medcom.id, Jember: Intensitas curah hujan tinggi yang berujung banjir, menyebabkan sejumlah infrastruktur di Jember, Jawa Timur, rusak. Setpel atau dinding beton penahan arus Sungai Bedadung roboh hingga memutus akses jalan poros antardesa.
Pantauan Metro Tv , Rabu (7/1/2015), jalan penghubung antardesa sepanjang kurang lebih 10 meter dan lebar lima meter di bantaran Sungai Bedadung, Desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan, ini amblas akibat tergerus aliran sungai. Jalan desa amblas setelah setpel penahan aliran Sungai Bedadung jebol akibat tak mampu menahan derasnya aliran sungai, ketika hujan deras melanda sejumlah kawasan di Jember.
Akibat putusnya jalan desa ini, akses jalan penghubung Desa Lojejer dengan Desa Kasian terputus. Warga pun harus menggunakan jalur alternatif dan memutar sejauh dua kilometer untuk menuju rumahnya. Selain kondisi alam, diduga pembangunan tangkis penahan air yang jebol ini, diakibatkan oleh konstruksi bangunan yang tidak sesuai spesifikasi.
Padahal, pemerintah sudah menggelontorkan dana Rp1,9 miliar untuk membenahi tangkis yang sebelumnya rusak. Unit pelaksana tugas pengairan Wuluhan, Gatot Sugiarto, Rabu (7/1/2015), membatah robohnya setpel penahan arus sungai disebabkan konstruksi bangunan. Menurutnya, struktur tanah yang labil menjadi penyebab hancurnya tangkis sungai.
medcom.id, Jember: Intensitas curah hujan tinggi yang berujung banjir, menyebabkan sejumlah infrastruktur di Jember, Jawa Timur, rusak. Setpel atau dinding beton penahan arus Sungai Bedadung roboh hingga memutus akses jalan poros antardesa.
Pantauan
Metro Tv , Rabu (7/1/2015), jalan penghubung antardesa sepanjang kurang lebih 10 meter dan lebar lima meter di bantaran Sungai Bedadung, Desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan, ini amblas akibat tergerus aliran sungai. Jalan desa amblas setelah setpel penahan aliran Sungai Bedadung jebol akibat tak mampu menahan derasnya aliran sungai, ketika hujan deras melanda sejumlah kawasan di Jember.
Akibat putusnya jalan desa ini, akses jalan penghubung Desa Lojejer dengan Desa Kasian terputus. Warga pun harus menggunakan jalur alternatif dan memutar sejauh dua kilometer untuk menuju rumahnya. Selain kondisi alam, diduga pembangunan tangkis penahan air yang jebol ini, diakibatkan oleh konstruksi bangunan yang tidak sesuai spesifikasi.
Padahal, pemerintah sudah menggelontorkan dana Rp1,9 miliar untuk membenahi tangkis yang sebelumnya rusak. Unit pelaksana tugas pengairan Wuluhan, Gatot Sugiarto, Rabu (7/1/2015), membatah robohnya setpel penahan arus sungai disebabkan konstruksi bangunan. Menurutnya, struktur tanah yang labil menjadi penyebab hancurnya tangkis sungai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LAL)