medcom.id, Laut Jawa: Kapal Navigasi (KN) Jadayat turut dalam ekspedisi pencarian badan pesawat dan kotak hitam AirAsia QZ8501 di Selat Karimata, Kalimantan Tengah. Kapal ini memulai pelayaran dari Pelabuhan Utar Kumai, Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah pada pukul 15.30 WIB, Sabtu (3/1/2015) kemarin.
Setelah berlayar sekitar 12 jam, KN Jadayat sampai di lokasi pertama evakuasi. Namun kemudian, gelombang besar setinggi 4 meter menyambut Jadayat. Akibatnya, alat berupa Multibeam Echo Sounder, Side Sonar Scan, dan Pinger Locater tak bisa diturunkan.
Nasib serupa juga menimpa KRI Banda Aceh yang di wilayah yang juga melakukan evakuasi sekira pukul 02.00 WIB pada Minggu (4/1/2014). Sementara itu, Kapal Riset (KR) Baruna Jaya dikabarkan juga terus berjibaku mencari badan pesawat dan kotak hitam AirAsia QZ8501. Alat berupa ROV Remotely Operated Vehicle (ROV) sempat diturunkan di lokasi diduga terdapat badan pesawat. Namun Baruna Jaya mengalami kesulitan karena dihantam ombak keras dikawatirkan kabel ubilical bisa putus.
"Dia kesulitan, ombak juga keras. Kawatir kabel putus. Tampilan kamera juga tidak bagus, saat melawan arus jadi butek, dan gambar goyang-goyang terus," kata Direktur Operasional Basarnas Marsekal Pertama SB Supriyadi di Pangkalan Udara Iskandar, Pangkalan Bun, Kota Waringin Barat, Kalteng, Sabtu kemarin.
KN Jadayat membawa Pinger Locater untuk mendeteksi keberadaan kotak hitam. Kapal buatan tahun 2002 ini, turut membawa dua petugas Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) guna menginvestigasi bila kotak hitam ditemukan.
Namun, gelombang besar tertubi-tubi terus menerjang KN Jadayat. Alhasil, KN Jadayat diperintahkan untuk memutar kemudi ke lokasi lebih aman. "Kita tiba di daerah suspect pertama pukul 02.45 WIB. Tapi karena cuaca buruk, atas saran KNKT kita berlabuh di sekitar Laut Jawa-Selat Karimata," ungkap Direktorat Kenavigasian Kementerian Perhubungan (Menhub) A. Tonny Budiono yang ikut berlayar di KN Jadayat.
Rencananya, pada pukul 22.00 WIB nanti, KN Jadayat kembali menyisir sektor 1 bersama dengan staf ahli KNKT Sri Budjono, dan 9 investigator kecelakaan Singapura. "Jadi jam 10 malam setelah cuaca membaik, akan kembali ke suspect pertama kemudian kedua," sambung dia.
Menurut dia, keadaan gelombang tinggi mencapai empat meter semalam tidak memungkinkan untuk menurunkan alat. "Kalau dipaksakan, bisa-bisa kabel putus," ucap Tonny.
Ia menambahkan, alat pendeteksi kotak hitam yakni Pinger Locater yang dibawa KNKTdi KN Jadayat akan digunakan langsung dan kotak hitam segera diinvestigasi mereka di kapal tersebut. Alat itu tak dialihkan ke KR Baruna Jaya berisi tim Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) walau lokasinya berdekatan.
"Pinger Locater tetap di sini (KN Jadayat) bersama dengan tim KNKT, tidak dipindahkan ke Baruna. Karena kewenangan survei ada di KNKT," jelasnya.
