Aceh: Dalam rangka tafakur atau mengenang musibah gempa dan tsunami Aceh 19 tahun silam (Minggu, 26 Desember 2004), puluhan ribu nelayan Aceh libur melaut pada hari ini.
Aktivitas yang biasanya mencari ikan di perairan Samudera Hindia dan Selat Malaka itu, satu hari dialihkan untuk berzikir, berdoa, zikir bersama, berziarah ke makam syuhada tsunami. Lalu melaksanakan kenduri, menggelar tausiah agama dan berbagai kegiatan atau lainnya terkait renungan musibah besar tersebut.
Budayawan Aceh dari Universitas Syi'ah Kuala (USK), M Adli Abdullah, mengatakan libur melaut di setiap hari peringatan tsunami itu merupakan keputusan hasil musyawarah nelayan Aceh paska tsunami tahun 2005. Hal itu sudah menjadi peraturan adat laut Aceh yang tidak bisa dilanggar.
"Siapa saja tidak mematuhi atau sengaja beraktivitas mencari ikan di perairan Aceh pada 26 Desember, tentu akan dikenai sanksi tegas yaitu akan disita hasil tangkapannya. Lalu tidak boleh melaut selama 3-7 hari kemudian," katanya, Selasa, 26 Desember 2023.
Adli Abdullah menjelaskan untuk mengisi hari libur melaut 26 Desember, para pencari
nafkah di laut bebas itu melakukan renungan atau bertafakur kepada yang Mahakuasa. Di antaranya menghadiri zikir dan doa bersama yang digelar di berbagai masjid, tempat ibadah dan lokasi lai di sepanjang pesisir Samudera Hindia dan Selatan Malaka.
"Dengan berzikir dan berdoa insya Allah semuanya selamat sejahtera para syuhada tsunami serta seluruh keluarga. Semoga ini menjadi pelajaran berharga untuk dikenang. Melalui edukasi atau penelitian edukasi tsunami dapat melahirkan ilmuan dan menyadarkan manusia dari kekuasaan serta kebesaran ilahi" katanya.
Menurut Adli, sesuai catatan yang diperoleh, anggota keluarga nelayan adalah paling banyak terkena jatuh korban imbas tsunami. Dari sekitar 230 ribu lebih jumlah korban akibat gemba bumi dan tsunami Aceh, sekitar 80 ribu orang diantaranya adalah berprofesi nelayan atau anggota keluarga besar mereka.
"Mereka kelompok orang pertama yang merasakan musibah besar ini. Lalu sanak keluarga nelayan juga paling banyak jumlah korban meninggal. Semoga Allah melimpahkan pahala syuhada kepada hambanya," ujarnya.
Aceh: Dalam rangka tafakur atau mengenang musibah gempa dan tsunami
Aceh 19 tahun silam (Minggu, 26 Desember 2004), puluhan ribu
nelayan Aceh libur melaut pada hari ini.
Aktivitas yang biasanya mencari ikan di perairan Samudera Hindia dan Selat Malaka itu, satu hari dialihkan untuk berzikir, berdoa, zikir bersama, berziarah ke makam syuhada tsunami. Lalu melaksanakan kenduri, menggelar tausiah agama dan berbagai kegiatan atau lainnya terkait renungan musibah besar tersebut.
Budayawan Aceh dari Universitas Syi'ah Kuala (USK), M Adli Abdullah, mengatakan libur melaut di setiap hari peringatan tsunami itu merupakan keputusan hasil musyawarah nelayan Aceh paska tsunami tahun 2005. Hal itu sudah menjadi peraturan adat laut Aceh yang tidak bisa dilanggar.
"Siapa saja tidak mematuhi atau sengaja beraktivitas mencari ikan di perairan Aceh pada 26 Desember, tentu akan dikenai sanksi tegas yaitu akan disita hasil tangkapannya. Lalu tidak boleh melaut selama 3-7 hari kemudian," katanya, Selasa, 26 Desember 2023.
Adli Abdullah menjelaskan untuk mengisi hari libur melaut 26 Desember, para pencari
nafkah di laut bebas itu melakukan renungan atau bertafakur kepada yang Mahakuasa. Di antaranya menghadiri zikir dan doa bersama yang digelar di berbagai masjid, tempat ibadah dan lokasi lai di sepanjang pesisir Samudera Hindia dan Selatan Malaka.
"Dengan berzikir dan berdoa insya Allah semuanya selamat sejahtera para syuhada tsunami serta seluruh keluarga. Semoga ini menjadi pelajaran berharga untuk dikenang. Melalui edukasi atau penelitian edukasi tsunami dapat melahirkan ilmuan dan menyadarkan manusia dari kekuasaan serta kebesaran ilahi" katanya.
Menurut Adli, sesuai catatan yang diperoleh, anggota keluarga nelayan adalah paling banyak terkena jatuh korban imbas tsunami. Dari sekitar 230 ribu lebih jumlah korban akibat gemba bumi dan tsunami Aceh, sekitar 80 ribu orang diantaranya adalah berprofesi nelayan atau anggota keluarga besar mereka.
"Mereka kelompok orang pertama yang merasakan musibah besar ini. Lalu sanak keluarga nelayan juga paling banyak jumlah korban meninggal. Semoga Allah melimpahkan pahala syuhada kepada hambanya," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)