kehidupan bernegara, santri dituntut selalu mengedepankan akhlak yang diajarkan dalam Islam. Semisal akhlak dalam menyampaikan pendapat dann kritik.
 
Baca: Peringati Hari Santri Nasional, Ini 3 Pesan Ganjar Pranowo

Menyampaikan pendapat dan kritik kepada penguasa tidak dilarang dalam Islam. Bahkan Islam mengajarkan untuk memerintahkan kebaikan dan memerangi kebatilan.
 
Begitu pun ada dalam menyampaikan kritik kepada penguasa. Dalam ceramahnya dalam Peringatan Hari Santri Nasional di Pamulang, Tangerang Selatan, Habib Umar Bin Husein Assegaf menyampaikan akhlak bernegara sudah diatur dalam Islam.
 
Kesantunan dan cara yang baik dalam menyampaikan kritik dan pendapat wajib dijunjung tinggi khususnya untuk para santri.
 
"Ngamuk-ngamuk caci presiden engga boleh. Engga ada etika di situ. Engga ada Ahlus Sunnah model begitu. Kalau salah Udu'u ila Sabili Robbika bil Hikmah. Ajak kembalikan dengan apa dengan hikmah. Dengan metrode yang baik," jelasnya.
 
Habib Umar menambahkan cara menyampaikan kritik dan pendapat yang justru dapat menimbulkan kemudaratan bagi masyarakat bukan mencirikan akhlak Islami. Seperti demo menutup jalan hingga bakar ban hingga merugikan masyarakat umum. Cara ini sama aja memerangi kebatilan dengan kebatilan. 
 
"Seperti bersihin kotoran ayam di masjid dengan air kencing tambah bersih apa tambah kotor, najis namanya. Pelakunya tidak masuk surga masuknya polda," tutupnya.
 
(WHS)




LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif