Solo: Dunia digital memungkinkan semua pihak menjadi produsen informasi secara lebih intensif. Sehingga, humas harus lebih proaktif.
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Usman Kansong dalam City Tour Bersama Monumen Pers Solo, Jawa Tengah, pada Rabu, 23 November 2022.
Usman mengatakan sebelum digitalisasi memengaruhi seluruh aspek kehidupan, semua kegiatan komunikasi bersifat defensif. Semua menunggu diwawancara oleh pers atau jika membuat jumpa pers harus melibatkan media.
“Kita sangat pasif. Sifatnya menunggu, kalaupun aktif, kita tidak pro,” ujar Usman.
Usman mencontohkan televisi Indonesia saat ini akan berubah menjadi digital. Dalam satu televisi akan ada banyak kanal. Satu mux (penyalur konten untuk televisi digital) ada 12 sampai 16 kanal. Kanal-kanal tersebut bisa diisi di masa depan ketika semua televisi di daerah sudah digital.
“Humas bisa saja menyewa atau kerja sama dengan penyelenggara mux. Misalnya ANTV, Metro TV atau MNC group untuk kita sewa di situ atau seperti apa pun business dealnya. Kanal itu bisa kita isi dengan konten-konten yang kita create sendiri,” ujar Usman.
Usman menambahkan di era digital sekarang, semua orang sudah bisa membuat konten di media sosial yang bisa dibagikan ke media atau ke publik secara umum tanpa harus menunggu jumpa pers atau menunggu konfirmasi. Kondisi ini, menurut dia, harus dimanfaatkan dengan baik oleh humas.
“Kita sudah bisa secara proaktif. Itu satu hal yang saya kira penting bagi kita. Karena digital apapun sifatnya medium. Tergantung kepada kita,” ujar dia.
Sementara itu, Kepala Monumen Pers Nasional, Widodo Hastjaryo, menyampaikan apresiasinya terhadap kunjungan Kominfo ke Monumen Pers. Dia mengatakan Monumen Pers Nasional merupakan UPT dari Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo, sehingga bisa menjangkau lebih luas lagi dalam kaitan dengan stakeholder dari pusat maupun daerah.
“Sejarah monumen pers begitu panjang, sehingga bangunan ini bisa merekan sejarah perjalanan pers di Indonesia,” kata Widodo.
Solo: Dunia
digital memungkinkan semua pihak menjadi produsen informasi secara lebih intensif. Sehingga,
humas harus lebih proaktif.
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika (
Kominfo), Usman Kansong dalam City Tour Bersama Monumen Pers Solo, Jawa Tengah, pada Rabu, 23 November 2022.
Usman mengatakan sebelum digitalisasi memengaruhi seluruh aspek kehidupan, semua kegiatan komunikasi bersifat defensif. Semua menunggu diwawancara oleh pers atau jika membuat jumpa pers harus melibatkan media.
“Kita sangat pasif. Sifatnya menunggu, kalaupun aktif, kita tidak pro,” ujar Usman.
Usman mencontohkan televisi Indonesia saat ini akan berubah menjadi digital. Dalam satu televisi akan ada banyak kanal. Satu mux (penyalur konten untuk televisi digital) ada 12 sampai 16 kanal. Kanal-kanal tersebut bisa diisi di masa depan ketika semua televisi di daerah sudah digital.
“Humas bisa saja menyewa atau kerja sama dengan penyelenggara mux. Misalnya ANTV, Metro TV atau MNC group untuk kita sewa di situ atau seperti apa pun
business dealnya. Kanal itu bisa kita isi dengan konten-konten yang kita
create sendiri,” ujar Usman.
Usman menambahkan di era digital sekarang, semua orang sudah bisa membuat konten di media sosial yang bisa dibagikan ke media atau ke publik secara umum tanpa harus menunggu jumpa pers atau menunggu konfirmasi. Kondisi ini, menurut dia, harus dimanfaatkan dengan baik oleh humas.
“Kita sudah bisa secara proaktif. Itu satu hal yang saya kira penting bagi kita. Karena digital apapun sifatnya medium. Tergantung kepada kita,” ujar dia.
Sementara itu, Kepala Monumen Pers Nasional, Widodo Hastjaryo, menyampaikan apresiasinya terhadap kunjungan Kominfo ke Monumen Pers. Dia mengatakan Monumen Pers Nasional merupakan UPT dari Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo, sehingga bisa menjangkau lebih luas lagi dalam kaitan dengan stakeholder dari pusat maupun daerah.
“Sejarah monumen pers begitu panjang, sehingga bangunan ini bisa merekan sejarah perjalanan pers di Indonesia,” kata Widodo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)