Ogan Ilir: Diduga karena ada siswa yang merokok di kelas, membuat Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Pemulutan, Ogan Ilir, Sumatra Selatan menampar siswanya. Tak hanya satu, diberitakan ada 32 siswa yang merupakan satu kelas mengalami kekerasan fisik dari Kepsek tersebut.
Kejadian tersebut terjadi pada Rabu, 14 September kemarin. Video penamparan tersebut kini viral di media sosial. Dalam video berdurasi enam detik tersebut terlihat belasan siswa kelas XI
IPS duduk jongkok di depan kelas.
Terlihat seorang wanita berseragam tenaga pendidikan yang memukul wajah mereka satu per satu. Sosok yang menampar para siswa yakni Kepala SMA Negeri 1 Pemulutan, Masnawati. Usai video ini viral, Masnawati mengaku mendaratkan tangan di wajah para anak didiknya itu, semata-mata karena ingin mendidik.
Masnawati menerangkan, dia mendapat laporan dari salah seorang guru bahwa para siswa tersebut kerap membuat ulah di dalam kelas. Tak hanya makan di kelas hingga sampahnya berantakan, juga ada yang merokok di kelas.
Sebelum para siswa mendapat hukuman, Masnawati mendapat laporan ada siswa yang merokok di kelas. Namun saat diperiksa, tak ada satupun siswa di kelas tersebut yang mengaku sehingga semua dihukum.
"Saat ditanya, tidak ada yang mengaku dan kompak menutupi. Kami ini mendidik, sama sekali bukan menyakiti," kata Masnawati.
Bahkan, menurut Masnawati, seorang guru berhenti mengajar karena tak tahan dengan kenakalan siswa. "Guru itu sampai menangis curhat ke saya. Dia (guru) sekarang berhenti mengajar," kata dia.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatra Selatan, Riza Pahlevi mengatakan, pihaknya belum mendapatkan laporan adanya kejadian tersebut. "Saya baru tahu. Memang kalau yang namanya kekerasan tidak diperkenankan dan sangat disayangkan serta kita prihatin," kata Riza.
Menurut Riza, mungkin karena sudah emosi maka kepala sekolah tersebut melakukan itu. Apalagi kalau sampai ada guru yang tidak sanggup lagi dengan kelakuan anak-anak didik tersebut itu perlu dicari solusi lain.
"Kalau kekerasan tentu tidak dibenarkan, tapi kalau tamparan sayang maka tergantung orang tuanya. Kalau tidak ditegur salah juga, hanya saja sangat disayangkan sampai menggunakan kekerasan," katanya.
Menurut Riza, harusnya laporkan saja ke orang tuanya. Jika orang tuanya tidak berkenan jangan masukan anak ke sekolah formal. Menurutnya, sebagai orang tua intropeksi juga, kalau anak tidak boleh disentuh silakan sekolah lain.
"Jangan sampai emosi meledak, kembalikan saja anak-anak tersebut ke orang tuanya. Kalau orang tuanya mau melaporkan silakan saja. Nanti kita akan lihat sejauh mana perkembangannya," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Henny Yulianti mengatakan, pihaknya sangat menyayangkan peristiwa itu, kekerasan secara fisik karena ini tak jadi panutan
"Merokok di kelas juga salah, seharusnya tak harus dilakukan siswa. Karenanya kami juga menyayangkan adanya pemukulan siswa itu. Sebab seharusnya pihak sekolah mencari solusi atau cara lain untuk berbicara dengan siswa," ucapnya.
Ogan Ilir: Diduga karena ada
siswa yang merokok di kelas, membuat Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Pemulutan, Ogan Ilir, Sumatra Selatan menampar siswanya. Tak hanya satu, diberitakan ada 32 siswa yang merupakan satu kelas mengalami kekerasan fisik dari Kepsek tersebut.
Kejadian tersebut terjadi pada Rabu, 14 September kemarin.
Video penamparan tersebut kini viral di media sosial. Dalam video berdurasi enam detik tersebut terlihat belasan siswa kelas XI
IPS duduk jongkok di depan kelas.
Terlihat seorang wanita berseragam
tenaga pendidikan yang memukul wajah mereka satu per satu. Sosok yang menampar para siswa yakni Kepala SMA Negeri 1 Pemulutan, Masnawati. Usai video ini viral, Masnawati mengaku mendaratkan tangan di wajah para anak didiknya itu, semata-mata karena ingin mendidik.
Masnawati menerangkan, dia mendapat laporan dari salah seorang guru bahwa para siswa tersebut kerap membuat ulah di dalam kelas. Tak hanya makan di kelas hingga sampahnya berantakan, juga ada yang merokok di kelas.
Sebelum para siswa mendapat hukuman, Masnawati mendapat laporan ada siswa yang merokok di kelas. Namun saat diperiksa, tak ada satupun siswa di kelas tersebut yang mengaku sehingga semua dihukum.
"Saat ditanya, tidak ada yang mengaku dan kompak menutupi. Kami ini mendidik, sama sekali bukan menyakiti," kata Masnawati.
Bahkan, menurut Masnawati, seorang guru berhenti mengajar karena tak tahan dengan kenakalan siswa. "Guru itu sampai menangis curhat ke saya. Dia (guru) sekarang berhenti mengajar," kata dia.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatra Selatan, Riza Pahlevi mengatakan, pihaknya belum mendapatkan laporan adanya kejadian tersebut. "Saya baru tahu. Memang kalau yang namanya kekerasan tidak diperkenankan dan sangat disayangkan serta kita prihatin," kata Riza.
Menurut Riza, mungkin karena sudah emosi maka kepala sekolah tersebut melakukan itu. Apalagi kalau sampai ada guru yang tidak sanggup lagi dengan kelakuan anak-anak didik tersebut itu perlu dicari solusi lain.
"Kalau kekerasan tentu tidak dibenarkan, tapi kalau tamparan sayang maka tergantung orang tuanya. Kalau tidak ditegur salah juga, hanya saja sangat disayangkan sampai menggunakan kekerasan," katanya.
Menurut Riza, harusnya laporkan saja ke orang tuanya. Jika orang tuanya tidak berkenan jangan masukan anak ke sekolah formal. Menurutnya, sebagai orang tua intropeksi juga, kalau anak tidak boleh disentuh silakan sekolah lain.
"Jangan sampai emosi meledak, kembalikan saja anak-anak tersebut ke orang tuanya. Kalau orang tuanya mau melaporkan silakan saja. Nanti kita akan lihat sejauh mana perkembangannya," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Henny Yulianti mengatakan, pihaknya sangat menyayangkan peristiwa itu, kekerasan secara fisik karena ini tak jadi panutan
"Merokok di kelas juga salah, seharusnya tak harus dilakukan siswa. Karenanya kami juga menyayangkan adanya pemukulan siswa itu. Sebab seharusnya pihak sekolah mencari solusi atau cara lain untuk berbicara dengan siswa," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)