medcom.id, Batanghari: Sebelas warga suku anak dalam yang mendiami hutan di Kabupaten Batanghari, Jambi, meninggal akibat kekurangan makanan. Empat di antara mereka yaitu pria dewasa. Sedangkan sisanya anak-anak berusia 2 hingga 10 tahun.
Seorang warga suku anak dalam atau yang biasa disebut Mangku Balas Tengganai mengaku kondisi itu terjadi dalam dua bulan terakhir. Pasalnya, mereka kekurangan bahan makanan saat bermukim di hutan Kecamatan Aek Hitam, Kabupaten Sarolangun.
Kemudian, mereka pindah ke sekitar perkebunan sawit dan karet di Desa Jelutih, Kecamatan Batin 24, Kabupaten Batanghari. Ternyata sungai di sekitar perkebunan tercemar. Padahal mereka menggunakan aliran sungai untuk kebutuhan makan dan minum. Penyakit pun menjangkiti mereka.
"Mereka sesak napas, kembung, lalu muntah-muntah," kata Mangku Balas Tengganai, Selasa (10/3/2015).
Kondisi mereka pun melemah. Lalu, tujuh anak dan empat pria dewasa meninggal lantaran tak mampu berjuang melawan penyakit tersebut.
Menurutnya, Suku Anak Dalam memiliki kebiasaan bermukim di hutan. Untuk mencari makan, mereka berburu atau memunguti umbi-umbian. Bila kekurangan makanan, mereka pindah. Bila ada yang meninggal, mereka pindah lagi.
medcom.id, Batanghari: Sebelas warga suku anak dalam yang mendiami hutan di Kabupaten Batanghari, Jambi, meninggal akibat kekurangan makanan. Empat di antara mereka yaitu pria dewasa. Sedangkan sisanya anak-anak berusia 2 hingga 10 tahun.
Seorang warga suku anak dalam atau yang biasa disebut Mangku Balas Tengganai mengaku kondisi itu terjadi dalam dua bulan terakhir. Pasalnya, mereka kekurangan bahan makanan saat bermukim di hutan Kecamatan Aek Hitam, Kabupaten Sarolangun.
Kemudian, mereka pindah ke sekitar perkebunan sawit dan karet di Desa Jelutih, Kecamatan Batin 24, Kabupaten Batanghari. Ternyata sungai di sekitar perkebunan tercemar. Padahal mereka menggunakan aliran sungai untuk kebutuhan makan dan minum. Penyakit pun menjangkiti mereka.
"Mereka sesak napas, kembung, lalu muntah-muntah," kata Mangku Balas Tengganai, Selasa (10/3/2015).
Kondisi mereka pun melemah. Lalu, tujuh anak dan empat pria dewasa meninggal lantaran tak mampu berjuang melawan penyakit tersebut.
Menurutnya, Suku Anak Dalam memiliki kebiasaan bermukim di hutan. Untuk mencari makan, mereka berburu atau memunguti umbi-umbian. Bila kekurangan makanan, mereka pindah. Bila ada yang meninggal, mereka pindah lagi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(RRN)