Selain KN Jadayat, KN Andromeda milik Menhub juga turut menyurvei dengan membawa infrared sonar juga tim dari KNKT. Sementara itu, di Kapal Bimasakti, menurut Tonny, terdapat tim penyelam dan juga peralatan survei.
medcom.id, Laut Jawa: Kapal Navigasi (KN) Jadayat turut dalam ekspedisi pencarian badan pesawat dan kotak hitam AirAsia QZ8501 di Selat Karimata, Kalimantan Tengah. Kapal ini memulai pelayaran dari Pelabuhan Utar Kumai, Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah pada pukul 15.30 WIB, Sabtu (3/1/2015) kemarin.
Setelah berlayar sekitar 12 jam, KN Jadayat sampai di lokasi pertama evakuasi. Namun kemudian, gelombang besar setinggi 4 meter menyambut Jadayat. Akibatnya, alat berupa
Multibeam Echo Sounder, Side Sonar Scan, dan
Pinger Locater tak bisa diturunkan.
Nasib serupa juga menimpa KRI Banda Aceh yang di wilayah yang juga melakukan evakuasi sekira pukul 02.00 WIB pada Minggu (4/1/2014). Sementara itu, Kapal Riset (KR) Baruna Jaya dikabarkan juga terus berjibaku mencari badan pesawat dan kotak hitam AirAsia QZ8501. Alat berupa
ROV Remotely Operated Vehicle (ROV) sempat diturunkan di lokasi diduga terdapat badan pesawat. Namun Baruna Jaya mengalami kesulitan karena dihantam ombak keras dikawatirkan kabel
ubilical bisa putus.
"Dia kesulitan, ombak juga keras. Kawatir kabel putus. Tampilan kamera juga tidak bagus, saat melawan arus jadi butek, dan gambar goyang-goyang terus," kata Direktur Operasional Basarnas Marsekal Pertama SB Supriyadi di Pangkalan Udara Iskandar, Pangkalan Bun, Kota Waringin Barat, Kalteng, Sabtu kemarin.
KN Jadayat membawa
Pinger Locater untuk mendeteksi keberadaan kotak hitam. Kapal buatan tahun 2002 ini, turut membawa dua petugas Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) guna menginvestigasi bila kotak hitam ditemukan.
Namun, gelombang besar tertubi-tubi terus menerjang KN Jadayat. Alhasil, KN Jadayat diperintahkan untuk memutar kemudi ke lokasi lebih aman. "Kita tiba di daerah suspect pertama pukul 02.45 WIB. Tapi karena cuaca buruk, atas saran KNKT kita berlabuh di sekitar Laut Jawa-Selat Karimata," ungkap Direktorat Kenavigasian Kementerian Perhubungan (Menhub) A. Tonny Budiono yang ikut berlayar di KN Jadayat.
Rencananya, pada pukul 22.00 WIB nanti, KN Jadayat kembali menyisir sektor 1 bersama dengan staf ahli KNKT Sri Budjono, dan 9 investigator kecelakaan Singapura. "Jadi jam 10 malam setelah cuaca membaik, akan kembali ke suspect pertama kemudian kedua," sambung dia.
Menurut dia, keadaan gelombang tinggi mencapai empat meter semalam tidak memungkinkan untuk menurunkan alat. "Kalau dipaksakan, bisa-bisa kabel putus," ucap Tonny.
Ia menambahkan, alat pendeteksi kotak hitam yakni Pinger Locater yang dibawa KNKTdi KN Jadayat akan digunakan langsung dan kotak hitam segera diinvestigasi mereka di kapal tersebut. Alat itu tak dialihkan ke KR Baruna Jaya berisi tim Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) walau lokasinya berdekatan.
"
Pinger Locater tetap di sini (KN Jadayat) bersama dengan tim KNKT, tidak dipindahkan ke Baruna. Karena kewenangan survei ada di KNKT," jelasnya.
Selain KN Jadayat, KN Andromeda milik Menhub juga turut menyurvei dengan membawa
infrared sonar juga tim dari KNKT. Sementara itu, di Kapal Bimasakti, menurut Tonny, terdapat tim penyelam dan juga peralatan survei.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)