Solo: Sebanyak 343 pesepeda sukses mengurangi emisi karbon hingga 30 ton. Kesuksesan itu dilakukan dengan cara melakukan berbagai aktivitas hanya memakai sepeda selama sekitar sebulan dari 19 Mei hingga 17 Juni 2024.
Para pesepeda menjalani kegiatannya sebanyak 6.772 trip. Total jarak tempuh dari aktivitas mereka yakni 137.842,16 kilometer. Waktu yang dihabiskan 7.838 jam atau setara dengan 326,6 hari.
Ratusan pesepeda itu adalah peserta program Cycling Saving Carbon (CSC) yang digagas Bike to Work (B2W) Indonesia. CSC adalah inisiatif untuk mengajak masyarakat mengurangi jejak karbon melalui bersepeda.
Kesuksesan mengurangi emisi karbon dengan bersepeda ini lantas diganjar penghargaan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Penghargaan diberikan bersamaan dengan acara Gowes Ramah Iklim 2024 di Taman Monumen 45 Banjarsari, Solo, Jawa Tengah, Sabtu, 29 Juni 2024.
"Penghargaan ini bukan sekadar bentuk apresiasi, tetapi juga sebagai motivasi untuk terus berupaya dalam menjaga dan melestarikan lingkungan," kata Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Alue Dohong, melalui keterangan tertulis.
Dia mengatakan, saat seseorang bersepeda, tidak ada emisi karbon maupun polutan yang dikeluarkan. Alue menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam mewujudkan lingkungan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
"Setiap kayuhan sepeda hari ini, setiap pohon yang kita tanam, adalah langkah nyata untuk masa depan yang lebih hijau dan sehat," kata Alue.
Apa itu Program Cycling Saving Carbon?
Program Cycling Saving Carbon adalah pemberian insentif kepada pesepeda harian. Pilot program ini telah diuji coba di kalangan pekerja bersepeda di Jakarta dan sekitarnya.
Skemanya adalah peserta merekam perjalanan hariannya dari tempat tinggal menuju tempat kerja. Rekaman dengan aplikasi Strava itu mencatat besaran gas karbon dioksida (CO2) yang dikurangi oleh mereka.
"Inisiatif untuk merekam besaran carbon saved ini bermula dari diskusi para pekerja bersepeda di satu grup percakapan. Rupanya antusiasmenya tinggi. Malah terjadi semacam persaingan untuk mengumpulkan skor atau jumlah potensi emisi karbon yang dicegah," kata Ketua Umum B2W Indonesia, Fahmi Saimima.
Gowes Ramah Iklim
Acara Gowes Ramah Iklim dilaksanakan untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2024. Acara ini hasil kerja sama KLHK dengna B2W Indonesia.
Acara diikuti 500 pesepeda, termasuk para pejabat Eselon I lingkup KLHK dan Puteri Indonesia Lingkungan 2024 Sophie Kirana. Para pesepeda menempuh jarak 10 kilometer menyusuri Kota Solo.
"Hari ini kita memulai dengan bersepeda sejauh 10 kilometer, sebuah simbol dan tindakan nyata dalam upaya mengurangi emisi karbon dan menjaga kesehatan udara. Acara ini juga mengingatkan kita semua akan pentingnya menjaga lingkungan dan mengurangi polusi udara," kata Alue.
Kenapa Solo?
Solo sengaja dipilih sebagai lokasi karena merupakan contoh kota yang memiliki ciri-ciri nyaman dijelajahi dengan sepeda. Luas wilayahnya relatif compact (kecil dan padat), datar, serta memusat.
Solo juga relatif memiliki vegetatif peneduh yang cukup baik di beberapa ruas jalannya. Di samping itu, Solo juga ditetapkan sebagai kota paling layak ditinggali (most livable city) pada 2017, 2019, dan 2022.
Setelah kegiatan bersepeda, acara dilanjutkan dengan penanaman pohon pengendali polutan yang diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan dalam jangka panjang. Pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri juga meresmikan Project Rintisan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Penyerap Polutan.
Taman ini diharapkan dapat berfungsi sebagai paru-paru kota dan menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dalam menciptakan ruang yang bersih dan sehat bagi masyarakat.
"Taman ini akan menjadi tempat di mana kita dapat merasakan kesejukan dan keindahan alam, sekaligus mengingatkan kita akan tanggung jawab kita dalam menjaga lingkungan," kata dia.
