medcom.id, Surabaya: Sepekan sudah pesawat AirAsia QZ8501 hilang kontak saat dalam penerbangan dari Bandara Juanda Sidoarjo, Jawa Timur menuju Bandara Changi Singapura. Dengan waktu selama itu, masih adakah kemungkinan penumpang selamat dari kecelakaan tersebut?
Itulah yang menjadi pertanyaan keluarga penumpang AirAsia QZ8501. Mereka pun menyampaikan harapan itu kepada Menteri Kesehatan Nina Moeloek yang mendatangi Posko Mortem RS Bhayangkara Polda Jawa Timur (Jatim) di Surabaya, Sabtu (3/1/2015) siang.
"Kemarin saya sudah bertanya apakah bisa diketahui kira-kira dari semua yang sudah ada ini, kira-kira mereka meninggalnya itu berapa hari? Dari situ kan kita berharap bahwa mungkin masih ada saudara kita. Keluarga saya ada tiga orang di pesawat itu," tanya seorang perempuan keluarga korban dalam dialog bersama Menkes dalam ruang Crisis Center Polda Jatim.
Tentunya, seluruh keluarga berharap keajaiban Tuhan YME. Mereka berharap ada penumpang yang terbawa arus lalu terdampar di suatu tempat. Atau, ada penumpang mengapung di laut lepas. Para kerabat pun berharap penumpang 'yang beruntung' itu adalah keluarga mereka.
"Dari pengalaman kita mendengar dari beberapa orang ada yang 9 hari di laut masih hidup, ada yang sampai 20 hari masih hidup. Memang kekuatan manusia berbeda-beda, ditentukan oleh Tuhan. Cuma kita kan masih berharap kalau mereka benar-benar tidak langsung (hening) itu kan masih ada. Kita benar-benar minta bantuan dari pemerintah untuk pencariannya lebih diperketat lagi," harap perempuan itu melanjutkan dialognya dengan Menkes.
Harapan itu mungkin menyesakkan dada. Namun Menkes tetap menjawab dengan tujuan para keluarga tetap tegar menghadapi musibah pesawat AirAsia QZ8501 hilang kontak pada 28 Desember 2014 tersebut.
Menurut Menkes, badan pesawat belum ditemui dan masih berada dalam laut. Ia pun mengajak keluarga berpikir logis. Saat kecelakaan terjadi, cuaca dalam keadaan buruk. Badai terjadi saat AirAsia QZ8501 terbang.
"Ketika terjun langsung, berarti tak ada waktu untuk penumpang melepaskan seat belt. Tapi kelihatan yang keluar pramugari, jadi yang keluar kemungkinan yang memang dekat dengan pintu itu," jawab Menkes.
Bila secara ilmu kedokteran, katanya, tak gampang hidup dalam kondisi tenggelam ke kedalaman hingga 30 meter di bawah permukaan laut.
"Kecuali kita punya tabung oksigen seperti penyelam. Laut kan dalam sekali, pasti kita akan menghirup air laut tentu nyawa kita akan hilang", lanjutnya.
Kedua, tambah Nila, ia khawatir korban tak dapat ditemukan sepenuhnya. Sebab arus air laut cukup deras. Bahkan, gelombang di perairan serpihan pesawat ditemukan, perairan Teluk Kumai, Kalimantan Tengah, mencapai ketinggian empat Meter.
medcom.id, Surabaya: Sepekan sudah pesawat AirAsia QZ8501 hilang kontak saat dalam penerbangan dari Bandara Juanda Sidoarjo, Jawa Timur menuju Bandara Changi Singapura. Dengan waktu selama itu, masih adakah kemungkinan penumpang selamat dari kecelakaan tersebut?
Itulah yang menjadi pertanyaan keluarga penumpang AirAsia QZ8501. Mereka pun menyampaikan harapan itu kepada Menteri Kesehatan Nina Moeloek yang mendatangi Posko Mortem RS Bhayangkara Polda Jawa Timur (Jatim) di Surabaya, Sabtu (3/1/2015) siang.
"Kemarin saya sudah bertanya apakah bisa diketahui kira-kira dari semua yang sudah ada ini, kira-kira mereka meninggalnya itu berapa hari? Dari situ kan kita berharap bahwa mungkin masih ada saudara kita. Keluarga saya ada tiga orang di pesawat itu," tanya seorang perempuan keluarga korban dalam dialog bersama Menkes dalam ruang Crisis Center Polda Jatim.
Tentunya, seluruh keluarga berharap keajaiban Tuhan YME. Mereka berharap ada penumpang yang terbawa arus lalu terdampar di suatu tempat. Atau, ada penumpang mengapung di laut lepas. Para kerabat pun berharap penumpang 'yang beruntung' itu adalah keluarga mereka.
"Dari pengalaman kita mendengar dari beberapa orang ada yang 9 hari di laut masih hidup, ada yang sampai 20 hari masih hidup. Memang kekuatan manusia berbeda-beda, ditentukan oleh Tuhan. Cuma kita kan masih berharap kalau mereka benar-benar tidak langsung (hening) itu kan masih ada. Kita benar-benar minta bantuan dari pemerintah untuk pencariannya lebih diperketat lagi," harap perempuan itu melanjutkan dialognya dengan Menkes.
Harapan itu mungkin menyesakkan dada. Namun Menkes tetap menjawab dengan tujuan para keluarga tetap tegar menghadapi musibah pesawat AirAsia QZ8501 hilang kontak pada 28 Desember 2014 tersebut.
Menurut Menkes, badan pesawat belum ditemui dan masih berada dalam laut. Ia pun mengajak keluarga berpikir logis. Saat kecelakaan terjadi, cuaca dalam keadaan buruk. Badai terjadi saat AirAsia QZ8501 terbang.
"Ketika terjun langsung, berarti tak ada waktu untuk penumpang melepaskan seat belt. Tapi kelihatan yang keluar pramugari, jadi yang keluar kemungkinan yang memang dekat dengan pintu itu," jawab Menkes.
Bila secara ilmu kedokteran, katanya, tak gampang hidup dalam kondisi tenggelam ke kedalaman hingga 30 meter di bawah permukaan laut.
"Kecuali kita punya tabung oksigen seperti penyelam. Laut kan dalam sekali, pasti kita akan menghirup air laut tentu nyawa kita akan hilang", lanjutnya.
Kedua, tambah Nila, ia khawatir korban tak dapat ditemukan sepenuhnya. Sebab arus air laut cukup deras. Bahkan, gelombang di perairan serpihan pesawat ditemukan, perairan Teluk Kumai, Kalimantan Tengah, mencapai ketinggian empat Meter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(RRN)