Grobogan: Puluhan siswa di SD Negeri 3 Pulo Kulon, Grobogan, Jawa Tengah, terpaksa belajar di tengah kondisi sekolah yang memprihatinkan. Siswa harus berbagi kelas agar kegiatan belajar tetap berlangsung.
Kepala SD Negeri 3 Pulo Kulon, Edy Purnomo, mengatakan sebenarnya ada dua kelas yang sudah tidak layak digunakan sebagai ruang belajar. Plafon dua kelas itu sudah rontok dan dinding retak.
"Yang rusak berat itu ruang kelas dua dan tiga. Sudah dua tahun begitu kondisinya," kata Edy kepada Medcom.id, Grobogan, Jawa Tengah, Rabu, 11 Desember 2019.
Edy mengatakan siswa kelas satu dan kelas dua harus bergiliran menggunakan ruang kelas. Lantaran, pihak sekolah harus menutup salah satu ruang kelas dari segala aktivitas.
"Ruang kelas tiga ditutup. Siswanya dipindah ke ruang kelas satu. Akhirnya siswa kelas satu dan kelas dua belajar bergiliran. Siswa kelas satu belajar dari Pukul 07.00 WIB sampai 10.00 WIB. Siswa kelas dua mulai pukul 10.00 WIB sampai selesai," tegas Edy.
Edy mengaku kebijakan tersebut menanggu kegiatan belajar siswa kelas satu dan kelas dua. Sehingga siswa tidak maksimal menyerap pelajaran.
"Murid-murid jadi tidak nyaman," ungkapnya.
Pada musim hujan, Edy khawatir bangunan kelas ambruk akibat diguyur hujan dan angin kencang. Dia mengaku telah menyosialisasikan ke siswa saat terjadi bencana.
"Tapi anak-anak sudah saya sosialiasasikan kalau ada angin, langsung jongkok di bawah meja," terangnya.
Dia mengungkap mendapat informasi Pemerintah Kabupaten Grobogan akan memugar SD Negeri 3 Pulo Kulon pada 2020. Sejumlah utusan pemerintah telah mendatangi SD Negeri 3 Grobogan.
"Yang jelas tahun depan mau bangunan yang rusak mau dibongkar. Info yang saya terima seperti itu," tandasnya.
Grobogan: Puluhan siswa di
SD Negeri 3 Pulo Kulon, Grobogan, Jawa Tengah, terpaksa belajar di tengah kondisi sekolah yang memprihatinkan. Siswa harus berbagi kelas agar kegiatan belajar tetap berlangsung.
Kepala SD Negeri 3 Pulo Kulon, Edy Purnomo, mengatakan sebenarnya ada dua kelas yang sudah tidak layak digunakan sebagai ruang belajar. Plafon dua kelas itu sudah rontok dan dinding retak.
"Yang rusak berat itu ruang kelas dua dan tiga. Sudah dua tahun begitu kondisinya," kata Edy kepada
Medcom.id, Grobogan, Jawa Tengah, Rabu, 11 Desember 2019.
Edy mengatakan siswa kelas satu dan kelas dua harus bergiliran menggunakan ruang kelas. Lantaran, pihak sekolah harus menutup salah satu ruang kelas dari segala aktivitas.
"Ruang kelas tiga ditutup. Siswanya dipindah ke ruang kelas satu. Akhirnya siswa kelas satu dan kelas dua belajar bergiliran. Siswa kelas satu belajar dari Pukul 07.00 WIB sampai 10.00 WIB. Siswa kelas dua mulai pukul 10.00 WIB sampai selesai," tegas Edy.
Edy mengaku kebijakan tersebut menanggu kegiatan belajar siswa kelas satu dan kelas dua. Sehingga siswa tidak maksimal menyerap pelajaran.
"Murid-murid jadi tidak nyaman," ungkapnya.
Pada musim hujan, Edy khawatir bangunan kelas ambruk akibat diguyur hujan dan angin kencang. Dia mengaku telah menyosialisasikan ke siswa saat terjadi bencana.
"Tapi anak-anak sudah saya sosialiasasikan kalau ada angin, langsung jongkok di bawah meja," terangnya.
Dia mengungkap mendapat informasi Pemerintah Kabupaten Grobogan akan memugar SD Negeri 3 Pulo Kulon pada 2020. Sejumlah utusan pemerintah telah mendatangi SD Negeri 3 Grobogan.
"Yang jelas tahun depan mau bangunan yang rusak mau dibongkar. Info yang saya terima seperti itu," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)
