Yogyakarta: Sampah masih menjadi persoalan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Bahkan, setelah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Piyungan di Kabupaten Bantul ditutup 1,5 bulan, sejumlah daerah, seperti Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul kerepotan.
Ketiga wilayah tersebut selama ini meenggantungkan TPA Piyungan untuk membuang sampah.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimoeljono, mengaku ada potensi untuk membantu DIY. Namun ia belum melihat seperti apa keterlibatan pemerintah pusat.
"Kami juga sedang lihat melalui Ditjen Cipta Karya, apa yang harus kita lakukan," kata Basuki di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Kamis, 3 Agustus 2023.
TPA Regional Piyungan sudah melebihi kapasitas daya tampung. Bahkan saat ini sudah menggunakan zona transisi untuk menampung sampah dalam beberapa waktu terakhir.
Saat ini, zona transisi digunakan terbatas untuk menerima kiriman sampah dari Kota Yogyakarta karena wilayah itu tak memiliki lahan. Namun, pengiriman sampah dari Kota Yogyakarta dibatasi maksimal 100 ton per hari dan dievaluasi dalam waktu tertentu.
"Apakah yang bisa kami lakukan untuk menambah kapasitas, menampung sampah, akan ada tindak lanjut," ujarnya.
Menteri Basuki menyatakan solusi cepat diperlukan DIY untuk saat ini. Meskipun, solusi itu mesti dipikirkan sembari melihat respons penanganan dari pemerintah di daerah.
"Kami melihatnya (solusi) jangka pendek untuk saat ini. Untuk (solusi) jangka panjang butuh waktu," jelasnya.
TPA Regional Piyungan ditutup 23 Juli hingga 5 September 2023. Akibat penutupan itu, sejumlah daerah alami persoalan dalam penanganan sampah.
Dalam perkembangannya, Kota Yogyakarta memperoleh akses khusus membuang sampah 100 ton per hari ke TPA Piyungan, dari total 280-an ton sampah yang dihasilkan. Sisanya, 15 ton dibuang ke wilayah Kulon Progo, dikelola bank sampah, dan menjadi tanggung jawab Pemkot Yogyakarta. Kabupaten Bantul melakukan penanganan sampah di tingkat desa dan Kabupaten Sleman menggunakan TPST Tamanmartani di Kecamatan Kalasan.
Yogyakarta: Sampah masih menjadi persoalan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Bahkan, setelah
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Piyungan di Kabupaten Bantul ditutup 1,5 bulan, sejumlah daerah, seperti Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul kerepotan.
Ketiga wilayah tersebut selama ini meenggantungkan TPA Piyungan untuk membuang sampah.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimoeljono, mengaku ada potensi untuk membantu DIY. Namun ia belum melihat seperti apa keterlibatan pemerintah pusat.
"Kami juga sedang lihat melalui Ditjen Cipta Karya, apa yang harus kita lakukan," kata Basuki di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Kamis, 3 Agustus 2023.
TPA Regional Piyungan sudah melebihi
kapasitas daya tampung. Bahkan saat ini sudah menggunakan zona transisi untuk menampung sampah dalam beberapa waktu terakhir.
Saat ini, zona transisi digunakan terbatas untuk menerima kiriman sampah dari Kota Yogyakarta karena wilayah itu tak memiliki lahan. Namun, pengiriman sampah dari Kota Yogyakarta dibatasi maksimal 100 ton per hari dan dievaluasi dalam waktu tertentu.
"Apakah yang bisa kami lakukan untuk menambah kapasitas, menampung sampah, akan ada tindak lanjut," ujarnya.
Menteri Basuki menyatakan solusi cepat diperlukan DIY untuk saat ini. Meskipun, solusi itu mesti
dipikirkan sembari melihat respons penanganan dari pemerintah di daerah.
"Kami melihatnya (solusi) jangka pendek untuk saat ini. Untuk (solusi) jangka panjang butuh waktu," jelasnya.
TPA Regional Piyungan ditutup 23 Juli hingga 5 September 2023. Akibat penutupan itu, sejumlah daerah alami persoalan dalam penanganan sampah.
Dalam perkembangannya, Kota Yogyakarta memperoleh akses khusus membuang sampah 100 ton per hari ke TPA Piyungan, dari total 280-an ton sampah yang dihasilkan. Sisanya, 15 ton dibuang ke wilayah Kulon Progo, dikelola bank sampah, dan menjadi tanggung jawab Pemkot Yogyakarta. Kabupaten Bantul melakukan penanganan sampah di tingkat desa dan Kabupaten Sleman menggunakan TPST Tamanmartani di Kecamatan Kalasan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)
