Kupang: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melalui Pos Pemantau Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), menyatakan dari evaluasi aktivitas gunung tersebut terjadi 327 kali erupsi.
"Terhitung dari 1-17 November 2024 tercatat terjadi 327 kali gempa letusan atau erupsi di puncak gunung tersebut," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Ile Lewotolok, Stanis Ara Kian, Senin, 18 Desember 2023.
Dia mengatakan bahwa jika dibandingkan dengan pada awal November lalu, jumlah erupsi atau letusan kali ini lebih rendah, karena pada periode 1-16 November hingga 30 November jumlah erupsi sebanyak 464 kali.
Selain catatan laporan soal gempa akibat erupsi, pihaknya juga mencatat gempa guguran juga alami penurunan yakni hanya terjadi satu kali gempa guguran, kemudian 2.764 gempa hembusan, 19 kali gempa harmonik, dan 129 kali tremor non-harmonik.
Disamping itu juga berdasarkan pengamatan instrumental, Gunung Ile Lewotolok yang kini dalam status Waspada atau Level II itu mencatat terjadi empat kali gempa vulkanik dangkal, 37 kali gempa vulkanik dalam, tujuh kali gempa tektonik lokal, dan 29 kali gempa tektonik jauh.
"Energi seismik yang dihitung dengan metode perata-rataan nilai amplitudo atau yang disebut Real time Seismic Amplitude Measurements (RSAM) menunjukkan fluktuasi energi dengan kecenderungan energi lebih rendah dalam periode dua pekan terakhir terakhir ini dan masih di bawah ambang energi periode sebelumnya," ujar dia.
Secara umum lanjut dia, jumlah gempa alami penurunan, tetapi terjadi peningkatan gempa Vulkanik dalam yang mengindikasikan suplai magma dalam, namun peningkatan energi seismik tidak meningkatkan energi seismiknya.
Berdasarkan data pengukuran Elektonic Dsstance Measurement (EDM) pada periode dua minggu terakhir menghasilkan fluktuasi jarak miring dalam rentang 0,78 sampai 0,87 sentimeter diukur LWT1 dan 0,57 sampai 1,23 sentimeter di titik LTW2.
Hasil pengamatan instrumental tersebut PVMBG kemudian melihat potensi ancaman bahaya yang ditimbulkan dari gunung tersebut.
Sampai dengan saat ini suplai fluida magmatik dangkal dan dalam masih terjadi di gunung tersebut. Hal ini diindikasikan dari terekamnya tremor harmonik gempa vulkanik dangkal dan vulkanik dalam.
"Dengan adanya data deformasi EDM memperlihatkan belum adanya perubahan yang signifikan pada tubuh Gunung Ile Lewotolok," jelasnya.
Kupang: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melalui Pos Pemantau Gunung Ile Lewotolok di
Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), menyatakan dari evaluasi aktivitas gunung tersebut terjadi 327 kali erupsi.
"Terhitung dari 1-17 November 2024 tercatat terjadi 327 kali gempa letusan atau erupsi di puncak gunung tersebut," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Ile Lewotolok, Stanis Ara Kian, Senin, 18 Desember 2023.
Dia mengatakan bahwa jika dibandingkan dengan pada awal November lalu, jumlah erupsi atau letusan kali ini lebih rendah, karena pada periode 1-16 November hingga 30 November jumlah erupsi sebanyak 464 kali.
Selain catatan laporan soal gempa akibat erupsi, pihaknya juga mencatat gempa guguran juga alami penurunan yakni hanya terjadi satu kali gempa guguran, kemudian 2.764 gempa hembusan, 19 kali gempa harmonik, dan 129 kali tremor non-harmonik.
Disamping itu juga berdasarkan pengamatan instrumental, Gunung Ile Lewotolok yang kini dalam status Waspada atau Level II itu mencatat terjadi empat kali gempa vulkanik dangkal, 37 kali gempa vulkanik dalam, tujuh kali gempa tektonik lokal, dan 29 kali gempa tektonik jauh.
"Energi seismik yang dihitung dengan metode perata-rataan nilai amplitudo atau yang disebut Real time Seismic Amplitude Measurements (RSAM) menunjukkan fluktuasi energi dengan kecenderungan energi lebih rendah dalam periode dua pekan terakhir terakhir ini dan masih di bawah ambang energi periode sebelumnya," ujar dia.
Secara umum lanjut dia, jumlah gempa alami penurunan, tetapi terjadi peningkatan gempa Vulkanik dalam yang mengindikasikan suplai magma dalam, namun peningkatan energi seismik tidak meningkatkan energi seismiknya.
Berdasarkan data pengukuran Elektonic Dsstance Measurement (EDM) pada periode dua minggu terakhir menghasilkan fluktuasi jarak miring dalam rentang 0,78 sampai 0,87 sentimeter diukur LWT1 dan 0,57 sampai
1,23 sentimeter di titik LTW2.
Hasil pengamatan instrumental tersebut PVMBG kemudian melihat potensi ancaman bahaya yang ditimbulkan dari gunung tersebut.
Sampai dengan saat ini suplai fluida magmatik dangkal dan dalam masih terjadi di gunung tersebut. Hal ini diindikasikan dari terekamnya tremor harmonik gempa vulkanik dangkal dan vulkanik dalam.
"Dengan adanya data deformasi EDM memperlihatkan belum adanya perubahan yang signifikan pada tubuh Gunung Ile Lewotolok," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)