Imam Simin Sisam, 57, calon haji hasi menabung dari penjual pentol selama 25 tahun. (ISTIMEWA).
Imam Simin Sisam, 57, calon haji hasi menabung dari penjual pentol selama 25 tahun. (ISTIMEWA).

Jerih Payah Penjual Pentol Mampu Naik Haji

Amaluddin • 03 Agustus 2019 14:15
Surabaya: Menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci tentu menjadi keinginan setiap Muslim, tak terkecuali dengan Imam Simin Sisam, 57, calon haji tergabung kloter 77. Pria asal Dusun Bentili, Desa Maindu, Kecamatan Montong, Kabupaten Tuban, itu akhirnya bisa ke Tanah Suci setelah menabung selama 10 tahun.
 
"Awal saya daftar haji tahun 2010, hasil nabung selama sekitar 25 tahun," kata Imam, sapaan akrabnya, Sabtu, 3 Agustus 2019.
 
Imam mengaku telah lama berniat berangkat ke Tanah Suci, sejak ia menikah dengan Nengkanah (istri Imam) pada tahun 1994. Sejak itu Imam memulai membuka usaha makanan kecil-kecilan, mulai jualan pentol keliling hingga  jual gorengan.

"Saya nikah sama istri saya itu tahun 1994 di Surabaya, ya mulai itu kami jualan pentol. Sementara istri saya juga jualan pentol pakai gerobak, kalau saya pakai becak," kata Imam.
 
Sepuluh tahun berlalu, usaha pentol Imam tidak mengalami kemajuan. Bersaing di Kota Metropolitan seperti Surabaya nyatanya tidaklah mudah. "Karena tidak ada kemajuan, akhirnya saya bersama istri pindah ke Tuban, daerah asal istri," ujarnya.
 
Disanalah Imam memulai berbagai macam usaha. Mulai jualan tahu tek keliling, hingga jualan sayur di pasar sudah ia lakoni. Namun bukannya untung yang didapat, Imam mengaku kerap rugi, karena banyak pembeli yang mengutang dan tidak membayar. "Banyak mas usaha yang saya jalani dulu itu, tapi saya rugi karena banyak yang hutang gak dibayar," katanya.
 
Meski demikian, Imam terus menekuni usahanya. Cita-cita Imam untuk ke Tanah Suci sangat besar. Semangat itu ia buktikan dengan kerja keras menabung untuk berangkat haji. "Saya kerja diniatkan untuk bisa haji, bukan hanya niat umtuk mencukupi kebutuhan sehari-hari," kata Imam.
 
Modal yang dibutuhkan Imam untuk sekali produksi pentol sebesar Rp200 ribu. Setiap harinya Imam hanya memperoleh penghasilan kotor sebesar Rp100 ribu. Jumlah yang tidak banyak itu, harus mencukupi kebutuhan Pak Imam, istri dan kedua anaknya.
 
"Pokoknya saya targetkan setiap harinya itu nabung Rp30.000, ya mepet dengan kebutuhan keluarga. Tetapi memang keluarga saya itu hidup sederhana," kata Imam.
 
Meski demikian, Pak Imam mengaku tidak pernah putus asa menabung untuk haji. Sepeda motor serta gerobak reot miliknya selalu setia membantu mengais rezeki ke sekolah-sekolah mulai tingkat SD hingga SMA. "Paling jauh itu 8 kilometer dari rumah. Saya jualan keliling, kadang ya jualan ke anak-anak yang istirahat sekolah atau saat pulang sekolah," katanya.
 
Selain berangkat haji, Imam mengaku hasil berjualan pentol mampu menguliahkan anaknya yang pertama di perguruan tinggi ternama di Jatim. Sementara anak kedua Imam masuk di pondok pesantren. "Alhamdulillah berkah, bisa nabung untuk haji. Anakpun bisa saya sekolahkan. Anak yang pertama itu alhamdulillah dapat beasiswa," ujarnya.
 
Namun sayang, Imam tampak sedih meski hendak berangkat ke Tanah Suci. Imam berangkat seorang diri, tanpa ditemani sang istri. "Istri saya belum mendaftar haji. Bukan tidak mau haji, tetapi karena keterbatasan ekonomi, jadi belum bisa daftar," kata Imam.
 
Namun demikian, Imam mengaku akan selalu mendoakan keluarganya setibanya di Tanah Suci. Ia juga akan mendoakan teman-temannya se profesi untuk bisa naik haji. "Doa saya tentu untuk keselamatan keluarga, selamat dunia ahirat. Teman-teman saya yang jualan juga saya doakan supaya ketularan naik haji," kata Imam.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan