Bandung: Dinas Perikanan dan Peternakan (Dispernakan) Kabupaten Bandung Barat menyatakan, kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di wilayahnya bisa dikendalikan. Bahkan, dalam seminggu terakhir belum ada lagi penambahan kasus baru.
Gencarnya vaksinasi serta sosialisasi tentang cara pencegahan PMK kepada para peternak diklaim menjadi salah satu kunci sukses kasus PMK di Bandung Barat berhasil ditekan.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan pada Dinas Perikanan dan Peternakan (Dispernakan) Bandung Barat, Wiwin Apriani, mengungkapkan, total sekitar 12.885 ekor hewan ternak yang telah divaksin dosis satu dan dua.
"Sudah banyak hewan ternak divaksin, sedangkan bagi hewan yang tertular PMK, baru enam bulan lagi bisa divaksin," kata Wiwin, Rabu, 3 Agustus 2022.
Sejak dilaporkan kasus pertama akhir Mei lalu, total sebanyak 13.801 ekor ternak tertular PMK. Sebanyak 896 ekor sapi dan 27 domba. Sekitar 85 persen di antaranya telah dinyatakan sembuh.
"Sisanya yang 15 persen masih dalam tahap penyembuhan," ujarnya.
Dia menerangkan, dampak wabah PMK di Bandung Barat menyebabkan peternak mengalami kerugian hingga Rp17 miliar.
Angka tersebut dihitung dari banyaknya pedet dan hewan ternak dewasa yang mati, produksi susu menurun bahkan banyak yang berhenti, serta bertambahnya pengeluaran untuk biaya pengobatan.
"Kemarin seorang ibu yang juga peternak sapi perah di Lembang mendatangi kantor, mengeluh tak bisa membayar cicilan hutang karena delapan sapi miliknya mati. Padahal dari produksi susu, ibu ini membayar cicilan utang," ungkapnya.
Ketua Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Dedi Setiadi menambahkan, akibat serangan PMK, produktivitas sapi dalam menghasilkan susu perah menurun hingga 80 persen.
"Sebelum terjadi wabah, produksi susu yang dihasilkan dari sekitar 20 ribuan ekor sapi mencapai rata-rata 125 ton per hari," ucap Dedi.
Tetapi semenjak muncul PMK, produksi susu merosot hingga 40 ton per hari atau hanya menghasilkan 85 ton per hari, jika dirupiahkan maka total kerugian setara dengan Rp300 juta.
"Itu berarti jika dihitung dari sebulan lalu, sudah kehilangan pendapatan miliaran rupiah," imbuhnya.
Bandung: Dinas Perikanan dan Peternakan (Dispernakan) Kabupaten Bandung Barat menyatakan, kasus
penyakit mulut dan kuku (PMK) di wilayahnya bisa dikendalikan. Bahkan, dalam seminggu terakhir belum ada lagi penambahan kasus baru.
Gencarnya vaksinasi serta sosialisasi tentang cara pencegahan PMK kepada para peternak diklaim menjadi salah satu kunci sukses kasus PMK di Bandung Barat berhasil ditekan.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan pada Dinas Perikanan dan Peternakan (Dispernakan) Bandung Barat, Wiwin Apriani, mengungkapkan, total sekitar 12.885 ekor hewan ternak yang telah divaksin dosis satu dan dua.
"Sudah banyak hewan ternak divaksin, sedangkan bagi hewan yang tertular PMK, baru enam bulan lagi bisa divaksin," kata Wiwin, Rabu, 3 Agustus 2022.
Sejak dilaporkan kasus pertama akhir Mei lalu, total sebanyak 13.801 ekor ternak tertular PMK. Sebanyak 896 ekor sapi dan 27 domba. Sekitar 85 persen di antaranya telah dinyatakan sembuh.
"Sisanya yang 15 persen masih dalam tahap penyembuhan," ujarnya.
Dia menerangkan,
dampak wabah PMK di Bandung Barat menyebabkan peternak mengalami kerugian hingga Rp17 miliar.
Angka tersebut dihitung dari banyaknya pedet dan hewan ternak dewasa yang mati, produksi susu menurun bahkan banyak yang berhenti, serta bertambahnya pengeluaran untuk biaya pengobatan.
"Kemarin seorang ibu yang juga peternak sapi perah di Lembang mendatangi kantor, mengeluh tak bisa membayar cicilan hutang karena delapan sapi miliknya mati. Padahal dari produksi susu, ibu ini membayar cicilan utang," ungkapnya.
Ketua Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Dedi Setiadi menambahkan, akibat serangan PMK, produktivitas sapi dalam menghasilkan susu perah menurun hingga 80 persen.
"Sebelum terjadi wabah,
produksi susu yang dihasilkan dari sekitar 20 ribuan ekor sapi mencapai rata-rata 125 ton per hari," ucap Dedi.
Tetapi semenjak muncul PMK, produksi susu merosot hingga 40 ton per hari atau hanya menghasilkan 85 ton per hari, jika dirupiahkan maka total kerugian setara dengan Rp300 juta.
"Itu berarti jika dihitung dari sebulan lalu, sudah kehilangan pendapatan miliaran rupiah," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)