medcom.id, Pekanbaru: Jumlah titik api pembakaran hutan dan lahan di Sumatra melonjak drastis. Dari sebelumnya sebanyak 727 titik api kini meningkat menjadi 947 titik api pembakaran hutan. Akibat parahnya kebakaran itu, kabut asap pekat menyelimuti seluruh wilayah Riau.
Berdasarkan pantauan terakhir satelit aqua yang dilansir dari www.weather.go.sg terdeteksi sedikitnya 947 titik api pembakaran hutan dan lahan yang tersebar di sepanjang pesisir timur Sumatra. Titik api terbanyak terpantau di Sumatra Selatan, Jambi, dan Riau. Adapun arah angin bergerak ke utara menuju wilayah Malaysia dan Singapura.
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Riau Yulwiriati Moesa kepada Media Indonesia, Sabtu (11/10), mengatakan kabut asap kiriman dari Jambi dan Sumatra Selatan telah menurunkan jarak pandang di Riau yang berkisar 800 meter. Selain itu, kabut asap yang kian pekat itu juga membuat kualitas udara di Kota Pekanbaru anjlok hingga menembus posisi di atas 140 pollutant standart index (PSI).
"Kabut asap kiriman yang menyelimuti Riau telah membuat kualitas udara menjadi kurang sehat. Kami meminta masyarakat untuk bersiaga dengan menggunakan masker," ungkap Yulwiriati.
Berdasarkan pengamatan Media Indonesia, kabut asap tebal yang menyelimuti langit Kota Pekanbaru telah mengganggu kegiatan masyarakat. Sejumlah warga terpaksa harus mengenakan masker untuk melindungi diri dari bau menyengat asap pembakaran hutan dan lahan. Bahkan, sejumlah warga masyarakat mengaku muak terhadap pemerintah yang seakan abai untuk mengatasi dampak kabut asap yang telah meracuni warga.
"Kami benar-benar muak dengan pemerintah ini. Hampir tidak ada kerjanya. Sudah sebulan kabut asap di Pekanbaru tetapi tidak tindakan untuk mengatasinya. Ini seperti sengaja membunuh kami," ungkap Ida, warga Panam, Pekanbaru.(Rudi Kurniawan)
medcom.id, Pekanbaru: Jumlah titik api pembakaran hutan dan lahan di Sumatra melonjak drastis. Dari sebelumnya sebanyak 727 titik api kini meningkat menjadi 947 titik api pembakaran hutan. Akibat parahnya kebakaran itu, kabut asap pekat menyelimuti seluruh wilayah Riau.
Berdasarkan pantauan terakhir satelit aqua yang dilansir dari www.weather.go.sg terdeteksi sedikitnya 947 titik api pembakaran hutan dan lahan yang tersebar di sepanjang pesisir timur Sumatra. Titik api terbanyak terpantau di Sumatra Selatan, Jambi, dan Riau. Adapun arah angin bergerak ke utara menuju wilayah Malaysia dan Singapura.
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Riau Yulwiriati Moesa kepada Media Indonesia, Sabtu (11/10), mengatakan kabut asap kiriman dari Jambi dan Sumatra Selatan telah menurunkan jarak pandang di Riau yang berkisar 800 meter. Selain itu, kabut asap yang kian pekat itu juga membuat kualitas udara di Kota Pekanbaru anjlok hingga menembus posisi di atas 140 pollutant standart index (PSI).
"Kabut asap kiriman yang menyelimuti Riau telah membuat kualitas udara menjadi kurang sehat. Kami meminta masyarakat untuk bersiaga dengan menggunakan masker," ungkap Yulwiriati.
Berdasarkan pengamatan Media Indonesia, kabut asap tebal yang menyelimuti langit Kota Pekanbaru telah mengganggu kegiatan masyarakat. Sejumlah warga terpaksa harus mengenakan masker untuk melindungi diri dari bau menyengat asap pembakaran hutan dan lahan. Bahkan, sejumlah warga masyarakat mengaku muak terhadap pemerintah yang seakan abai untuk mengatasi dampak kabut asap yang telah meracuni warga.
"Kami benar-benar muak dengan pemerintah ini. Hampir tidak ada kerjanya. Sudah sebulan kabut asap di Pekanbaru tetapi tidak tindakan untuk mengatasinya. Ini seperti sengaja membunuh kami," ungkap Ida, warga Panam, Pekanbaru.(Rudi Kurniawan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADF)