Jakarta: Ketersediaan jaringan internet di wilayah perbatasan menjadi kebutuhan seiring kemajuan teknologi digital. Melalui jaringan internet muncul harapan untuk mencapai kesetaraan informasi dan terbukanya kesempatan dalam pembangunan ekonomi.
Tak hanya itu, jaringan internet juga bermanfaat dalam pertahanan keamanan di wilayah perbatasan. Misalnya, di Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain berada di Desa Silawan, Tasifeto Timur, Belu. PLBN dikelola oleh Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan di bawah Kementerian Dalam Negeri. Penjagaan keamanannya berada di bawah tanggung jawab TNI, yaitu Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia-Timor Leste Yonif Raider Khusus 744.
Dalam sejarah pascaberpisahnya Timor Leste dari Indonesia, beberapa konflik terjadi antar warga terkait sengketa batas darat yang belum disepakati. Setelah pemerintah kedua negara menyepakati batas darat pada 2019, tersisa batas maritim yang berpotensi memicu perselisihan.
Wilayah yang berbatasan langsung dengan Timor Leste itu telah menerima jaringan internet.
Ketersediaan jaringan internet di perbatasan tak luput dari peran Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melalui Badan Aksesibilitas Komunikasi dan Informasi (BAKTI).
Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain berada di Desa Silawan, Tasifeto Timur, Belu, NTT (Foto:MI/Sumaryanto)
Kehadiran internet sangat membantu untuk koordinasi antar warga, petugas PLBN, dan aparat TNI menjadi kunci kedaulatan masyarakat perbatasan Indonesia.
"Internet di sini stabil. Internet sangat bermanfaat untuk mengikuti perkembangan dan mencari informasi. Juga untuk pelaporan kepada atasan secara online," kata Letda Inf. Anggun Wahyu Wuryanto, Komandan Pos Damar, Kabupaten Belu, NTT.
Hal serupa diucapkan oleh Letkol Inf. Alfat Denny Adrian, Dansatgas Yonif RK 744/SYB, yang bertugas di Pos Asumanu, Kabupaten Belu, NTT.
"Internet sangat bermanfaat di pos pamtas (penjagaan perbatasan) karena kita harus memberikan laporan kepada pimpinan. Laporan berupa teks, foto, dan video. Sebelum ada internet, komunikasi via radio komunikasi," ucapnya.
Permasalahan di wilayah perbatasan tak selalu terkait keamanan. Warga ada yang meminta bantuan karena kesulitan mengakses air.
Prajurit TNI memberikan pelayanan kesehatan bagi warga di perbatasan (Foto:MI/Sumaryanto)
Tak hanya itu, prajurit TNI juga memberikan sumbangsih nyata berupa edukasi, pramuka, kerja bakti, pemberdayaan lahan, dan pelayanan kesehatan.
"Komunikasi warga dengan anggota TNI terbantu dengan kemajuan teknologi komunikasi dan ketersediaan jaringan internet," katanya.
Ketersediaan jaringan internet oleh BAKTI juga dirasakan manfaatnya oleh para siswa. Kantor Desa Tulakadi, Kabupaten Belu, NTT, setiap hari kedatangan para siswa yang hendak melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Anak-anak setiap hari bersekolah daring di Kantor Desa Tulakadi karena tersedia internet gratis dari BAKTI Kominfo (Foto:MI/Sumaryanto)
"Pemasangan jaringan internet dibantu oleh BAKTI Kominfo dilakukan sejak akhir 2018. Pemanfaatannya untuk mengakses peraturan dari pemerintah pusat, dan membantu anak-anak belajar daring. Sekitar 200 anak datang ke kantor desa setiap pekan. Sekitar 65 persen anak-anak sudah memiliki gawai," kata Kepada Desa Tulakadi, Christian Laby Susuk.
Ketersediaan jaringan menjadi solusi kebutuhan belajar daring anak karena dengan jaringan internet dari BAKTI, pembelian kuota atau pulsa tak lagi membebani para orang tua.
"Provider yang sudah mapan di kota besar jangkauannya belum sepenuhnya sampai di perbatasan. Untuk memenuhi kebutuhan internet di perbatasan kami minta tolong kepada BAKTI," ucap Kadis Kominfo Belu Johanes Andes Prihatin.
Melalui jaringan internet muncul harapan untuk mencapai kesetaraan informasi dan terbukanya kesempatan dalam pembangunan ekonomi.
Jakarta: Ketersediaan jaringan internet di wilayah perbatasan menjadi kebutuhan seiring kemajuan teknologi digital. Melalui jaringan internet muncul harapan untuk mencapai kesetaraan informasi dan terbukanya kesempatan dalam pembangunan ekonomi.
Tak hanya itu, jaringan internet juga bermanfaat dalam pertahanan keamanan di wilayah perbatasan. Misalnya, di Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain berada di Desa Silawan, Tasifeto Timur, Belu. PLBN dikelola oleh Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan di bawah Kementerian Dalam Negeri. Penjagaan keamanannya berada di bawah tanggung jawab TNI, yaitu Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia-Timor Leste Yonif Raider Khusus 744.
Dalam sejarah pascaberpisahnya Timor Leste dari Indonesia, beberapa konflik terjadi antar warga terkait sengketa batas darat yang belum disepakati. Setelah pemerintah kedua negara menyepakati batas darat pada 2019, tersisa batas maritim yang berpotensi memicu perselisihan.
Wilayah yang berbatasan langsung dengan Timor Leste itu telah menerima jaringan internet.
Ketersediaan jaringan internet di perbatasan tak luput dari peran Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melalui Badan Aksesibilitas Komunikasi dan Informasi (BAKTI).
Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain berada di Desa Silawan, Tasifeto Timur, Belu, NTT (Foto:MI/Sumaryanto)
Kehadiran internet sangat membantu untuk koordinasi antar warga, petugas PLBN, dan aparat TNI menjadi kunci kedaulatan masyarakat perbatasan Indonesia.
"Internet di sini stabil. Internet sangat bermanfaat untuk mengikuti perkembangan dan mencari informasi. Juga untuk pelaporan kepada atasan secara online," kata Letda Inf. Anggun Wahyu Wuryanto, Komandan Pos Damar, Kabupaten Belu, NTT.
Hal serupa diucapkan oleh Letkol Inf. Alfat Denny Adrian, Dansatgas Yonif RK 744/SYB, yang bertugas di Pos Asumanu, Kabupaten Belu, NTT.
"Internet sangat bermanfaat di pos pamtas (penjagaan perbatasan) karena kita harus memberikan laporan kepada pimpinan. Laporan berupa teks, foto, dan video. Sebelum ada internet, komunikasi via radio komunikasi," ucapnya.
Permasalahan di wilayah perbatasan tak selalu terkait keamanan. Warga ada yang meminta bantuan karena kesulitan mengakses air.
Prajurit TNI memberikan pelayanan kesehatan bagi warga di perbatasan (Foto:MI/Sumaryanto)
Tak hanya itu, prajurit TNI juga memberikan sumbangsih nyata berupa edukasi, pramuka, kerja bakti, pemberdayaan lahan, dan pelayanan kesehatan.
"Komunikasi warga dengan anggota TNI terbantu dengan kemajuan teknologi komunikasi dan ketersediaan jaringan internet," katanya.
Ketersediaan jaringan internet oleh BAKTI juga dirasakan manfaatnya oleh para siswa. Kantor Desa Tulakadi, Kabupaten Belu, NTT, setiap hari kedatangan para siswa yang hendak melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Anak-anak setiap hari bersekolah daring di Kantor Desa Tulakadi karena tersedia internet gratis dari BAKTI Kominfo (Foto:MI/Sumaryanto)
"Pemasangan jaringan internet dibantu oleh BAKTI Kominfo dilakukan sejak akhir 2018. Pemanfaatannya untuk mengakses peraturan dari pemerintah pusat, dan membantu anak-anak belajar daring. Sekitar 200 anak datang ke kantor desa setiap pekan. Sekitar 65 persen anak-anak sudah memiliki gawai," kata Kepada Desa Tulakadi, Christian Laby Susuk.
Ketersediaan jaringan menjadi solusi kebutuhan belajar daring anak karena dengan jaringan internet dari BAKTI, pembelian kuota atau pulsa tak lagi membebani para orang tua.
"Provider yang sudah mapan di kota besar jangkauannya belum sepenuhnya sampai di perbatasan. Untuk memenuhi kebutuhan internet di perbatasan kami minta tolong kepada BAKTI," ucap Kadis Kominfo Belu Johanes Andes Prihatin.
Melalui jaringan internet muncul harapan untuk mencapai kesetaraan informasi dan terbukanya kesempatan dalam pembangunan ekonomi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)