Surabaya: Kepala Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) Surabaya, Edi Budi Susila, menyatakan siap memproduksi vaksin hewan seperti arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Vaksin yang dimaksud untuk mencegah penularan virus penyakit mulut dan kuku (PMK) yang terus meluas.
"Nah, pengembangan vaksin ini akan dilakukan dengan metode kultur jaringan, untuk membuat Vaksin inaktif (killed vaccine)," kata Edi, di Surabaya, Rabu, 25 Mei 2022.
Edi mengatakan vaksin tersebut merupakan jenis vaksin mengandung virus yang sudah dimatikan dengan suhu panas, radiasi, atau bahan kimia. Proses ini membuat virus tetap utuh, namun tidak mempunyai kemampuan berkembang biak.
"Ini berfungsi untuk melindungi hewan ternak yang belum terjangkit dari penularan PMK. Untuk yang sudah terjangkit akan kami maksimalkan pengobatan dan perawatannya," ujarnya.
Baca: 15 Kabupaten/Kota di Jatim Terbebas Wabah PMK
Di sisi lain, upaya edukasi bagi peternak juga masif dilakukan dengan sinergi dari berbagai pihak. Pasalnya, di beberapa daerah masih ditemukan adanya petani yang tidak paham penanganan hewan ternak yang terindikasi PMK.
"Harusnya diberikan vitamin agar imunitasnya bertambah dan mencegah penularan. Cuci mulut sapi dengan NaCL, lalu bersihkan kandang dengan disinfektan setiap pagi dan sore, pastikan pula kebersihan kandang dan alatnya selalu terjaga," ucap Edi.
Sementara terkait vaksin, Edi mengatakan jajaran Pusvetma dan Tim Pakar sangat terbuka apabila ada guru besar dari wilayah lain yang turut bergabung dalam upaya percepatan penanganan PMK hewan ternak melalui pembuatan vaksin. "Kami sangat terbuka jika ada Guru Besar dari tempat lain, untuk bergabung guna percepatam pembuatan vaksin ini," ujarnya.
Surabaya: Kepala Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) Surabaya, Edi Budi Susila, menyatakan siap memproduksi
vaksin hewan seperti arahan Menteri Pertanian
Syahrul Yasin Limpo. Vaksin yang dimaksud untuk mencegah penularan virus
penyakit mulut dan kuku (PMK) yang terus meluas.
"Nah, pengembangan vaksin ini akan dilakukan dengan metode kultur jaringan, untuk membuat Vaksin inaktif (
killed vaccine)," kata Edi, di Surabaya, Rabu, 25 Mei 2022.
Edi mengatakan vaksin tersebut merupakan jenis vaksin mengandung virus yang sudah dimatikan dengan suhu panas, radiasi, atau bahan kimia. Proses ini membuat virus tetap utuh, namun tidak mempunyai kemampuan berkembang biak.
"Ini berfungsi untuk melindungi hewan ternak yang belum terjangkit dari penularan PMK. Untuk yang sudah terjangkit akan kami maksimalkan pengobatan dan perawatannya," ujarnya.
Baca:
15 Kabupaten/Kota di Jatim Terbebas Wabah PMK
Di sisi lain, upaya edukasi bagi peternak juga masif dilakukan dengan sinergi dari berbagai pihak. Pasalnya, di beberapa daerah masih ditemukan adanya petani yang tidak paham penanganan hewan ternak yang terindikasi PMK.
"Harusnya diberikan vitamin agar imunitasnya bertambah dan mencegah penularan. Cuci mulut sapi dengan NaCL, lalu bersihkan kandang dengan disinfektan setiap pagi dan sore, pastikan pula kebersihan kandang dan alatnya selalu terjaga," ucap Edi.
Sementara terkait vaksin, Edi mengatakan jajaran Pusvetma dan Tim Pakar sangat terbuka apabila ada guru besar dari wilayah lain yang turut bergabung dalam upaya percepatan penanganan PMK hewan ternak melalui pembuatan vaksin. "Kami sangat terbuka jika ada Guru Besar dari tempat lain, untuk bergabung guna percepatam pembuatan vaksin ini," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)