medcom.id, Lombok: Perupa Teguh Ostenrik berharap salah satu instalasinya bisa membawa makna bagi aktivis lingkungan hidup serta pemerintah. Di bawah permukaan air Senggigi, Lombok, ia merancang instalasi terumbu karang buatan yang merupakan langkah kecil demi melestarikan ekosistem laut Indonesia.
“Banyak ikan berenang di sana dan banyak makhluk hidup datang,” papar Delphine Robbe, manajer proyek Gili Eco Trust, organisasi nirlaba yang mengurusi masalah lingkungan hidup yang di kutip The Wall Street Journal, Senin, (08/12/2014).
Dikenal sebagai Domus Sepiae atau Rumah Cumi-Cumi, instalasi ini dibuat dari besi tua. Rancangan Domus Sepiae terinspirasi dari kehidupan laut Lombok. Rangka si Rumah Cumi-Cumi pertama ditenggelamkan pada Mei 2014.
“Ketika saya pertama datang ke Lombok pada 1984, Senggigi terkenal karena cumi-cumi dan lobsternya,” papar Teguh. “Kini, Senggigi seperti Gurun Sahara. Hanya pasir, pasir, dan pasir,” ungkapnya.
Domus Sepiae mendapat dukungan dari Gili Eco Trust, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Lombok Hotel Association. Saat ini, Teguh sedang mengembangkan rencana serupa di kawasan lain Lombok.
Namun, karya Teguh di Lombok hanya terbentang pada area perairan yang cenderung sempit. Luasnya hanya sekitar 12 meter persegi. Padahal, kehadiran terumbu karang mesti diperluas. Dengan begitu, kata Robbe, bakal semakin banyak ikan yang datang.
Domus Sepiae merupakan bagian dari visi Teguh guna merancang ARTificial Reef Park. Taman bawah laut ini rencananya bakal menggunakan potongan besi tua yang dipacak dengan terumbu karang mati. ARTificial Reef Park rencananya dialiri listrik bertegangan rendah dari panel surya yang mengapung di permukaan. Listrik semacam itu diharapkan dapat meregenerasi kapur karang.
Karya seni rupa Teguh berada 100 meter dari pantai. Namun, kedalamannya hanya lima meter di bawah permukaan laut. Domus Sepiae merupakan yang terbaru dari dua program restorasi terumbu karang di sekitar Lombok.
Organisasi nirlaba yang peduli kehidupan laut lainnya juga mendukung upaya terumbu buatan. Namun, Teguh tetap membutuhkan lebih banyak dukungan demi memulihkan terumbu karang kawasan. Terumbu karang Lombok kian rusak akibat bom para pencari ikan, serta degradasi lingkungan.
Teguh berharap mendapatkan dukungan dari Menteri Kelautan dan Perikanan saat ini, Susi Pudjiastuti. Ia ingin Susi membantu dirinya memulai program terumbu karang skala internasional. Teguh bermimpi seniman dari seluruh dunia dapat urun rembuk mendesain serta membangun instalasi pemulihan terumbu. Tak hanya melindungi biota laut, program ini diharapkan bisa mendongkrak pariwisata Indonesia.
“Kita bisa mengundang seniman dari berbagai kawasan sedunia. Kita bisa membangun museum bawah laut. Kita butuh bekerja sama,” antusiasnya.
medcom.id, Lombok: Perupa Teguh Ostenrik berharap salah satu instalasinya bisa membawa makna bagi aktivis lingkungan hidup serta pemerintah. Di bawah permukaan air Senggigi, Lombok, ia merancang instalasi terumbu karang buatan yang merupakan langkah kecil demi melestarikan ekosistem laut Indonesia.
“Banyak ikan berenang di sana dan banyak makhluk hidup datang,” papar Delphine Robbe, manajer proyek Gili Eco Trust, organisasi nirlaba yang mengurusi masalah lingkungan hidup yang di kutip The Wall Street Journal, Senin, (08/12/2014).
Dikenal sebagai Domus Sepiae atau Rumah Cumi-Cumi, instalasi ini dibuat dari besi tua. Rancangan Domus Sepiae terinspirasi dari kehidupan laut Lombok. Rangka si Rumah Cumi-Cumi pertama ditenggelamkan pada Mei 2014.
“Ketika saya pertama datang ke Lombok pada 1984, Senggigi terkenal karena cumi-cumi dan lobsternya,” papar Teguh. “Kini, Senggigi seperti Gurun Sahara. Hanya pasir, pasir, dan pasir,” ungkapnya.
Domus Sepiae mendapat dukungan dari Gili Eco Trust, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Lombok Hotel Association. Saat ini, Teguh sedang mengembangkan rencana serupa di kawasan lain Lombok.
Namun, karya Teguh di Lombok hanya terbentang pada area perairan yang cenderung sempit. Luasnya hanya sekitar 12 meter persegi. Padahal, kehadiran terumbu karang mesti diperluas. Dengan begitu, kata Robbe, bakal semakin banyak ikan yang datang.
Domus Sepiae merupakan bagian dari visi Teguh guna merancang ARTificial Reef Park. Taman bawah laut ini rencananya bakal menggunakan potongan besi tua yang dipacak dengan terumbu karang mati. ARTificial Reef Park rencananya dialiri listrik bertegangan rendah dari panel surya yang mengapung di permukaan. Listrik semacam itu diharapkan dapat meregenerasi kapur karang.
Karya seni rupa Teguh berada 100 meter dari pantai. Namun, kedalamannya hanya lima meter di bawah permukaan laut. Domus Sepiae merupakan yang terbaru dari dua program restorasi terumbu karang di sekitar Lombok.
Organisasi nirlaba yang peduli kehidupan laut lainnya juga mendukung upaya terumbu buatan. Namun, Teguh tetap membutuhkan lebih banyak dukungan demi memulihkan terumbu karang kawasan. Terumbu karang Lombok kian rusak akibat bom para pencari ikan, serta degradasi lingkungan.
Teguh berharap mendapatkan dukungan dari Menteri Kelautan dan Perikanan saat ini, Susi Pudjiastuti. Ia ingin Susi membantu dirinya memulai program terumbu karang skala internasional. Teguh bermimpi seniman dari seluruh dunia dapat urun rembuk mendesain serta membangun instalasi pemulihan terumbu. Tak hanya melindungi biota laut, program ini diharapkan bisa mendongkrak pariwisata Indonesia.
“Kita bisa mengundang seniman dari berbagai kawasan sedunia. Kita bisa membangun museum bawah laut. Kita butuh bekerja sama,” antusiasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)