Malang: Salah seorang warga Malang, Jawa Timur, Teguh Purwanto, mengeluhkan tagihan listriknya pada Mei 2020. Tak main-main, nominalnya mencapai Rp20 juta untuk pemakaian satu bulan.
Teguh mengaku tagihan listrik miliknya pada bulan-bulan sebelumnya tidak pernah mencapai Rp20 juta. Tagihan listrik yang biasa dia bayar berada di kisaran Rp900 ribu hingga Rp2 juta.
Contohnya, tagihan listrik pada Februari 2020, sebesar Rp2 juta lebih, lalu pada Maret 2020, sebesar Rp900 ribu lebih dan pada April 2020 sebesar Rp1 juta lebih. Sehingga, tagihan listrik pada Mei 2020 naik 10 kali lipat dari bulan-bulan sebelumnya.
“Akhirnya harus dibayar, kalau tidak mau dibayar harus (bersurat) ke Jakarta (PLN Pusat). Karena tagihan sudah keluar dan harus dibayar,” katanya, Kamis 11 Juni 2020.
Pria yang memiliki bengkel las ini mengaku telah menjadi pelanggan dari PLN sejak 23 tahun lalu. Namun, baru tahun ini dia mendapatkan tagihan listrik yang di luar dugaan.
Apalagi, volume penggunaan alat bengkel miliknya di Desa Bedali, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang diakuinya justru menurun sejak pandemi virus korona atau covid-19.
“Logikanya tidak mungkin bisa sampai tagihan segitu. Apa yang saya gunakan,” terangnya.
Teguh menduga kenaikan tagihan listrik tersebut disebabkan oleh kebocoran daya reaktif (kVarh) yang ia ketahui belakangan. Kebocoran tersebut disebabkan oleh meteran listrik yang baru saja diganti ke meteran digital.
“Harusnya disurvei dulu ya. Kalau kapasitor saya rusak dan meteran digital sensitif. Mereka (PLN) asal main ganti,” tuturnya.
Sementara itu, Manager PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Malang Raya, Mohammad Eryan Saputra mengatakan, pihaknya telah melakukan konfirmasi terhadap pelanggan atas nama Teguh tersebut.
Hasilnya diketahui, pelanggan tersebut merupakan pelanggan tarif industri (I2) daya 23.000 VA yang mengalami lonjakan tagihan yang tidak wajar.
"Berdasarkan data PLN, lonjakan tagihan tersebut tidak ada hubungannya dengan perhitungan rata-rata tiga bulan untuk rekening April dan Mei, yang berakibat pada naiknya tagihan listrik di mayoritas pelanggan rumah tangga," katanya dalam keterangan resminya.
Eryan menambahkan, berdasarkan hasil pemeriksaan di lapangan dan hasil konfirmasi dengan pelanggan, diketahui bahwa peralatan kapasitor milik pelanggan tidak berfungsi sama sekali. Hal ini mengakibatkan pemakaian listrik melonjak tanpa sepengetahuan yang bersangkutan.
"PLN telah membantu pengecekan peralatan dan instalasi pelanggan, agar hal ini tidak terjadi di kemudian hari," ujarnya.
Eryan menambahkan, pelanggan atas nama Teguh telah bersedia menyelesaikan tagihan rekening listrik yang naik dikarenakan kejadian tersebut. Dan PLN bersedia membantu dengan memberikan keringanan pembayaran dengan cicilan.
"PLN mengimbau agar pelanggan dapat melakukan pemeriksaan berkala terhadap peralatan listrik yang digunakan serta berharap semoga kejadian ini tidak terjadi kembali di kemudian hari," tukasnya.
Malang: Salah seorang warga Malang, Jawa Timur, Teguh Purwanto, mengeluhkan tagihan listriknya pada Mei 2020. Tak main-main, nominalnya mencapai Rp20 juta untuk pemakaian satu bulan.
Teguh mengaku tagihan listrik miliknya pada bulan-bulan sebelumnya tidak pernah mencapai Rp20 juta. Tagihan listrik yang biasa dia bayar berada di kisaran Rp900 ribu hingga Rp2 juta.
Contohnya, tagihan listrik pada Februari 2020, sebesar Rp2 juta lebih, lalu pada Maret 2020, sebesar Rp900 ribu lebih dan pada April 2020 sebesar Rp1 juta lebih. Sehingga, tagihan listrik pada Mei 2020 naik 10 kali lipat dari bulan-bulan sebelumnya.
“Akhirnya harus dibayar, kalau tidak mau dibayar harus (bersurat) ke Jakarta (PLN Pusat). Karena tagihan sudah keluar dan harus dibayar,” katanya, Kamis 11 Juni 2020.
Pria yang memiliki bengkel las ini mengaku telah menjadi pelanggan dari PLN sejak 23 tahun lalu. Namun, baru tahun ini dia mendapatkan tagihan listrik yang di luar dugaan.
Apalagi, volume penggunaan alat bengkel miliknya di Desa Bedali, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang diakuinya justru menurun sejak pandemi virus korona atau covid-19.
“Logikanya tidak mungkin bisa sampai tagihan segitu. Apa yang saya gunakan,” terangnya.
Teguh menduga kenaikan tagihan listrik tersebut disebabkan oleh kebocoran daya reaktif (kVarh) yang ia ketahui belakangan. Kebocoran tersebut disebabkan oleh meteran listrik yang baru saja diganti ke meteran digital.
“Harusnya disurvei dulu ya. Kalau kapasitor saya rusak dan meteran digital sensitif. Mereka (PLN) asal main ganti,” tuturnya.
Sementara itu, Manager PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Malang Raya, Mohammad Eryan Saputra mengatakan, pihaknya telah melakukan konfirmasi terhadap pelanggan atas nama Teguh tersebut.
Hasilnya diketahui, pelanggan tersebut merupakan pelanggan tarif industri (I2) daya 23.000 VA yang mengalami lonjakan tagihan yang tidak wajar.
"Berdasarkan data PLN, lonjakan tagihan tersebut tidak ada hubungannya dengan perhitungan rata-rata tiga bulan untuk rekening April dan Mei, yang berakibat pada naiknya tagihan listrik di mayoritas pelanggan rumah tangga," katanya dalam keterangan resminya.
Eryan menambahkan, berdasarkan hasil pemeriksaan di lapangan dan hasil konfirmasi dengan pelanggan, diketahui bahwa peralatan kapasitor milik pelanggan tidak berfungsi sama sekali. Hal ini mengakibatkan pemakaian listrik melonjak tanpa sepengetahuan yang bersangkutan.
"PLN telah membantu pengecekan peralatan dan instalasi pelanggan, agar hal ini tidak terjadi di kemudian hari," ujarnya.
Eryan menambahkan, pelanggan atas nama Teguh telah bersedia menyelesaikan tagihan rekening listrik yang naik dikarenakan kejadian tersebut. Dan PLN bersedia membantu dengan memberikan keringanan pembayaran dengan cicilan.
"PLN mengimbau agar pelanggan dapat melakukan pemeriksaan berkala terhadap peralatan listrik yang digunakan serta berharap semoga kejadian ini tidak terjadi kembali di kemudian hari," tukasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)