Malang: Keluarga korban Tragedi Kanjuruhan angkat bicara terkait keputusan federasi sepak bola dunia (FIFA) yang telah mencoret Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Keputusan FIFA itu disebut sebagai peringatan Pemerintah Indonesia untuk berempati pada korban dan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan.
“Suara kami sudah mulai serak dan habis. Perhatian dan keadilan yang kami perjuangkan selama ini sepertinya tak didengarkan Pemerintah. Ini terlihat pada putusan-putusan pengadilan yang sungguh menyakiti hati dan merusak rasa keadilan kami," kata Juariyah, ibu salah satu korban Tragedi Kanjuruhan, Shifwa Dinar Artamevia, Kamis, 30 Maret 2023.
Sementara Koordinator Tim Gabungan Aremania (TGA), Dyan Berdinandri, mengatakan keputusan pembatalan dari FIFA ini selayaknya disikapi pemerintah sebagai tamparan keras. Sebab, keputusan itu dinilai mewakili perasaan para korban dan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan.
"Ini sebagai pengingat bahwa ada hal yang belum selesai di negeri ini. Dampak tragis Tragedi Kanjuruhan yang kami rasakan, selama ini sepertinya hendak dilupakan begitu saja. Pesta pora olahraga masih hendak dilanjutkan, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa, padahal kami sangat berharap adanya perhatian dan keseriusan Pemerintah untuk penyelesaian tragedi tersebut," katanya.
Dyan meminta Pemerintah Indonesia untuk lebih serius memperhatikan para korban dan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan. Pemerintah juga diminta serta mengupayakan penyelesaian Tragedi Kanjuruhan secara tuntas.
"Bagi kami, ini sudah bukan lagi persoalan sepakbola atau suporter semata. Ini adalah tragedi kemanusiaan yang memberikan dampak buruk bagi kita semua secara umum, khususnya bagi masyarakat Malang Raya," ungkapnya.
Di sisi lain, TGA juga membuka tangan dan mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk bersama-sama mengupayakan pengusutan dan penyelesaian Tragedi Kanjuruhan dengan sebaik-baiknya.
“Bukan hanya tamparan bagi pemerintah, tetapi pembatalan (tuan rumah) ini semoga dapat menjadi pengingat bagi kita semua. Terutama untuk para sahabat dan saudara-saudara kami se-Malang Raya. Sudah saatnya kita singkirkan dulu perbedaan pandangan maupun kepentingan sendiri-sendiri dan golongan. Mari menyatukan upaya agar #usuttuntas Tragedi Kanjuruhan benar-benar dapat terwujud," jelasnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Malang: Keluarga korban
Tragedi Kanjuruhan angkat bicara terkait keputusan federasi sepak bola dunia (FIFA) yang telah mencoret Indonesia sebagai tuan rumah
Piala Dunia U-20. Keputusan FIFA itu disebut sebagai peringatan Pemerintah Indonesia untuk berempati pada korban dan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan.
“Suara kami sudah mulai serak dan habis. Perhatian dan keadilan yang kami perjuangkan selama ini sepertinya tak didengarkan Pemerintah. Ini terlihat pada putusan-putusan pengadilan yang sungguh menyakiti hati dan merusak rasa keadilan kami," kata Juariyah, ibu salah satu korban Tragedi Kanjuruhan, Shifwa Dinar Artamevia, Kamis, 30 Maret 2023.
Sementara Koordinator Tim Gabungan Aremania (TGA), Dyan Berdinandri, mengatakan keputusan pembatalan dari FIFA ini selayaknya disikapi pemerintah sebagai tamparan keras. Sebab, keputusan itu dinilai mewakili perasaan para korban dan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan.
"Ini sebagai pengingat bahwa ada hal yang belum selesai di negeri ini. Dampak tragis Tragedi Kanjuruhan yang kami rasakan, selama ini sepertinya hendak dilupakan begitu saja. Pesta pora olahraga masih hendak dilanjutkan, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa, padahal kami sangat berharap adanya perhatian dan keseriusan Pemerintah untuk penyelesaian tragedi tersebut," katanya.
Dyan meminta Pemerintah Indonesia untuk lebih serius memperhatikan para korban dan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan. Pemerintah juga diminta serta mengupayakan penyelesaian Tragedi Kanjuruhan secara tuntas.
"Bagi kami, ini sudah bukan lagi persoalan sepakbola atau suporter semata. Ini adalah tragedi kemanusiaan yang memberikan dampak buruk bagi kita semua secara umum, khususnya bagi masyarakat Malang Raya," ungkapnya.
Di sisi lain, TGA juga membuka tangan dan mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk bersama-sama mengupayakan pengusutan dan penyelesaian Tragedi Kanjuruhan dengan sebaik-baiknya.
“Bukan hanya tamparan bagi pemerintah, tetapi pembatalan (tuan rumah) ini semoga dapat menjadi pengingat bagi kita semua. Terutama untuk para sahabat dan saudara-saudara kami se-Malang Raya. Sudah saatnya kita singkirkan dulu perbedaan pandangan maupun kepentingan sendiri-sendiri dan golongan. Mari menyatukan upaya agar #usuttuntas Tragedi Kanjuruhan benar-benar dapat terwujud," jelasnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)