Solo: Sebanyak 343 pesepeda sukses mengurangi
emisi karbon hingga 30 ton. Kesuksesan itu dilakukan dengan cara melakukan berbagai aktivitas hanya memakai sepeda selama sekitar sebulan dari 19 Mei hingga 17 Juni 2024.
Para pesepeda menjalani kegiatannya sebanyak 6.772 trip. Total jarak tempuh dari aktivitas mereka yakni 137.842,16 kilometer. Waktu yang dihabiskan 7.838 jam atau setara dengan 326,6 hari.
Ratusan pesepeda itu adalah peserta program Cycling Saving Carbon (CSC) yang digagas Bike to Work (B2W) Indonesia. CSC adalah inisiatif untuk mengajak masyarakat mengurangi jejak karbon melalui bersepeda.
Kesuksesan mengurangi emisi karbon dengan bersepeda ini lantas diganjar penghargaan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Penghargaan diberikan bersamaan dengan acara Gowes Ramah Iklim 2024 di Taman Monumen 45 Banjarsari, Solo, Jawa Tengah, Sabtu, 29 Juni 2024.
"Penghargaan ini bukan sekadar bentuk apresiasi, tetapi juga sebagai motivasi untuk terus berupaya dalam menjaga dan melestarikan lingkungan," kata Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Alue Dohong, melalui keterangan tertulis.
Dia mengatakan, saat seseorang bersepeda, tidak ada emisi karbon maupun polutan yang dikeluarkan. Alue menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam mewujudkan lingkungan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
"Setiap kayuhan sepeda hari ini, setiap pohon yang kita tanam, adalah langkah nyata untuk masa depan yang lebih hijau dan sehat," kata Alue.
Apa itu Program Cycling Saving Carbon?
Program Cycling Saving Carbon adalah pemberian insentif kepada pesepeda harian. Pilot program ini telah diuji coba di kalangan pekerja bersepeda di Jakarta dan sekitarnya.
Skemanya adalah peserta merekam perjalanan hariannya dari tempat tinggal menuju tempat kerja. Rekaman dengan aplikasi Strava itu mencatat besaran gas karbon dioksida (CO2) yang dikurangi oleh mereka.
"Inisiatif untuk merekam besaran carbon saved ini bermula dari diskusi para pekerja bersepeda di satu grup percakapan. Rupanya antusiasmenya tinggi. Malah terjadi semacam persaingan untuk mengumpulkan skor atau jumlah potensi emisi karbon yang dicegah," kata Ketua Umum B2W Indonesia, Fahmi Saimima.
Gowes Ramah Iklim
Acara Gowes Ramah Iklim dilaksanakan untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2024. Acara ini hasil kerja sama KLHK dengna B2W Indonesia.
Acara diikuti 500 pesepeda, termasuk para pejabat Eselon I lingkup KLHK dan Puteri Indonesia Lingkungan 2024 Sophie Kirana. Para pesepeda menempuh jarak 10 kilometer menyusuri Kota Solo.
"Hari ini kita memulai dengan bersepeda sejauh 10 kilometer, sebuah simbol dan tindakan nyata dalam upaya mengurangi emisi karbon dan menjaga kesehatan udara. Acara ini juga mengingatkan kita semua akan pentingnya menjaga lingkungan dan mengurangi polusi udara," kata Alue.
Kenapa Solo?
Solo sengaja dipilih sebagai lokasi karena merupakan contoh kota yang memiliki ciri-ciri nyaman dijelajahi dengan sepeda. Luas wilayahnya relatif compact (kecil dan padat), datar, serta memusat.
Solo juga relatif memiliki vegetatif peneduh yang cukup baik di beberapa ruas jalannya. Di samping itu, Solo juga ditetapkan sebagai kota paling layak ditinggali (most livable city) pada 2017, 2019, dan 2022.
Setelah kegiatan bersepeda, acara dilanjutkan dengan penanaman pohon pengendali polutan yang diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan dalam jangka panjang. Pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri juga meresmikan Project Rintisan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Penyerap Polutan.
Taman ini diharapkan dapat berfungsi sebagai paru-paru kota dan menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dalam menciptakan ruang yang bersih dan sehat bagi masyarakat.
"Taman ini akan menjadi tempat di mana kita dapat merasakan kesejukan dan keindahan alam, sekaligus mengingatkan kita akan tanggung jawab kita dalam menjaga lingkungan," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(UWA)