Yogyakarta: Tingginya harga cabai di pasaran yang mencapai Rp55 ribu per kilogram ternyata tidak dinikmati sepenuhnya oleh para petani. Bahkan banyak petani yang terpaksa membuang cabai hasil panennya karena serangan hama patek.
Seperti yang dialami oleh petani cabai di kelurahan Marga Agung. Panen cabai yang dilakukan empat hari sekali pada masa panen tidak seluruhnya bisa dijual meski dengan harga di bawah pasar sekali pun. Rata-rata cabai yang dibuang karena telah terkena hama patek karena jika dibiarkan akan merusak seluruh cabai.
"Serangan hama ini biasanya diakibatkan karena hujan dengan durasi yang lama atau hujan lebat," ujar presenter Metro TV, Eva Wondo dalam tayangan Headline News di Metro Tv, Sabtu, 4 Juni 2022.
Biasanya petani akan melakukan penyemprotan dengan air bersih untuk mengurangi risiko serangan hama patek setelah hujan berhenti. Padahal, dengan tingkat harga jual yang mencapai Rp50 ribu per kilogram yang diterima petani saat ini dinilai cukup baik. Namun, karena hama tersebut petani masih merugi. (Alifiah Nurul Rahmania)
Yogyakarta: Tingginya
harga cabai di pasaran yang mencapai Rp55 ribu per kilogram ternyata tidak dinikmati sepenuhnya oleh para
petani. Bahkan banyak petani yang terpaksa membuang cabai hasil panennya karena serangan hama patek.
Seperti yang dialami oleh petani cabai di kelurahan Marga Agung. Panen cabai yang dilakukan empat hari sekali pada masa panen tidak seluruhnya bisa dijual meski dengan harga di bawah pasar sekali pun. Rata-rata cabai yang dibuang karena telah terkena hama patek karena jika dibiarkan akan merusak seluruh cabai.
"Serangan hama ini biasanya diakibatkan karena hujan dengan durasi yang lama atau hujan lebat," ujar presenter Metro TV, Eva Wondo dalam tayangan Headline News di Metro Tv, Sabtu, 4 Juni 2022.
Biasanya petani akan melakukan penyemprotan dengan air bersih untuk mengurangi risiko serangan hama patek setelah hujan berhenti. Padahal, dengan tingkat harga jual yang mencapai Rp50 ribu per kilogram yang diterima petani saat ini dinilai cukup baik. Namun, karena hama tersebut petani masih merugi. (
Alifiah Nurul Rahmania)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)