Banyuwangi: Kementerian Pertanian menunjuk Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, sebagai daerah penyangga komoditas cabai rawit secara nasional. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan harga cabai rawit di masa mendatang, khususnya saat musim hujan.
"Kabupaten Banyuwangi bersama dengan dua Kabupaten lain, yakni Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung, yang ditunjuk sebagai penyangga komoditas cabe nasional," kata Kabid Holtikultura Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi, Ilham Juanda, Kamis, 25 Maret 2021.
Baca: Jalani Vaksinasi, Pelaku Pariwisata Bali Bersiap Sambut Wisatawan
Dia menjelaskan Pemkab Banyuwangi menyiapkan lahan sekitar 40 hektare untuk program penanaman tersebut. Namun sampai saat ini, belum ditentukan dimana kegiatan program.
Rencananya kegiatan dimulai pada bulan Agustus dan September agar saat terjadi lonjakan harga di masa mendatang, pemerintah sudah memiliki stok cabai rawit untuk kegiatan operasi pasar murah.
"Untuk program penyangga ini, disiapkan sekitar 40 hektar. Ini untuk persiapan tanam bulan Agustus dan September, jadi bisa untuk musim panen bulan Desember dan Januari. Nantinya seluruh pembiayaan, mulai dari bibit, perawatan, dan sarana prasarana lainnya akan dibantu oleh Kementerian Pertanian," kata Ilham.
Menurut Ilham selama ini Banyuwangi memang dikenal sebagai penyuplai kebutuhan cabai rawit untuk sejumlah daerah, khususnya di wilayah Jabodetabek. Hanya saja pada awal tahun 2021 produksi cabai rawit mengalami penurunan signifikan lantaran intensitas hujan tinggi sejak akhir Tahun 2020.
Hal ini dikarenakan tanaman cabai rawit banyak yang rusak lantaran terserang penyakit yang biasa datang saat musim penghujan. Akibatnya harganya pun meroket tinggi di atas angka Rp100 ribu per kilogram.
"Rata-rata ini kan tanaman pada bulan Agustus dan September 2020. Mulai belajar berbuah usia tiga sampai empat bulan. Kalau kondisi normal bisa 20 kali petik. Bisa bertahan delapan sampai 10 bulan. Namun karena intensitas hujan tinggi, resiko serangan hama penyakit juga semakin tinggi. Seperti penyakit cacar dan sebagainya," ujarnya.
Sementara Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani Azwar Anas, menyambut baik program dari Kementerian Pertanian ini. Banyuwangi yang dikenal sebagai sentra cabai. Sangat tepat jika memilih Banyuwangi menjadi penyangga komoditas cabai rawit.
"Tentu kami sangat mengapresiasi. Banyak lahan kami yang bisa ditanam cabai. Seperti Wongsorejo dan beberapa lokasi lainnya. Tentu nanti akan kita sebar dibeberapa lokasi," kata Ipuk.
Banyuwangi: Kementerian Pertanian menunjuk Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, sebagai daerah penyangga komoditas
cabai rawit secara nasional. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan harga cabai rawit di masa mendatang, khususnya saat musim hujan.
"Kabupaten Banyuwangi bersama dengan dua Kabupaten lain, yakni Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung, yang ditunjuk sebagai penyangga komoditas cabe nasional," kata Kabid Holtikultura Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi, Ilham Juanda, Kamis, 25 Maret 2021.
Baca:
Jalani Vaksinasi, Pelaku Pariwisata Bali Bersiap Sambut Wisatawan
Dia menjelaskan Pemkab Banyuwangi menyiapkan lahan sekitar 40 hektare untuk program penanaman tersebut. Namun sampai saat ini, belum ditentukan dimana kegiatan program.
Rencananya kegiatan dimulai pada bulan Agustus dan September agar saat terjadi lonjakan harga di masa mendatang, pemerintah sudah memiliki stok cabai rawit untuk kegiatan operasi pasar murah.
"Untuk program penyangga ini, disiapkan sekitar 40 hektar. Ini untuk persiapan tanam bulan Agustus dan September, jadi bisa untuk musim panen bulan Desember dan Januari. Nantinya seluruh pembiayaan, mulai dari bibit, perawatan, dan sarana prasarana lainnya akan dibantu oleh Kementerian Pertanian," kata Ilham.
Menurut Ilham selama ini Banyuwangi memang dikenal sebagai penyuplai kebutuhan cabai rawit untuk sejumlah daerah, khususnya di wilayah Jabodetabek. Hanya saja pada awal tahun 2021 produksi cabai rawit mengalami penurunan signifikan lantaran intensitas hujan tinggi sejak akhir Tahun 2020.
Hal ini dikarenakan tanaman cabai rawit banyak yang rusak lantaran terserang penyakit yang biasa datang saat musim penghujan. Akibatnya harganya pun meroket tinggi di atas angka Rp100 ribu per kilogram.
"Rata-rata ini kan tanaman pada bulan Agustus dan September 2020. Mulai belajar berbuah usia tiga sampai empat bulan. Kalau kondisi normal bisa 20 kali petik. Bisa bertahan delapan sampai 10 bulan. Namun karena intensitas hujan tinggi, resiko serangan hama penyakit juga semakin tinggi. Seperti penyakit cacar dan sebagainya," ujarnya.
Sementara Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani Azwar Anas, menyambut baik program dari Kementerian Pertanian ini. Banyuwangi yang dikenal sebagai sentra cabai. Sangat tepat jika memilih Banyuwangi menjadi penyangga komoditas cabai rawit.
"Tentu kami sangat mengapresiasi. Banyak lahan kami yang bisa ditanam cabai. Seperti Wongsorejo dan beberapa lokasi lainnya. Tentu nanti akan kita sebar dibeberapa lokasi," kata Ipuk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(DEN)