Jayapura: Badan Intelejen Negara (BIN) menegaskan informasi yang menyebut penggunaan mortir untuk sejumlah serangan di Papua berita bohong. BIN membantah memiliki senjata tersebut.
Deputi II BIN yang membidangi keamanan dalam negeri, Mayjen Edmil Nurjamil, menyatakan BIN tidak memiliki kewenangan untuk penggunaan senjata berat.
“Enggak, enggak ada. Iya kita enggak punya itu. Itu punya TNI," kata Edmil saat dikonfirmasi, Sabtu, 18 Juni 2022.
Baca: Jaga Kekebalan Tak Melemah, BIN Lanjut Intensifkan Vaksinasi
Edmil pun membantan ada 32 mortir dari Serbia yang dijatuhkan ke sejumlah lokasi di Papua. Termasuk lima mortir yang gagal meledak saat dijatuhkan.
"Kan Pangdamnya sudah mengakui kalau itu senjata TNI. Kita enggak main-main (dengan senjata) begitu. Panglima Kodamnya sudah sampaikan itu kok, di bulan apa itu," jelasnya.
Sebelumnya kelompok pemantau senjata Conflict Armament Research (CAR) yang berbasis di London melaporkan BIN membeli 2.500 mortir dari Serbia untuk para agen di Papua dan dijatuhkan ke sejumlah desa pada 2021 lalu. Dalam laporan tersebut, mortir diproduksi pembuat senjata Serbia, Krusik.
Dalam laporan tersebut, mortir dimodifikasi agar bisa dijatuhkan bukan dari tabung mortir. Namun tidak disebutkan pihak yang memodifikasi mortir tersebut.
Dalam laporan tersebut, pembelian mortir itu tidak disampaikan ke parlemen sebagai pihak yang menyetujui anggaran. Sebanyak peluru mortir 81 milimeter digunakan dalam sejumlah serangan di Papua pada medio Oktober 2021 lalu.
Jayapura: Badan Intelejen Negara (
BIN) menegaskan informasi yang menyebut penggunaan mortir untuk sejumlah serangan di Papua berita bohong. BIN membantah memiliki senjata tersebut.
Deputi II BIN yang membidangi keamanan dalam negeri, Mayjen Edmil Nurjamil, menyatakan BIN tidak memiliki kewenangan untuk penggunaan senjata berat.
“Enggak, enggak ada. Iya kita enggak punya itu. Itu punya TNI," kata Edmil saat dikonfirmasi, Sabtu, 18 Juni 2022.
Baca:
Jaga Kekebalan Tak Melemah, BIN Lanjut Intensifkan Vaksinasi
Edmil pun membantan ada 32 mortir dari Serbia yang dijatuhkan ke sejumlah lokasi di Papua. Termasuk lima mortir yang gagal meledak saat dijatuhkan.
"Kan Pangdamnya sudah mengakui kalau itu senjata TNI. Kita enggak main-main (dengan senjata) begitu. Panglima Kodamnya sudah sampaikan itu kok, di bulan apa itu," jelasnya.
Sebelumnya kelompok pemantau senjata Conflict Armament Research (CAR) yang berbasis di London melaporkan BIN membeli 2.500 mortir dari Serbia untuk para agen di Papua dan dijatuhkan ke sejumlah desa pada 2021 lalu. Dalam laporan tersebut, mortir diproduksi pembuat senjata Serbia, Krusik.
Dalam laporan tersebut, mortir dimodifikasi agar bisa dijatuhkan bukan dari tabung mortir. Namun tidak disebutkan pihak yang memodifikasi mortir tersebut.
Dalam laporan tersebut, pembelian mortir itu tidak disampaikan ke parlemen sebagai pihak yang menyetujui anggaran. Sebanyak peluru mortir 81 milimeter digunakan dalam sejumlah serangan di Papua pada medio Oktober 2021 lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)