Beragam kerajinan UMKM di Kulon Progo yang diproduksi memanfaatkan serat alam
Beragam kerajinan UMKM di Kulon Progo yang diproduksi memanfaatkan serat alam

Produk Kerajinan Serat Pohon Pisang di Kulon Progo Jangkau 3 Benua

Ahmad Mustaqim • 04 Januari 2023 17:06
Kulon Progo: Batang pohon pisang yang sudah ditebang bagi sebagian orang akan jadi sekadar sampah. Namun, di tangan Tukimin warga Dusun Tanggulangin, Desa Tanjungharjo, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), justru menjadi nilai ekonomi tinggi. 
 
Tukimin merintis usahanya dengan mudah pada 1996. Ia memoles kerajinan berbahan serat alam itu karena memiliki tampilan tak menarik. 
 
Menurut Tukimin serat gedebok memiliki tekstur berbeda dibanding serat alam lain. Serat gedebok lebih kuat dan lentur. Mengolah gedebok pisang mulanya perlu dikeringkan dengan cara dijemur selama beberapa hari. 

Hasil serat gedebok kemudian dianyam sedemikian rupa sehingga menghasilkan produk kerajinan, seperti tas, keranjang, dan furnitur rumah tangga. Agar kuat, anyaman serat dilem dan diikat dengan benang. Tukimin juga menggunakan cat pemoles yang sesuai dengan standar negara tujuan ekspor.
 
"Tampilan serat gedebok pisang umumnya kusam. Saya menggunakan cat pernis berbahan dasar air dan sudah memenuhi standar keamanan internasional," kata Tukimin belum lama ini.  
 
Produk Kerajinan Serat Pohon Pisang di Kulon Progo Jangkau 3 Benua
 
Tukimin memulai penjualan dengan mencoba pasar lokal sekitar Kulon Progo kemudian merambah ke Malioboro. Dari Malioboro lalu berkembang ke Bali. Produksinya perlahan dilirik agen-agen eksportir sehingga bisa menembus pasar ekspor.
 
Tukimin mulanya membuat kerajinan dengan 20 orang pekerja. Saat ini ia bisa mempekerjakan 50 hingga 100 orang, tergantung pesanan. 
"Kalau bahan baku gedebok pisang ambil dari petani lokal. Kalau pesanan banyakpesan dari daerah lain di Yogyakarta dan Jawa Tengah," kata lelaki 63 tahun ini. 
 
Upaya Tukimin perlahan membuahkan hasil. Pasar kerajinannya kini bisa menembus sebagian pasar Asia, Amerika, maupun Eropa. Omzet yang id peroleh juga cukup besar. 
 
"Sebelum pandemi rata-rata Rp50 juta sampai Rp 150 juta per bulan dengan margin laba sekitar 10-20 persen," ujarnya.
 
Anggota DPR Fraksi NasDem Subardi sempat mengunjungi galeri UMKM di Tanggulangin itu. Subardi menyatakan kagum dengan semangat juang Tukimin yang memberdayakan masyarakat sekitar dengan memanfaatkan potensi alam menjadi barang bernilai ekonomi. Ia menyatakan akan membantu. 
 
"Saya punya akses di beberapa mitra kerja, apalagi Komisi VI bersama pemerintah telah meratifikasi perjanjian ekspor impor dengan Inggris, Timur Tengah, Australia dll. Peluangnya besar dan ini memang perlu pendampingan," kata Subardi.
 
Produk Kerajinan Serat Pohon Pisang di Kulon Progo Jangkau 3 Benua
 
Legislator asal Sleman itu berharap saat Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) memperluas penerbangan internasional, Pemerintah bisa membuka akses langsung para pelancong asing untuk berkunjung ke sentra produksi di Tanggulangin. Peluang ini akan membantu meningkatkan perekonomian lokal, terutama bagi para pengrajin sebagai sentra industri kreatif.
 
"Saya berharap ada akses khusus dari bandara untuk melihat dapur produksi UMKM di sini. Untuk mencapai itu perlu sinergi baik pemerintah kabupaten, provinsi dan pusat. Kualitasnya sudah bagus, kapasitas produksinya bisa ditingkatkan, sehingga menjadi sektor ekonomi unggulan di Kulon Progo," ujar Ketua DPW NasDem DIY itu.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan