Tangerang: Pemerintah Kota Tangeanga Selatan (Tangsel) menargetkan bebas penyakit Tuberkulosis (TBC) pada tahun 2030. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) kini gencar membentuk RW Bebas TBC.
Kepala Dinkes Kota Tangsel Allin Hendalin Mahdaniar mengatakan, pembentukan RW Bebas TBC itu sebagai langkah mencapai Indonesia bebas TBC pada 2030 mendatang.
"TBC ini penyakit menular yang harus kita perangi bersama. Tahun 2030 Indonesia harus eliminasi TBC. Di Tangsel kita melakukan kegiatan berbasis kewilayahan dengan membuat RW Bebas TBC," kata Allin.
Allin menerangkan, pada 2025 pihaknya menargetkan akan membentuk RW Bebas TBC di 10 persen RW di 54 kelurahan yang ada di Kota Tangsel.
"Di tahun ini targetnya 10 persen RW harus sudah deklarasikan RW bebas TBC kemudian. Di 2030 100 persen RW sudah deklrasikan bebas TBC," kata Allin.
Allin menuturkan, nantinya pihak wilayah di RW yang ditunjuk kelurahan sebagai RW Bebas TBC bertanggungjawab untuk mengedukasi masyarakat sekitar sehingga jadi garda depan deteksi dini orang yang alami gejala TBC.
"Seluruh stakeholder di kewilayahan harus memiliki kepedulian yang sama, cepat tanggap dalam mengawal pengobatan dan menangani TBC. Kalau ada orang yang alami gejala dia akan sadar langsung memeriksakan diri. Atau kalaupun belum ada kesadaran, warga sebelah bisa ngajak ngobrol sehingga di rw tersebut tidak ada ketersinggungan dan kesungkanan," tutur Allin.
Allin menyebutkan, pada Januari-Juni 2025, tercatat ada 2.639 orang yang sedang menjalani pengobatan TBC. Pihaknya berkomitmen, dapat memenuhi target pemerintah pusat mengeliminasi penderita TBC di Kota Tangsel.
"Kita mengupayakan jangan ada penderita TBC baru dan yang ada jangan putus obat, karena akan terjadi resisten obat dan itu lebih lama lagi pengobatannya. Semua penderita TBC sangat bisa disembuhkan," kata Allin.
Allin berharap, masyarakat Tangsel komitmen untuk sama-sama mengeliminasi kasus TBC dan menghapuskan stigma kepada para penderita TBC.
"Saat ini yang kita perangi adalah masih terjadi stigma, bahwa TBC itu jangan dekat-dekat karena menular padahal harusnya didukung," harapnya.
Tangerang: Pemerintah Kota Tangeanga Selatan (Tangsel) menargetkan bebas penyakit Tuberkulosis (TBC) pada tahun 2030. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) kini gencar membentuk RW Bebas TBC.
Kepala Dinkes Kota Tangsel Allin Hendalin Mahdaniar mengatakan, pembentukan RW Bebas TBC itu sebagai langkah mencapai Indonesia bebas TBC pada 2030 mendatang.
"TBC ini penyakit menular yang harus kita perangi bersama. Tahun 2030 Indonesia harus eliminasi TBC. Di Tangsel kita melakukan kegiatan berbasis kewilayahan dengan membuat RW Bebas TBC," kata Allin.
Allin menerangkan, pada 2025 pihaknya menargetkan akan membentuk RW Bebas TBC di 10 persen RW di 54 kelurahan yang ada di Kota Tangsel.
"Di tahun ini targetnya 10 persen RW harus sudah deklarasikan RW bebas TBC kemudian. Di 2030 100 persen RW sudah deklrasikan bebas TBC," kata Allin.
Allin menuturkan, nantinya pihak wilayah di RW yang ditunjuk kelurahan sebagai RW Bebas TBC bertanggungjawab untuk mengedukasi masyarakat sekitar sehingga jadi garda depan deteksi dini orang yang alami gejala TBC.
"Seluruh stakeholder di kewilayahan harus memiliki kepedulian yang sama, cepat tanggap dalam mengawal pengobatan dan menangani TBC. Kalau ada orang yang alami gejala dia akan sadar langsung memeriksakan diri. Atau kalaupun belum ada kesadaran, warga sebelah bisa ngajak ngobrol sehingga di rw tersebut tidak ada ketersinggungan dan kesungkanan," tutur Allin.
Allin menyebutkan, pada Januari-Juni 2025, tercatat ada 2.639 orang yang sedang menjalani pengobatan TBC. Pihaknya berkomitmen, dapat memenuhi target pemerintah pusat mengeliminasi penderita TBC di Kota Tangsel.
"Kita mengupayakan jangan ada penderita TBC baru dan yang ada jangan putus obat, karena akan terjadi resisten obat dan itu lebih lama lagi pengobatannya. Semua penderita TBC sangat bisa disembuhkan," kata Allin.
Allin berharap, masyarakat Tangsel komitmen untuk sama-sama mengeliminasi kasus TBC dan menghapuskan stigma kepada para penderita TBC.
"Saat ini yang kita perangi adalah masih terjadi stigma, bahwa TBC itu jangan dekat-dekat karena menular padahal harusnya didukung," harapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)