Museum Lampung (Foto:Metro TV)
Museum Lampung (Foto:Metro TV)

Pesona Budaya Tanah Siger

Pelangi Karismakristi • 20 Juli 2016 16:02
medcom.id, Jakarta: Apa yang terlintas di benak Anda saat mendengar Kota Bandar Lampung? Mungkin Anda akan menjawab, Taman Nasional Way Kambas, Pulau Pahawang nan eksotik, dan keripik pisang aneka rasa. Ya, memang benar, namun lebih dari itu Lampung menyimpan ragam kebudayaan yang menarik untuk disimak.
 
Bila Anda berkunjung ke Lampung, luangkan waktu menilik Museum Lampung yang beralamat di Jalan ZA Pagar Alam No.64 Bandar Lampung. Museum yang didirikan pada 24 September 1988, ini menyimpan banyak koleksi bersejarah Lampung dan tentu saja Anda bisa mengenal sejarah kota ini lebih jauh.
 
Di dalam museum terdapat patung pengantin setempat yang menggambarkan dua kelompok besar masyarakat adat Lampung, lengkap dengan pakaian dan dekorasi khas. Misalnya, kostum pernikahan masyarakat adat Saibatin didominasi warna merah. Di dekat singgasana pengantin, terlihat sejumlah kasur yang bertingkat. Kasur tersebut menurut salah satu Budayawan Lampung, Nasrun Rakai, menandakan tingkatan gelar keluarga pengantin.

Nasrun menjelaskan, tingkatan Saibatin berjumlah delapan, yakni sultan, pangeran, dalom, raja, batin, radin, mina, dan kemas. Apabila sultan yang menikah, maka dia berhak dan harus meminta anak buahnya menyiapkan tempat pernikahan yang dilapisi 12 lebar kasur.
 
"Inilah Lampung Saibatin. Jadi kita tidak perlu tanya, orang ini Sebatin atau tidak. Itu bisa terlihat saat dia menikahkan anaknya," jelas Nasrun, di Museum Lampung.
 
Selain Saibatin, ada pula kostum pernikahan masyarakat adat Pepadun yang menggunakan warna kuning dan putih sebagai warna yang dominan.
 
"Bedanya lagi, kalau jumlah ningrat Pepadun bisa bertambah setiap saat, asal dia mampu memnuhi persyaratan. Antara lain untuk satu orang minimal mampu memotong 1 kerbau, baru dia bisa naik jadi sultan atau sutan," papar budayawan ini.
 
Pesona Budaya Tanah Siger
 
Puas mengitari area museum, mari kita mengintip wastra khas Lampung, yakni kain tapis. Kain tapis merupakan kain sarung dan terbuat dari tenun benang kapas dengan motif bahan sugi, benang perak, atau emas yang proses pembuatannya dengan cara disulam. Motifnya beragam, antara lain alam, flora fauna, dan kaligrafi.
Untuk membuat sehelai kain tapis, dibutuhkan waktu relatif lama bergantung pada motif dan benangnya. Misalnya, saat membuat tapis yang banyak benang emasnya bisa memakan waktu hingga 5 bulan.
 
Menurut salah satu perajin, Ida Mustika, kain tradisional ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan biasa dipakai oleh pengantin atau tokoh adat. Namun sayang, saat Jepang menjajah negeri ini, tapis menghilang. Menyadari itu, nurani Ida terketuk. Dia lalu memikirkan bagaimana agar tapis bisa hidup kembali.
 
"Saya lalu mencoba menemui para tokoh adat di Lampung Selatan, Lampung Utara, Lampung Tengah, dan Bandar Lampung. Saya katakan kepada mereka, bagaimana kalau kain tapis ini digalakkan lagi, supaya kain ini tidak hilang dan bisa dicintai masyarakat. Ya, harapan saya semoga generasi yang akan datang masih melestarikan dan bisa meneruskan (membuat sulam tapis)," ucap perempuan lanjut usia ini.
 
Pesona Budaya Tanah Siger
 
Tidak hanya itu saja, Lampung juga memiliki tarian khas Sigeh Pengunten yang berarti sirih. Tarian ini dibawakan oleh 10 penari yang terdiri atas 6 perempuan dan 4 laki-laki. Tiga perempuan di antaranya membawakan tepak atau kotak kecil yang berisi sekapur sirih. Tarian tradisional untuk menyambut tamu ini, dulunya bernama Tari Tepak. Sebab penarinya membawakan tepak berisi kapur sirih dan disajikan untuk tamu.
 
Bagaimana, menarik bukan? Mau tahu lebih dalam, tentang budaya Lampung? Simak perjalanan Yovie Widianto di Bandar Lampung hanya di IDEnesia Metro TV pada Kamis (21/7/2016), pukul 22.30 WIB. Jangan lupa, ikuti kuis IDEnesia dan Galeri Indonesia Kaya dengan follow twitter @IDEnesiaTwit atau @IndonesiaKaya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan